Hasto minta para kader PDIP bangun bangsa secara kolektif
"Bagi PDI Perjuangan, bahwa kami percaya melalui demokrasi kepartaian inilah bisa berjuang memperjuangkan ideologi."
Sekjen DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto menegaskan bahwa pendidikan kader guna menanamkan semangat kolektivitas sebagai partai ideologis. Dengan pemahaman dan semangat kolektif diharapkan mereka punya kesadaran membangun bangsa harus gotong royong atau kolektivitas.
Pesan itu disampaikan Hasto dalam acara Pendidikan Kader Pratama DPC PDIP Kota Yogyakarta di Sleman. "Tidak bisa membangun suatu pemerintahan baik itu di daerah jika dilakukan dengan perseorangan," kata Hasto dalam keterangannya, Jumat (1/4).
Sebagai partai ideologis, kata Hasto, sudah tentu dalam menghadapi setiap hajatan demokrasi menggunakan jalan kepartaian. Sebab, cara itu yang secara moral dan secara ideologis bisa dipertanggungjawabkan. Hasto menegaskan, apa yang menjadi prinsip partainya bukan berarti anti terhadap perseorangan. Ini mengingat hal itu memang sudah diatur dalam konstitusi. Namun, terhadap adanya fenomena perseorangan itu, kata dia, PDIP menjadikannya sebagai otokritik.
"Tetapi kami meyakini bahwa jalan kepartaian itulah yang selama ini punya sejarah panjang bisa melahirkan pemimpin dari generasi ke generasi," ujarnya.
"Bagi PDI Perjuangan, bahwa kami percaya melalui demokrasi kepartaian inilah bisa berjuang memperjuangkan ideologi. Namun begitu, kita menghormati mereka yang memilih jalur perseorangan," tambahnya.
Sebagai gambaran keberhasilan PDIP melahirkan pemimpin di tingkat nasional, yakni Presidien Joko Widodo dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat. Kemudian, di tingkat daerah, dari 10 kepala daerah yang tingkat keterpilihannya di atas 80 persen, sembilan di antaranya diusung PDIP. Daerah-daerah itu adalah Kabupaten Ngawi, Kota Blitar, Kabupaten Kediri, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Banyuwangi, Bandarlampung, Kota Surabaya, Sukoharjo, dan Kota Denpasar.
"Dan dari mereka itulah kita patut belajar bahwa kita prinsipnya membangun bangsa ini dengan kolektif kegotong royongan, bukan dari individu per individu," ungkapnya.
Prinsip itu, Hasto berharap PDIP tetap bisa menjadi penjaga kebangsaan dan kebhinekaan dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dengan mengedepankan kolektivitas dan semangat gotong royong.
Wakil Ketua DPD PDI Perjuangan DIY, Eko Suwanto menambahkan, banyak kader menyambut gembira program kerja DPP PDI Perjuangan yang memprioritaskan pendidikan dan pelatihan kader.
"Kita sampaikan terima kasih Jogja dipercaya menjadi salah satu tempat Sekolah Partai dengan lahan 35.000 m2 di Bantul yang akan didukung sistem pendidikan, kurikulum, perpustakaan dan pengajar yang bagus. Ini bukti komitmen Partai dalam mempersiapkan kader yang ideologis dan militan sehingga mampu berjuang menyatu dengan rakyat baik yang distruktur Partai, lembaga legislatif maupun eksekutif", ujar Eko Suwanto.
Sebagai partai ideologis yang lahir dari perjuangan rakyat, kata Eko, PDI Perjuangan bertekad untuk terus melahirkan kader mengkhayati ajaran-ajaran Soekarno dengan hidup mengabdi, jujur, melayani rakyat serta tegas anti korupsi. Sehingga bersama-sama rakyat kembangkan sikap mental zero tolerance for corruption dalam segala kehidupan bangsa khususnya dalam mengelola APBN dan APBD.
"Kaderisasi menjadi kunci keberhasilan kader. Beberapa contoh diantaranya Djarot Syaiful Hidayat yang 10 tahun jadi walikota Blitar, Hasto Wardoyo di Kiulonprogo juga Rudy Hardyatmo di Solo adalah kepala daerah dari PDI Perjuangan yang memberikan keteladanan bagaimana mengelola kekuasaan secara baik. Mohon doa dan dukungan rakyat, kita akan selalu dijalan ideologi, Pancasila 1 Juni 1945," terangnya.