Gerombolan babi hutan rusak pertanian lereng Gunung Slamet
Babi yang merusak tanaman warga di areal pertanian terjadi berpindah-pindah di areal pertanian dan permukiman.
Babi hutan dalam beberapa bulan terakhir terus menyerang lahan pertanian warga yang ada di kawasan lereng selatan Gunung Slamet di Desa Melung Kecamatan Kedungbanteng Banyumas Jawa Tengah. Untuk mengantisipasinya, warga desa menggiatkan ronda malam mengusir hama babi yang kerap menyerang saat malam hari.
Perangkat Desa Melung, Narwin mengemukakan hama babi yang merusak tanaman warga di areal pertanian terjadi berpindah-pindah di areal pertanian dan permukiman. "Sekarang sudah berpindah-pindah terus (hama babi). Karena itu, warga berinisiatif membuat ronda untuk mengamankan dari hama babi," katanya saat dihubungi, Rabu (14/9).
Ia mengemukakan, pada malam hari, kawanan babi hutan menyeberang menuju lahan pertanian milik warga. Akibatnya, tanaman jagung dan umbi-umbian yang ada di lahan warga kerap rusak karena serangan babi.
"Sasarannya, biasanya tanaman palawija yang ditanam warga, seperti jagung, singkong hingga padi rusak. Bahkan di Dusun Kaliputra, kawanan babi juga sempat masuk pekarangan rumah warga," jelasnya.
Menurut Narwin, saat turun ke permukiman, babi hutan tersebut datang bergerombol. Dalam satu gerombolan babi hutan, kawanan babi bisa berjumlah hingga lebih dari delapan ekor babi hutan.
"Kami sendiri tidak tahu, hama babi semakin merajalela. Soalnya, saat ini kami amati populasinya sepertinya bertambah banyak. Mungkin keseimbangan alamnya sudah mulai terganggu di hutan," ujarnya.
Diakuinya, selain persoalan bertambahnya populasi babi, soal kelangkaan sumber makanan babi hutan juga bisa menjadi penyebab lain. Belum lagi, lanjutnya, persoalan perambahan manusia hingga ke dalam habitat babi hutan.
"Populasinya kemungkinan semakin banyak dan juga faktor tiadanya sumber makanan mereka bisa menjadi penyebabnya. Selain itu, juga aktivitas manusia di dalam hutan bisa jadi sumber penyebab lainnya. Saat mereka (babi hutan) merasa terusik, pastinya akan berpindah
tempat," ujarnya.
Dari pengalaman sebelumnya, warga yang memiliki lahan atau rumah di kawasan pinggir hutan, kerap membuat batas seperti parit untuk mencegah masuknya babi hutan ke area permukiman dan pertanian. Namun lambat laun, batas tersebut semakin menghilang dan akhirnya tidak ada.
"Dulu babi hutan nggak bisa lewat dari batas tersebut. Mungkin karena sudah tidak ada lagi parit karena lama tertutup, babi hutan bisa memasuki kawasan warga dengan mudahnya," jelasnya.