Ibadah Natal di Gereja Immanuel berbahasa Belanda, jemaat tak paham
Penggunaan bahasa Belanda untuk melestarikan sejarah berdirinya gereja Immanuel.
Ibadah Natal di Gereja Immanuel Jakarta sesi kedua menggunakan bahasa Belanda. Sekitar 50-an jemaat mengikuti ibadah sesi kedua, yang dilaksanakan mulai pukul 10.00 WIB hingga pukul 10.30 WIB.
Salah satu jemaat Gereja Immanuel, Fesya (33) mengaku tidak mengetahui kalau ibadah kedua ini menggunakan bahasa Belanda. Akibatnya dia tidak mengerti apa yang disampaikan oleh pendeta saat ibadah.
"Saya enggak mudeng ibadahnya pakai bahasa Belanda. Sebelumnya saya enggak tahu kalau ibadahnya pakai bahasa Belanda," katanya usai ibadah di Gereja Immanuel, Jakarta, Jumat (25/12).
Kendati demikian, ibu satu anak ini tetap khusyuk menjalankan ibadahnya. Dia juga berharap pada Natal tahun ini semua umat beragama saling menjaga toleransi.
"Harapannya, bangsa ini selalu toleransi enggak ada keributan lagi. Apalagi kemarin juga kan berbarengan dengan Maulid Nabi jadi semoga saling tolernsi," katanya.
Sementara pasangan Deri dan Kesya mengaku tidak kesulitan menjalankan ibadah dengan bahasa Belanda. Sebab menurutnya orangtuanya mengerti bahasa Belanda.
"Saya enggak ngerti tapi orangtua saya bisa dan ngerti bahasa Belanda," ungkapnya.
Gereja Immanuel sendiri memang rutin menggelar ibadah dengan menggunakan bahasa Belanda. Tidak hanya perayaan Natal saja, akan tetapi pada ibadah minggu pun selalu menggunakan bahasa Belanda.
"Iya rutin setiap ibadah hari minggu ada 5 jam ibadah, jam 6 pagi bahasa Indonesia, jam 8 pagi bahasa Indonesia, jam 10 bahasa Belanda, jam 17 bahasa Inggris, jam setengah 7 malam bahasa Indonesia," kata Pendeta Deny Matulapelwa.
Menurut Pendeta Deny Matulapelwa hal ini dilakukan karena gereja tersebut merupakan peninggalan bangsa Belanda. Jadi umat Kristiani tidak ingin menghapus sejarah tersebut.
"Gedung ini memang dari zaman Belanda. Banyak orang Belanda yang belajar di sini, dan kami gak mau hapus sejarah itu begitu saja," kata Pdt Deny.
Sedangkan tema ibadah Natal yang digelar Gereja Immanuel Jakarta adalah 'Menata Alam Secara Adil Demi Kelangsungan Hidup Sejarah'. Deny Matulapelwa mengungkapkan makna dari tema tersebut bahwa Tuhan datang membawa damai dan sejahtera untuk umat manusia di seluruh dunia.
"Tuhan yang datang dalam dunia ini atau yang datang dalam Yesus Kristus, membawa damai, membawa sejahtera. Bukan hanya untuk sekelompok orang, masyarakat, atau agama dan suku tertentu, tapi untuk seluruh dunia," kata Pdt Deny.
Dalam ibadah Natal ini, kata Pdt Deny, terselip doa untuk para pemimpin Indonesia agar tidak mementingkan kepentingan pribadinya. Akan tetapi, pemimpin Negeri ini pun harus peduli akan kesejahteraan rakyatnya.
"Dalam doa syafaat kami menyampaikan pada Tuhan agar pemimpin negeri ini tidak mengorientasi kepemimpinan nya untuk kesejahteraan pribadi, golongan, dan agama, partai politiknya sendiri. Lalu mendjolimi yang lain. Tetapi mensejahterakan yang dipimpin dan diwakilinya," katanya.
Pdt Deny juga berharap agar umat Kristiani tidak merayakan Natal hanya sebagai tradisi melainkan untuk pesta rohani dan iman.
"Pesan dan harapan kami bagi umat Kristiani janganlah merayakan Natal itu sebagai tradisi atau sebagai seremonial tauhanan. Hayati Yesus Kristus dan rayakan lah pesta rohani pesta iman. Supaya membawa berkat mengasihi membawa sejahtera bagi umat," pungkasnya.