Epidemiolog: Kasus Covid-19 Dilaporkan Sekarang Hanya 1/10 dari Sesungguhnya
Pengamat menduga, kondisi itu karena pemerintah daerah tidak transparan soal data Covid-19. Selain itu, pemerintah daerah tidak melaporkan data kasus positif dan kematian Covid-19 secara utuh kepada pemerintah pusat.
Epidemiolog Universitas Airlangga, Windhu Purnomo, mengatakan banyak kasus Covid-19 di Indonesia yang tidak tersentuh testing. Bahkan, menurutnya, data yang dilaporkan pemerintah saat ini, hanya sepersepuluh dari total kasus Covid-19 sesungguhnya.
"Semua ahli sudah mengatakan kasus-kasus yang dilaporkan sekarang ini hanya sekadar 1/10 atau 1/8 dari kasus yang sesungguhnya," katanya saat dihubungi merdeka.com, Senin (7/6).
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
-
Bagaimana virus Covid-19 pertama kali masuk ke Indonesia? Kasus ini terungkap setelah NT melakukan kontak dekat dengan warga negara Jepang yang juga positif Covid-19 saat diperiksa di Malaysia pada malam Valentine, 14 Februari 2020.
-
Apa yang menjadi tanda awal mula pandemi Covid-19 di Indonesia? Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
-
Kapan kasus Covid-19 pertama di Indonesia diumumkan? Presiden Jokowi mengumumkan hal ini pada 2 Maret 2020, sebagai kasus Covid-19 pertama di Indonesia.
-
Di mana kasus Covid-19 pertama di Indonesia terdeteksi? Mereka dinyatakan positif Covid-19 pada 1 Maret 2020, setelah menjalani pemeriksaan di Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso, Jakarta.
-
Kapan virus menjadi pandemi? Contohnya seperti virus Covid-19 beberapa bulan lalu. Virus ini sempat menjadi wabah pandemi yang menyebar ke hampir seluruh dunia.
Windhu menyebut, pemerintah daerah tidak transparan soal data Covid-19. Selain itu, pemerintah daerah tidak melaporkan data kasus positif dan kematian Covid-19 secara utuh kepada pemerintah pusat.
"Jadi kalau datanya sekian, mungkin yang dilaporkan cuma sekian. Separuhnya, seperempatnya. Belum lagi yang dicicil-cicil itu, baik positif maupun kasus kematiannya," jelasnya.
Tidak akuratnya data Covid-19 di Indonesia membuat para ahli kesulitan memprediksi puncak lonjakan kasus dan gelombang kedua. Terlebih lagi, Indonesia tidak memiliki kurva epidemik.
Padahal, kurva epidemik sangat penting untuk menentukan kapan kasus Covid-19 mulai terdeteksi dan pasien mengalami gejala terpapar virus SARS-CoV-2 itu.
"Anda tanya saja ke Satgas pusat itu, mana kurva epidemiknya. Nggak ada, kita nggak punya kurva epidemik. Kalau kita nggk punya kurva epidemik, kita nggak akan pernah bisa memprediksi. Jadi itu masalahnya kita ini," ujarnya.
"Data kita ini kalau mau jujur, tidak akurat. Dipakai untuk prediksi juga akan susah, bisa salah," sambungnya.
Meski Indonesia tidak memiliki kurva akademik, Windhu memprediksi lonjakan kasus Covid-19 dampak libur Lebaran Idulfitri 2021 masih terjadi hingga Juli mendatang.
"Kira-kira sampai Juli itu masih meningkat," pungkasnya.
Baca juga:
2.600 Pengendara di Suramadu Arah Surabaya Dirapid Tes, 24 Orang Positif Covid
Terpapar Covid, Puluhan Warga Rengasdengklok Isolasi Mandiri di Madrasah
Anies Tambah 34 Tempat Isolasi di Jakarta, Ini Lokasinya
Epidemiolog Sebut Penularan Covid-19 Tak Diketahui Luar Biasa Banyak & Itu Bom Waktu
Update WNA di Indonesia Positif Covid-19 Per 7 Juni 2021
Viral Pria Bawa Tabung Oksigen ke Kantor Gara-Gara Tak Diizinkan Cuti Oleh Bosnya
Ini Strategi Kapolri Tekan Angka Covid-19 di Kudus