Harga TBS Sawit di Daerah Merosot Dinilai Imbas Larangan Ekspor CPO
Harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di banyak daerah mengalami penurunan. Kondisi ini ditengarai merupakan imbas dari larangan ekspor minyak sawit mentah (CPO) dan minyak goreng. Selain itu, kinerja makro ekonomi Indonesia terancam karena penurunan devisa ekspor.
Harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di banyak daerah mengalami penurunan. Kondisi ini ditengarai merupakan imbas dari larangan ekspor minyak sawit mentah (CPO) dan minyak goreng. Selain itu, kinerja makro ekonomi Indonesia terancam karena penurunan devisa ekspor. sehingga bisa menjadi faktor yang menekan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengingatkan, pemerintah harus secepatnya mencabut larangan ekspor CPO. Karena kebijakan tersebut dinilai lebih banyak membawa dampak negatif, alih-alih bisa menjadi strategi pengendali harga minyak goreng.
-
Apa yang menjadi salah satu solusi untuk kemacetan di Jakarta? Wacana Pembagian Jam Kerja Salah satu ide yang diusulkan Pj Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono adalah pembagian jam masuk kerja para pekerja di Jakarta. Menurutnya, cara itu bisa mengurangi kemacetan hingga 30 persen.
-
Kapan kemacetan di Jakarta terjadi? Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Rani Mauliani menerangkan, kemacetan parah di beberapa titik di Jakarta kerap terjadi pada jam berangkat dan pulang kerja.
-
Di mana kemacetan parah di Jakarta sering terjadi? Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Rani Mauliani menerangkan, kemacetan parah di beberapa titik di Jakarta kerap terjadi pada jam berangkat dan pulang kerja.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Dimana lokasi wisata Kota Tua Jakarta? Kota Tua terletak di Jakarta Pusat, wilayah utara.
-
Dimana saja lokasi kemacetan yang paling parah di Jakarta? Kondisi kemacetan lalu lintas kendaraan pada jam pulang kerja di Jalan Gatot Subroto, Jakarta
"Kelebihan pasokan minyak sawit yang selama ini terserap di pasar ekspor tidak mungkin bisa diserap di pasar domestik," kata Bhima di Jakarta, Jumat (13/5). Dikutip dari Antara.
Rendahnya penyerapan CPO akibat larangan ekspor membuat harga TBS tertekan. Bahkan, sejumlah pabrik kelapa sawit dalam waktu dekat akan sulit menerima TBS dari petani karena tanki-tanki penyimpanan CPO yang mulai penuh.
Dari pantauan di lapangan, penurunan harga TBS kelapa sawit terjadi di hampir seluruh wilayah usai pelarangan ekspor CPO dan produk turunannya dua pekan lalu.
Di Sumatera Selatan, harga TBS petani turun sekitar Rp 500 per kilogram. Di Riau, penurunan harga TBS mencapai Rp 1.000 per kilogram menjadi sekitar Rp 2.900 per kilogram.
Penurunan harga TBS juga terjadi di wilayah sentra perkebunan kelapa sawit lainnya seperti Jambi, Kalimantan, dan Sulawesi.
"Kebijakan larangan ekspor ini tidak efektif menjamin stabilitas harga minyak goreng, karena masalah minyak goreng sebetulnya adalah persoalan distribusi bukan bahan baku," ujar Bhima.
Selain membawa dampak negatif kepada petani kelapa sawit, kinerja makro ekonomi Indonesia juga terancam. Tahun 2021, sumbangan devisa ekspor minyak sawit mencapai USD35 miliar atau lebih dari Rp500 triliun dan sawit menjadi komoditas penyumbang devisa ekspor terbesar.
Selain dari devisa ekspor, ekspor minyak sawit juga memberikan sumbangan bagi kas negara dalam bentuk pajak ekspor (bea keluar) dan pendapatan dari pungutan ekspor.
Penurunan pendapatan ekspor minyak sawit ini tentu berpotensi menekan surplus neraca perdagangan dan mengancam stabilitas nilai tukar rupiah terhadap dollar AS.
"Dengan harga CPO di pasar internasional yang sangat tinggi sementara di pasar domestik rendah akibat kelebihan pasokan, akan memicunya terjadinya penyelundupan. Ini akan membuat dinamika industri minyak sawit nasional semakin rumit dan runyam," lanjutnya.
Sementara itu pakar komoditas dari John Cabot University Roma Italia, Prof Pietro Paganini mengatakan di tengah kelangkaan minyak nabati global akibat perang Rusia dan Ukraina, dunia tidak punya pilihan lain kecuali mencari minyak sawit.
Bahkan di negara-negara Eropa, berbagai perusahaan makanan sudah mulai menggunakan minyak sawit sebagai bahan baku dan beberapa produk makanan di Eropa sudah menghapus label palm oil free.
"Tidak bisa dielakkan bahwa dunia membutuhkan minyak sawit. Apalagi jika dunia memiliki perhatian terhadap isu-isu keberlanjutan, pilihannya adalah dengan mengembangkan minyak sawit, karena tanaman kelapa sawit jauh lebih produktif dibandingkan tanaman minyak nabati lainnya," kata Pietro dalam diskusi dengan para pemangku kepentingan industri minyak sawit Indonesia di Jakarta, Rabu (11/5).
Baca juga:
Harga CPO Mahal, Eagle High Plantations Raup Pendapatan Rp2,9 Triliun
Industri Kelapa Sawit Raup Cuan Berkat Tingginya Harga CPO
Harga Minyak Goreng Masih Mahal, Kebijakan Larangan Ekspor CPO Dinilai Tidak Efektif
Kebijakan DMO Dicabut, Harga Referensi CPO April Anjlok 7,28 Persen
Permendag Larangan Ekspor CPO dan Turunannya Diterbitkan, Ini Isinya
Larang Ekspor CPO, Jokowi Siap Merugi