Fragmen Geger Bumi Lodaya ramaikan Festival Barongan Banyuwangi
Dalam mitologi Banyuwangi, barong digambarkan sebagai raksasa berkepala besar dengan mata melotot dan taring panjang.
Ratusan barong dari berbagai daerah di Jawa Timur, unjuk kebolehan di Festival Barongan Nusantara, yang digelar Pemkab Banyuwangi, Minggu (11/10). Event ini ditutup dengan penampilan Reog Ponorogo yang menampilkan fragmen peperangan 'Geger Bumi Lodaya'.
Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas, di hadapan ribuan warga yang memadati jalan protokol, membuka Pawai Barongan di halaman Kantor Pemkab Banyuwangi.
Selanjutnya, kemunculan representasi Singa Putih bernama Barong Rontek Singo Ulung dari Kabupaten Bondowoso mengawali pawai. Kemudian diikuti barong dari Banyuwangi, yaitu Barong Kumbo berukuran besar.
Di belakang Barong Kumbo, Barong Kucingan beratraksi, memeriahkan acara. Disusul Barong Bali dengan iringan alat musik pukul yang rancak, dan sejumlah Leak Bali.
Menyusul kemudian, Barong Osing bernama Barong Prejeng. Barong asli Banyuwangi ini muncul bersama sekawanan burung dan pitik-pitikan. Selanjutnya di bagian akhir pertunjukan, munculah Reog Ponorogo bersama Ganongan yang menampilkan fragmen Geger Bumi Lodaya.
Bupati Anas menceritakan, dalam mitologi Banyuwangi, barong digambarkan sebagai raksasa berkepala besar dengan mata melotot dan taring panjang hingga ke luar mulut.
Penampakan barong raksasa ini, diyakini masyarakat Osing, suku asli Banyuwangi, sebagai penolak bala. Selain itu, barong yang tumbuh dan berkembang sejak dulu kala ini, juga dimaknai sebagai simbol kebersamaan. Sehingga, di tiap ritual yang digelar, selalu menampilkan sosok sang raksasa barong tersebut.
"Kami akan terus berikhtiar memberikan ruang bagi seniman dan budayawan Banyuwangi untuk beraktualisasi. Seperti di Festival Barongan Nusantara yang digelar Pemkab Banyuwangi kali ini," kata Anas.
-
Kapan Muhibah Budaya dalam rangkaian Banyuwangi Ethno Carnival digelar? Muhibah Budaya yang digelar Jumat malam (7/7/2023) tersebut menampilkan berbagai atraksi tari dari sejumlah daerah.
-
Mengapa Banyuwangi Ethno Carnival 2023 digelar? "Ini tidak sekadar tontonan dan hiburan semata. Tapi, ini menjadi panggung bagi talenta-talenta Banyuwangi untuk merawat budaya yang kita miliki dan memperkenalkannya kepada dunia," ungkap Ipuk.
-
Kapan Festival Kita Bisa di Banyuwangi? Memperingati Hari Disabilitas Internasional yang jatuh pada 3 Desember, Kabupaten Banyuwangi menggelar beraneka agenda. Salah satunya lewat Festival Kita Bisa yang menampilkan beragam karya dan kreasi dari anak-anak muda penyandang disabilitas.
-
Kapan Banyuwangi Ethno Carnival akan diselenggarakan? Selain ITdBI beberapa event berkelas juga akan meramaikan B-Fest tahun ini. Sebut saja Banyuwangi Ethno Carnival 9-14 Juli, Gandrung Sewu 24-26 Oktober, Jazz Festival 24 Agustus, hingga tradisi Kebo-keboan yang akan digelar pada 21 Juli.
-
Apa yang menjadi topik utama Banyuwangi Ethno Carnival 2023? Pagelaran Banyuwangi Ethno Carnival (BEC) 2023 yang mengusung tema The Magic of Ijen Geopark berhasi memukau ribuan pengunjung, Sabtu (8/7/2023).
-
Siapa saja yang ikut serta dalam pertunjukan Muhibah Budaya di Banyuwangi Ethno Carnival? Tidak hanya dari Banyuwangi, tapi juga diikuti oleh Situbondo, Bondowoso hingga Kabupaten Bontang. Mereka menampilkan atraksi budayanya masing-masing.
Dia mengaku, di kabupaten berjuluk Sunrise of Java ini, memiliki banyak barong. "Dan lewat festival ini kami ingin memunculkan history tentang barong, yang selalu mengingatkan kita akan jati diri bangsa."
Apalagi, masih kata Anas, kesenian yang telah lama muncul di masyarakat ini, merupakan manifestasi kebaikan dan pelindung masyarakat, yang dulu juga menjadi sarana dakwah dan perjuangan. "Semoga event ini menjadikan Barong Banyuwangi terus berkembang dan tetap lestari," pungkas Anas.
Festival Barong Nusantara ini sendiri, merupakan festival yang kali pertama diikuti sekitar 500 penampilan barong dari berbagai daerah di luar Banyuwangi. Sebelum ratusan barong ini tampil, acara diawali dengan ruwatan Barong Dandang Wringi.
Prosesi ruwatan itu, sebuah barong ditutupi kain putih, ditandu oleh empat orang. Barong tersebut kemudian dimandikan, disandingi peras (uba rampe yang digunakan untuk hajatan besar), diasapi dan dibacakan mantra. Di belakangnya, terdapat barisan 40 gandrung beserta 20 lelaki pembawa umbul-umbul mengiringi Barong Dandang Wiring yang diruwat.
Sekadar diketahui, pada bulan Agustus lalu, kesenian Barong Banyuwangi sempat menjadi tamu kehormatan di Frankfurt Book Fair 2015 dan Museum Surferfest di Frankfurt, Jerman. Barong Banyuwangi tampil selama tiga hari berturut-turut bersama dengan penampilan beberapa musisi kenamaan Tanah Air, seperti Djaduk Ferianto dan Kua Etnika, Dwiki Dharmawan, dan J-Flow.