Festival Danau Batur bukti pariwisata di Bangli sudah membaik
Bupati Bangli Made Gianyar minta pariwisata di daerahnya seperti Kintamani dan Trunyan tidak dijelek-jelekan lagi.
Bupati Bangli Made Gianyar mengatakan citra pariwisata di daerahnya seperti Kintamani dan Trunyan telah berubah membaik. Karena itu dia meminta semua kalangan menyudahi pencitraan buruk pada daerah pariwisata di Bangli.
"Saya mohon hentikan menjelek-jelekkan Kintamani," kata Gianyar saat membuka Festival Danu Batur Kintamani di kawasan Danau Batur Bangli, Sabtu (21/9).
Kunjungan wisatawan ke Bangli sempat turun signifikan akibat maraknya aksi pemerasan yang dilakukan warga setempat.
Pemerasan biasanya dilakukan saat wisatawan menaiki sampan untuk menuju Trunyan, sebuah desa kuno dengan kuburan tradisionalnya. Saat menyeberangi danau, pengemudi sampan tiba-tiba mematikan mesin sampan meminta uang kepada wisatawan dengan alasan mesin sampan mogok.
Begitu juga saat mengunjungi Kintamani, banyak wisatawan yang terusik kenyamanannya karena dipaksa membeli souvenir oleh warga setempat dan anak-anak.
Association of the Indonesian Tours and Travel Agencies (Asita) bahkan sempat mengeluarkan Kintamani dan Trunyan dari list destinasi yang layak dikunjungi wisatawan saat berlibur ke Bali.
Gianyar menegaskan, citra buruk itu telah berlalu dan pihaknya siap menjamin keamanan wisatawan saat datang ke Bangli. "Kalau masih ada juga, laporkan dan kita siap benah," ujarnya.
Berubahnya citra Bangli ditandai dengan masuknya Kintamani ke dalam jaringan geopark dunia. "Geopark Batur Kintamani adalah yang pertama di Indonesia," imbuhnya.
Gianyar menambahkan, Festival Danau Batur Kintamani tahun ini cukup istimewa karena bertepatan dengan satu tahun usia Geopark Batur. "Saya optimis ini sangat bisa dijual ke wisatawan," katanya.
Kepala Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Gede Pitana, yang membuka festival mengatakan, Kintamani memiliki sejarah istimewa karena berhasil mengenalkan citra Bali zaman dulu ke dunia.
Pitana berharap festival ini bisa dipakai sarana mengembalikan citra Bangli seperti pada masa keemasan dulu. "Yang sedikit tenggelam sudah saatnya kita bangunkan lagi agar siap menerima wisatawan," katanya.