Enam Anak di DIY Meninggal Dunia, Kenali Gejala Gagal Ginjal Akut Berikut Ini
Kasus gagal ginjal akut ditemukan di DIY. Total ada 13 pasien gagal ginjal akut yang ditangani RSUP Dr Sardjito pada periode Januari-Oktober 2022. Dari 13 pasien ini enam orang dinyatakan meninggal dunia, tiga sembuh dan empat masih dalam perawatan di RSUP Dr Sardjito.
Kasus gagal ginjal akut ditemukan di DIY. Total ada 13 pasien gagal ginjal akut yang ditangani RSUP Dr Sardjito pada periode Januari-Oktober 2022. Dari 13 pasien ini enam orang dinyatakan meninggal dunia, tiga sembuh dan empat masih dalam perawatan di RSUP Dr Sardjito.
Dokter spesialis anak RSUP Dr Sardjito Kristia Hermawan mengatakan dari 13 pasien gagal ginjal akut yang ditangani ada sejumlah ciri-ciri yang serupa.
-
Bagaimana cara mencegah gagal ginjal? Gagal ginjal dapat dicegah dengan langkah-langkah pencegahan yang dapat dilakukan secara rutin.Pertama, sangat penting untuk mengubah pola hidup menjadi lebih sehat dengan meninggalkan kebiasaan merokok dan menghindari alkohol.Selain itu, memantau fungsi ginjal secara teratur melalui tes darah dan urin juga penting untuk memastikan kesehatan ginjal. Kemudian mengontrol tekanan darah dengan menjaga pola makan yang sehat.Berolahraga secara teratur dan menghindari makanan yang tinggi garam juga dapat membantu mencegah gagal ginjal.Selain itu, memperhatikan asupan cairan dengan minum air putih yang cukup juga sangat penting untuk menjaga kesehatan ginjal.
-
Apa saja yang bisa dilakukan untuk mengatasi gagal ginjal? Apabila penyakit ginjal sudah tahap akhir alias gagal ginjal kronis, maka tidak bisa lagi diperbaiki, yang bisa dilakukan adalah mengganti fungsi ginjal menyaring dan membuang racun dengan cuci darah alias hemodialisis, continuous ambulatory peritoneal dialysis (CAPD), atau transplantasi ginjal.
-
Kapan gejala penyakit ginjal muncul? Gejala penyakit ginjal dapat sangat bervariasi, mulai dari gejala ringan seperti kelelahan dan nyeri punggung, hingga gejala yang lebih serius seperti pembengkakan pada kaki dan pergelangan kaki, serta gangguan pada tekanan darah.
-
Apa yang bisa merusak ginjal dari obat pereda nyeri? Obat pereda nyeri seperti paracetamol dan ibuprofen ternyata bisa sebabkan kerusakan ginjal jika dikonsumsi berlebihan. Prof. Dr. dr. Nur Rasyid, SpU-K dari Siloam Hospitals ASRI, mengungkapkan bahwa kebanyakan obat yang digunakan untuk mengurangi rasa sakit memiliki kemungkinan dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal. "Semua painkiller, hati-hati, bisa merusak ginjal. Bahasa gampangnya begitu," kata Nur dalam diskusi media 'MengatasiKasusBatu Ginjal yang Sulit dengan Retrograde Intrarenal Surgery (RIRS)' di Jakarta pada Rabu, 5 Juni 2024.
-
Kenapa obat pereda nyeri bisa merusak ginjal? Hal ini bisa terjadi karena banyak painkiller dikeluarkan melewati ginjal, sehingga membuat kerja organ tersebut semakin berat. Walau begitu Nur menjelaskan bahwa terdapat jenis painkiller yang lebih aman untuk ginjal karena metabolisme tidak dilakukan di ginjal.
-
Bagaimana cara menjaga kesehatan ginjal? Berikut adalah beberapa cara efektif untuk menjaga kesehatan ginjal, Konsumsi Air yang Cukup: Memastikan asupan cairan yang cukup membantu ginjal dalam proses penyaringan limbah dan mencegah dehidrasi. Disarankan untuk minum air putih dalam jumlah yang memadai setiap hari, sekitar 8 gelas atau lebih, tergantung pada kebutuhan dan aktivitas tubuh. Jaga Pola Makan Sehat: Diet seimbang yang rendah sodium, gula, dan lemak jenuh dapat mengurangi beban kerja ginjal. Konsumsi buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian yang kaya akan serat, vitamin, dan mineral, serta batasi makanan olahan dan tinggi garam. Rutin Berolahraga: Aktivitas fisik secara teratur membantu menjaga berat badan yang sehat dan mengontrol tekanan darah. Cobalah untuk berolahraga setidaknya 150 menit per minggu, seperti jalan cepat, berenang, atau bersepeda. Kontrol Tekanan Darah: Hipertensi adalah salah satu penyebab utama penyakit ginjal. Monitor tekanan darah Anda secara rutin dan lakukan tindakan untuk menjaga tekanan darah tetap dalam rentang yang sehat, seperti mengurangi konsumsi garam dan rutin berolahraga. Kelola Diabetes dengan Baik: Jika Anda memiliki diabetes, penting untuk mengontrol kadar gula darah dengan diet, obat-obatan, dan pengawasan medis yang tepat. Diabetes yang tidak terkelola dengan baik dapat merusak ginjal secara perlahan. Hindari Penggunaan Obat yang Tidak Perlu: Beberapa obat, terutama obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID), dapat merusak ginjal jika digunakan dalam jangka panjang atau dalam dosis tinggi. Selalu konsultasikan dengan dokter sebelum menggunakan obat-obatan dan hindari penggunaan obat yang tidak diperlukan. Periksa Kesehatan Ginjal Secara Berkala: Jika Anda memiliki faktor risiko penyakit ginjal, seperti riwayat keluarga atau kondisi medis tertentu, lakukan pemeriksaan ginjal secara rutin. Tes darah dan urine dapat membantu mendeteksi masalah ginjal pada tahap awal. Hindari Alkohol dan Rokok: Alkohol dan rokok dapat membahayakan kesehatan ginjal dan meningkatkan risiko komplikasi. Batasi konsumsi alkohol dan hindari merokok untuk menjaga kesehatan ginjal Anda. Jaga Berat Badan Ideal: Obesitas dapat meningkatkan risiko penyakit ginjal serta kondisi lainnya seperti diabetes dan hipertensi. Menjaga berat badan dalam kisaran sehat melalui diet dan olahraga dapat mengurangi risiko tersebut. Perhatikan Kesehatan Saluran Kemih: Hindari penahanan urine terlalu lama dan pastikan untuk buang air kecil secara teratur. Infeksi saluran kemih yang tidak diobati dengan cepat dapat menyebar ke ginjal dan menyebabkan komplikasi. Dengan mengikuti langkah-langkah ini, Anda dapat membantu menjaga kesehatan ginjal dan mencegah perkembangan penyakit ginjal.
"Gejala awal sama kayak penyakit biasa demam, batuk, pilek dan diare. Kemudian tanda awal ini gagal ginjal adalah tidak kencing atau frekuensi urine berkurang dan keruh," kata Kristia, Rabu (18/10).
Kristia meminta kepada orang tua yang anaknya sedang mengalami demam, batuk dan pilek untuk rutin mengecek urine anak. Salah satu indikator dari gagal ginjal misterius yang ditemukan adalah berkaitan dengan urine.
"Orang tua yang anaknya sedang sakit demam, batuk dan pilek saya sarankan untuk terus mengecek urine anaknya. Kalau pakai popok yang dilihat apakah sebanyak biasanya atau tidak," kata Kristia.
"Sementara kalau yang sudah tidak pakai popok, saat buang air kecil dicek sendiri. Apakah volume urinennya sedikit, jarang pipis dan warnanya keruh, pekat atau tidak," ucap Kristia.
Cek Urine
Kristia menjabarkan apabila ada penurunan volume urine maupun warna urine lebih keruh atau pekat, orang tua diimbau untuk segera membawa anaknya ke fasilitas pelayanan kesehatan.
Kristia mengungkapkan dalam kasus gagal ginjal ini akan semakin berat jika sudah ditambah gangguan organ lainnya. Kristia merinci ginjal memunyai fungsi untuk mengeluarkan cairan racun. Apabila terjadi penumpukan di ginjal akan berpengaruh pada organ lainnya.
"Tumpukan cairan di ginjal ini bisa berpengaruh sampai ke paru-paru, jantung dan liver. Pada beberapa kasus gagal ginjal ini juga menyebabkan adanya penumpukan cairan di paru-paru yang menyebabkan sesak nafas," urai Kristia.
Kristia menambahkan dari 13 pasien gagal ginjal akut yang ditangani oleh RSUP Dr Sardjito sebagian besar harus menjalani cuci darah. Hal ini dikarenakan fungsi ginjal sudah mengalami gangguan.
Anak Demam Dikompres dan Dibawa ke Fasilitas Kesehatan
Kemenkes RI melarang sementara penggunaan obat sirup kepada anak yang mengalami demam. Larangan ini mendapatkan respons dari Dinkes DIY.
Kepala Dinkes DIY Pembajun Setyaningastutie mengatakan sesuai dengan edaran dari Kemenkes pihaknya mengimbau agar orang tua mematuhi arahan tersebut. Pembajun meminta agar orang tua berhati-hati dalam memberikan obat sirup pada anak.
"Memang inikan masih dalam penelitian. Supaya tidak bertambah kasusnya untuk sementara kita lakukan itu (stop penggunaan obat sirup)," kata Pembajun, Rabu (19/10).
Pembajun menuturkan untuk penanganan pertama anak demam disarankan untuk menurunkannya dengan cara dikompres lebih dahulu. Selain itu juga harus banyak mengonsumsi air putih.
Pertolongan pertama dengan dikompres ini disebut Pembajun bisa dilakukan oleh orang tua yang anaknya mengalami demam. Pembajun juga menyarankan agar apabila anak demam untuk dibawa ke fasyankes.
"Atau langsung ke fasyankes (fasilitas pelayanan kesehatan). Puskesmas dan klinik-klinik sudah diperintahkan Kemenkes untuk menangani jika ada temuan seperti itu," kata Pembajun.
Bupati Sleman Minta Apotek Perketat Pengawasan Penjualan Obat Sirup
Kemenkes RI mengeluarkan edaran untuk menghentikan sementara penjualan obat sirup ke masyarakat. Edaran ini merupakan respon Kemenkes RI pada temuan kasus gagal ginjal akut pada anak.
Menanggapi instruksi dari Kemenkes RI ini, Bupati Sleman Kustini Sri Purnomo angkat bicara. Kustini menyebut dirinya telah berkomunikasi dengan Dinkes Sleman terkait edaran itu.
"Saya sudah sampaikan ke Dinkes. Saya minta agar segera ditindak lanjuti dengan pendekatan dan langkah yang tepat. Jangan sampai timbul kepanikan apalagi di tingkat masyarakat," ujar Kustini, Rabu (19/10).
Kustini membeberkan terkait instruksi penghentian menjual obat bebas dan atau bebas terbatas dalam bentuk sirup di apotek, Pemkab Sleman masih menunggu arahan dari Pemda DIY.
Kustini menuturkan Pemkab Sleman dalam waktu dekat akan mengeluarkan surat edaran untuk mengimbau masyarakat dan apotek agar waspada terhadap jual beli obat.
"Yang pasti mulai sekarang kita imbau masyarakat untuk waspada terhadap setiap pembelian obat baik itu sembarangan atau secara langsung tanpa resep ke apotek. Saya minta apotek juga bisa mengendalikan ini, tidak boleh ada jual beli (obat) bebas. Jangan main-main," tegas Kustini.
Kustini juga menyampaikan sejauh ini belum ada temuan kasus penyakit gangguan ginjal akut progesif atipikal di Sleman.
Meski demikian Kustini telah meminta agar Dinkes bersama dengan fasilitas kesehatan yang ada segera menyiapkan prosedur penanganan apabila mendapatkan temuan kasus tersebut.
"Meskipun belum ada (temuan), kita harus mulai waspada. Kalau ada gejala awal, segera bawa ke faskes agar ditangani. Jangan malah ada kasus, tapi malah ditahan sendiri tidak lapor. Ini malah bahaya," ucap Kustini.
(mdk/gil)