Festival Ngopi Sepuluh Ewu Banyuwangi, Jadi Ajang Lebaran Para Pecinta Kopi Nusantara
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas juga mengapresiasi kegiatan ini, yang merupakan bagian dari kegotongroyongan masyarakat. Semuanya disiapkan dan dirancang oleh warga Kemiren sendiri.
Festival Ngopi Sepuluh Ewu (Ngopi Sepuluh Ribu) kembali menyedot animo ribuan orang untuk datang ke Desa Adat Kemiren, Banyuwangi, Sabtu malam (12/10/2019). Acara yang sudah memasuki tahun ketujuh ini, tak ubahnya menjadi lebarannya para pecinta kopi Banyuwangi.
"Kalau sekadar mau ngopi khas Banyuwangi, banyak kok cafe yang menyediakannya sekarang. Tapi, beda dengan ngopi di sini," ujar Umam, salah satu pengunjung asal Surabaya yang mengaku sudah tiga tahun terakhir datang di acara Festival Ngopi Sepuluh Ewu ini.
-
Apa yang dibangun di Banyuwangi? Pabrik kereta api terbesar se-Asia Tenggara, PT Steadler INKA Indonesia (SII) di Banyuwangi mulai beroperasi.
-
Bagaimana cara Banyuwangi memanfaatkan insentif tersebut? “Sesuai arahan Bapak Wakil Presiden, kami pergunakan insentif ini secara optimal untuk memperkuat program dan strategi penghapusan kemiskinan di daerah. Kami juga akan intensifkan sinergi dan kolaborasi antara pemkab dan dunia usaha. Dana ini juga akan kami optimalkan untuk kegiatan yang manfaatnya langsung diterima oleh masyarakat,” kata Ipuk.
-
Kenapa Banyuwangi mendapatkan insentif lagi? Ini merupakan kali kedua mereka mendapatkan insentif karena dinilai sukses menekan laju inflasi serta mendongkrak kesejahteraan masyarakat.
-
Apa yang diserahkan oleh Presiden Jokowi di Banyuwangi? Total sertifikat tanah yang diserahkan mencapai 10.323 sertipikat dengan jumlah penerima sebanyak 8.633 kepala keluarga (KK).
-
Di mana Bandara Banyuwangi berlokasi? Bandara Banyuwangi menjadi bandara pertama di Indonesia yang berkonsep ramah lingkungan.
-
Apa penghargaan yang diraih Banyuwangi? Diserahkan Presiden RI Joko Widodo kepada Bupati Ipuk Fiestiandani di Istana Negara, Kamis (31/8/2023), Banyuwangi berhasil mempertahankan predikat Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Terbaik 2022 se-Jawa dan Bali.
"Ini seperti lebaran. Kita bisa bersilaturahmi. Bertemu dengan teman-teman sesama pecinta kopi. Ngobrol macam-macam. Melepas kangen," imbuh lelaki yang pernah KKN di Banyuwangi saat kuliah itu.
Tradisi ngopi di Desa Kemiren memang tak sebatas menikmati seduhan biji kopi. Namun, ada pesan filosofis yang terkandung dalam tiap cangkirnya. Dengan secangkir kopi, bisa menyatukan beragam perbedaan. Serta merekatkan tali persaudaraan.
Festival Ngopi Sepuluh Ewu Banyuwangi ©2019 Merdeka.com
Festival Ngopi Sepuluh Ewu ini dihadiri oleh Akmal Malik, Direktur Jendral Otonomi Daerah Kementerian Dalam Negeri. Akmal mengaku terkesan dengan festival yang digelar warga Kemiren secara swadaya.
"Di Banyuwangi ini terasa keguyuban warganya. Mulai Gandrung Sewu hingga Festival Ngopi warga gotong royong untuk memajukan daerahnya lewat atraksinya. Pancasila hadir sesungguhnya di Banyuwangi ini," puji Akmal.
Festival Ngopi Sewu digelar swadaya oleh warga Desa Kemiren. Ini sebagai bentuk penghormatan warga kepada para pengunjung dengan menyuguhkan kopi yang telah menjadi budaya warga Kemiren.
Untuk mempersiapkan 10 ribu cangkir kopi, warga Kemiren menyiapkan tak kurang dari 350 Kg bubuk kopi khas Banyuwangi. Ada beragam varian yang disajikan. Mulai dari arabica, robusta hingga house bland.
"Spirit semacam inilah yang perlu dicontoh oleh daerah lain untuk membangun daerahnya," kata Akmal.
Festival Ngopi Sepuluh Ewu Banyuwangi ©2019 Merdeka.com
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas juga mengapresiasi kegiatan ini, yang merupakan bagian dari kegotongroyongan masyarakat. Semuanya disiapkan dan dirancang oleh warga Kemiren sendiri.
Partisipasi publik yang tinggi dalam mempersiapkan festival tersebut, tambah Anas, bisa mendongkrak berbagai sektor lainnya. Terutama ekonomi kreatif yang sedang bergeliat di desa tersebut.
"Acara ini menjadi cara untuk mengundang orang datang ke sini. Sebagai desa wisata, kedatangan orang ke Kemiren menjadi sesuatu yang penting untuk menggerakkan sektor ekonomi kreatif yang sedang tumbuh di sini. Seperti kuliner, batik, seni pertunjukan hingga penginapan," ujar Anas.
Sesepuh adat Desa Kemiren, Suhailik menjelaskan warga Kemiren memiliki falsafah lungguh, suguh dan gupuh dalam menghormati. Ngopi Sepuluh Ewu sangat menggambarkan falsafah yang dipegang warga.
Lungguh, papar Suhailik, adalah menyiapkan tempat. Sedangkan 'suguh' adalah menyajikan hidangan. Adapun 'gupuh' adalah kesigapan tuan rumah dalam menyambut tamu tersebut.
"Kita siapkan tempat duduk di sepanjang teras warga sebagai bagian dari 'lungguh'. Kita juga siapkan kopi dan beragam jajanan tradisional sebagai 'suguh'. Serta kita berupaya untuk memberikan pelayanan yang terbaik sebagai bentuk dari 'gupuh' kita," ujarnya.
Di tengah ribuan pengunjung dari berbagai kota di Indonesia, hadir pula Bupati Gresik Sambari Halim, hingga musisi Indra Lesmana. Mereka berbaur bersama masyarakat menikmati seduhan kopi Banyuwangi.
Hadirnya ribuan tamu wisatawan ini, Suhailik berharap mereka bisa menjadi saudara bagi warga kemiren. "Dengan ngopi bareng di sini, kami ingin mereka menjadi saudara bagi kami. Karena kami punya semboyan, Sak Corot Dadi Sakduluran - Menyeduh Bersama maka Kita Bersaudara," pungkasnya.
(mdk/hhw)