Hari Sumpah Pemuda, pelajar SMP 5 Purwokerto isi TTS Banyumasan
Meski bahasa Banyumasan kerap digunakan dalam keseharian, namun untuk mengisi TTS tersebut, siswa membutuhkan waktu yang agak lama dalam mengerjakannya.
Peringatan Hari Sumpah Pemuda yang ke-88 kerap digelar dengan berbagai cara. Seperti dilakukan pelajar SMP 5 Purwokerto yang mengisi peringatan Sumpah Pemuda dengan cara unik, mengisi teka-teki silang (TTS) berbahasa Banyumasan.
Agenda yang dimulai sekitar pukul 07.00 WIB tersebut diikuti siswa, usai upacara Sumpah Pemuda di halaman sekolah. TTS bahasa Banyumasan yang dibagikan itu, kemudian diisi tiap kelompok siswa yang berjumlah tiga anak.
Meski bahasa Banyumasan kerap digunakan dalam keseharian, namun untuk mengisi TTS tersebut, siswa membutuhkan waktu yang agak lama dalam mengerjakannya.
Seperti diungkapkan Serlina (14), pelajar kelas IX-G. Ia mengakui membutuhkan waktu untuk mengisi soal TTS tersebut.
"Sebenarnya tidak terlalu sulit, tapi memang butuh waktu untuk mencermati tiap pertanyaannya," katanya, Jumat (28/10).
Ia mengemukakan, untuk menjawab soal TTS tidak memiliki kendala karena bahasa Banyumasan juga dipraktikan di sekolah.
"Isi TTS bahasa Banyumasan mengajak kita untuk memperkaya kata-kata. Sebenarnya, bahasa Banyumasan juga selalu dipraktikan tiap seminggu sekali di sekolah," ujarnya.
Kepala SMP 5 Purwokerto, Ibnu Tavip Martapa mengemukakan, pilihan untuk memperingati Sumpah Pemuda dengan cara menggelar isi TTS bahasa Banyumasan bersama bukan tanpa alasan.
"Kami percaya, bahasa persatuan berasal dari bahasa ibu daerah yang ada di Indonesia. Nah, bahasa Banyumasan merupakan salah satu bahasa daerah yang kemudian menjadi cikal bakal bahasa persatuan, yakni Bahasa Indonesia," ucapnya.
Dengan agenda tersebut, ia mengemukakan siswa bisa memupuk rasa patriotisme. Pun tak hanya itu, agenda tersebut juga menjadi dukungan penyelenggaraan kongres bahasa Banyumasan yang baru saja usai, beberapa waktu lalu.
"Melalui TTS bahasa Banyumasan, kami ajak siswa untuk melestarikannya dan tidak malu menggunakan dalam keseharian. Apalagi dengan keberadaan media sosial seperti Facebook, Twitter, path, Instagram bisa berpotensi menggerus identitas bahasa lokal, seperti bahasa banyumasan," ucapnya.
Metode pengisian TTS, lanjut Tavip, menjadikan siswa senang untuk memahaminya. "Apalagi, setiap hari Kamis kami memberlakukan penggunaan bahasa banyumasan di lingkungan sekolah," tuturnya.