Fachrul Bahas Radikal Dikritik: Enggak Mungkin Menag Cerita Masak Gulai Kambing
Menurut Menag dalam konteks acara seperti itu tentu saja dirinya akan membahas tentang bagaimana upaya deradikalisasi yang mesti dilakukan.
Menteri Agama (Menag) Fachrul Razi dinilai kerap membahas isu tentang radikalisme. Pernyataannya menyangkut isu ini pun sering menuai perdebatan saat dilempar ke tengah publik.
Merespons hal itu, Menag Fachrul menanggapi dengan santai. Menurutnya tak mungkin jika diundang dalam suatu acara dirinya membahas hal lain.
-
Kapan KM Rezki tenggelam? Peristiwa tenggelamnya KM Rezki diperkirakan terjadi sekira pukul 13.25 WITA, Sabtu, 2 Desember 2023.
-
Kapan Ridwan Kamil mencoblos? Hal itu ia sampaikan usai mencoblos surar suara di TPS 45, Jalan Gunung Kencana, Ciumbuleuit, Kota Bandung, Rabu (14/2).
-
Kapan Rasulullah melarang berziarah? Berziarah dulu kala sempat dijadikan Rasulullah sebagai kegiatan yang dilarang untuk dilakukan.
-
Kapan Faisal Basri meninggal? Namun takdir berkata lain, Ramdan mengaku kalau sekira pukul 04.30 WIB atau waktu Subuh tadi, Faisal telah menghembuskan nafas terakhirnya, setelah melalui masa kritis pada dua hari lalu.
-
Kapan Raden Rakha lahir? Raden Rakha memiliki nama lengkap Raden Rakha Daniswara Putra Permana. Ia lahir pada 16 Februari 2007 dan kini baru berusia 16 tahun.
-
Kapan Fairuz A Rafiq mengalami kejadian ini? Ini terjadi ketika Fairuz A Rafiq belum resmi menjadi istri Sonny Septian.
"Orang bertanya kok Menag sering sekali ngomong deradikalisasi? Saya katakan memang topiknya deradikalisasi, jadi kalau topiknya deradikalisasi mohon maaf bercanda dikit, enggak mungkin Menteri Agama bercerita tentang bagaimana memasak gulai kambing," kata Menag dalam Rapat Kerja bersama Komisi VIII DPR, Selasa (8/9).
Menurut Menag dalam konteks acara seperti itu tentu saja dirinya akan membahas tentang bagaimana upaya deradikalisasi yang mesti dilakukan.
"Karena topiknya memang ASN No Radikalisasi! Itu adalah topik yang diberikan oleh Menteri PAN RB," ucapnya.
Dalam konteks itu, kata Menag dirinya diminta untuk berbicara soal bagaimana agar ASN menolak paham radikal. Serta jangan sampai paham tersebut terinfiltrasi ke para ASN.
"Jadi masukan saya pasti tentang itu," tegasnya.
Setop Obral Kata Radikal
Sebelumnya, Anggota Komisi VIII DPR RI, Achmad menegur Menteri Agama (Menag), Fachrul Razi untuk tak lagi mengobral narasi radikal ke publik.
"Saya banyak sekali mendapat WA dari banyak tokoh masyarakat. Ini mereka menyampaikan kepada menteri tolong lah Menteri Agama itu jangan obral mengatakan radikal, jangan obral mengatakan teroris, jangan obral mengatakan Islam tuh sesuatu yang ganas. Ini tidak baik," kata Achmad dalam Raker bersama Menag pada Selasa (8/9).
Achmad menambahkan, mestinya seorang yang menduduki posisi Menag harus berwibawa dan memiliki takhta di hati umat. Bukan justru sebaliknya.
"Nah ini pesan moral mereka sehingga tak seolah-olah itu jadi pijakan," tegasnya.
Mengenai kelompok radikal yang dimaksudkan Menag, Achmad menyebut pihak Kemenag belum pernah melakukan pendekatan edukatif terhadap kelompok yang dituding radikal.
"Belum pernah Menteri Agama mengeluarkan berapa persentase dari 85 persen ini berapa yang radikal. Kenapa yang kecil ini jadi mainan? Kenapa yang besar ini tidak diurus dengan baik, bukankah itu potensi untuk mendukung kita berbangsa dan bernegara?," tanya dia.
Anggota dewan dari Fraksi Partai Demokrat itu meminta Menag jangan menjadikan isu radikalisme menjadi mainan. Pasalnya akan sangat menguras energi dari kementeriannya sendiri.
"Dia semakin dipijak mereka itu, mereka semakin melambung Pak, semakin besar mereka. Semakin sering Bapak sebut teroris itu semakin besar, ketawa mereka," jelas dia.
"Nah justru itu saya minta ke Pak Menteri hentikanlah kata-kata radikal itu, jangan bicara radikal lagi," sambung Achmad.
Achmad juga menjelaskan bahwa tak semua radikal itu berkonotasi negatif. Menurutnya tanpa adanya prinsip radikal dari para pejuang bangsa ini, mungkin hingga saat ini Indonesia belum merdeka.
"Kalu tidak ada radikal positif kita tidak akan merdeka Soekarno-Hatta Pak. Jadi radikal ini jangan diartikan negatif, radikal ini artinya positif Pak. Jadi kami mengharapkan jangan Menag menjadi pemicu, jangan negara jadi gaduh umat ini di tengah-tengah kita. Tapi (jadilah) penyejuk Pak, itu harapan kami," pungkas dia.
Reporter: Yopi M
Sumber: Liputan6.com