Hindari Satpol PP, Sekolah Darurat Kartini gunakan tenda Koppasus
Meski sudah menginjak usai sepuh, Rossi dan Rian tetap berjuang demi pendidikan kaum marjinal. Tak hanya di Jakarta, hampir semua wilayah terpencil didirikan Sekolah Darurat Kartini. Ia bekerja sama dengan tentara, dan unsur lainnya membantu menjadi tenaga pendidik.
Sri Rosyati dan Sri Irianingsih, dua orang saudara kembar ini sangat konsisten dengan pendidikan kaum marjinal. Sejak tahun 1990, mereka berdua mendirikan Sekolah Darurat Kartini.
Rossy mengatakan, sekolah yang didirikannya khusus untuk melayani pendidikan non formal secara gratis bagi penduduk yang bermukim di bantaran rel kereta api maupun kolong tol yang ada di Jakarta. Di mana sasarannya adalah mereka yang tak tersentuh pendidikan oleh pemerintah.
-
Apa yang ditemukan di Bekasi? Warga Bekasi digegerkan temuan kerangka manusia di sebuah lahan kosong. Polisi pun melakukan penyelidikan.
-
Kapan kelas BPJS dihapus? Sehingga, Rizzky memastikan besaran iuran sekarang masih tetap sama dengan apa yang sudah berlaku selama ini."Untuk iuran masih tetap, karena tidak ada penghapusan kelas otomatis untuk iuran, ini masih mengacu kepada Perpres yang masih berlaku yaitu Perpres 64 tahun 2020 jadi masih ada kelas dan iuran masih sama," kata Irsan di kantor Kemenkes, Jakarta, Rabu (15/5).
-
Kapan kerangka manusia ditemukan di Bekasi? Dia menjelaskan, kerangka manusia ditemukan di lahan Kosong Grand Wisata, Kampung Bulak Jambu, Tambun Selatan Kabupaten Bekasi pada pukul 17:00 WIB pada Rabu, 4 September 2024.
-
Apa yang terjadi di gudang peluru di Bekasi? Gudang peluru di Bantargebang, Bekasi meledak. Api membumbung tinggi. Ledakan juga terjadi berkali-kali.
-
Kenapa kelas BPJS dihapus? Irsan mengatakan, untuk penyesuaian iuran ini masih perlu diskusi lebih lanjut.
-
Dimana kerangka manusia ditemukan di Bekasi? Dia menjelaskan, kerangka manusia ditemukan di lahan Kosong Grand Wisata, Kampung Bulak Jambu, Tambun Selatan Kabupaten Bekasi pada pukul 17:00 WIB pada Rabu, 4 September 2024.
"Mereka adalah kaum marjinal, yang mempunyai hak sama dengan masyarakat umum. Yaitu pendidikan," katanya di sela pemutaran film dokumenter 'Dua Mawar Merah' yang mengisahkan perjalanan Sekolah Darurat Kartini di XXI Grand Metropolitan Mal, Kota Bekasi, Kamis (15/2).
Dia mengisahkan, perjalanan Sekolah Darurat Kartini sejak 1990 tidaklah mudah, banyak tantangan dihadapi. Sekalipun niat kedua guru itu sangat mulia. Tantangan paling sering dihadapi yaitu penggusuran yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi DKI.
"Kami sadar, bahwa tempat bermukim masyarakat ilegal. Di tanah negara. Tapi, anak-anak di sana mempunyai hak untuk belajar," tegasnya.
Sampai dengan tahun 2000-an, jumlah murid Sekolah Darurat Kartini mencapai ribuan, dengan berbagai jenjang SD dan SMP. Tempat belajar mereka pun harus berpindah-pindah dari kolong tol satu ke kolong tol lain, maupun bantaran rel kereta api.
"Itu disebabkan karena ada penggusuran yang dilakukan oleh Pemprov DKI Jakarta," kata Rossy.
Suatu ketika di tahun 2006, kolong tol di kawasan Jakarta Utara harus ditertibkan. 1.500 siswa Sekolah Darurat Kartini tak bisa belajar. Tenda-tenda portabel yang didirikannya pun kerap dibongkar oleh pemerintah.
"Akhirnya saya meminta bantuan dari Koppasus, minta dibantu tenda. Alhamdulilah diberikan lima tenda besar," jelasnya.
Rossy dan Rian mempunyai kedekatan khusus dengan instansi tersebut. Sebab, keduanya juga menjadi pengajar di lingkungan TNI. Tanpa pikir panjang, tenda dengan tulisan Koppasus pun didirikannya.
"Sekalian saya adu dengan Koppasus kalau ada yang berani membongkar, akhirnya aman. Tidak ada yang berani membongkar dari pemerintah," kenangnya.
Menurut dia, selama enam bulan siswa Sekolah Darurat Kartini belajar di tenda milik Koppasus tersebut. Sebelum akhirnya menempati kolong tol maupun bantaran rel. Ini disebabkan keterbatasan biaya untuk membeli lahan guna mendirikan sekolah.
"Semakin ke sini, pemerintah semakin peduli, meski digusur tapi tetap diberikan solusi. Bahkan, saat ini pemerintah, TNI, dan Polri memfasilitasi. Sekarang jumlah murid Sekolah Darurat Kartini sekitar 300-an orang di Jakarta," kata dia.
Meski sudah menginjak usai sepuh, Rossi dan Rian tetap berjuang demi pendidikan kaum marjinal. Tak hanya di Jakarta, hampir semua wilayah terpencil didirikan Sekolah Darurat Kartini. Ia bekerja sama dengan tentara, dan unsur lainnya membantu menjadi tenaga pendidik.
"Sekolah yang kami dirikan sebagian sudah diambil oleh pemerintah menjadi sekolah formal," kata Rian menambahkan.
Rossy dan Rian menuturkan, bahwa motivasi membuat sekolah tersebut karena teringat pesan dari orang tuanya yang merupakan pendidik. Menurut dia, ada pesan tersendiri agar keduanya memperjuangkan kaum marjinal memperoleh pendidikan.
"Waktu kecil saya ditunjukkan anak-anak di kolong tol. Kata bapak, itu adalah tugas saya. Ketika sudah besar, saya teringat kembali, dan termotivasi," tuturnya.
(mdk/fik)