Ibas: Kebutuhan Dapur Harus Tersedia Jangan Sampai Rakyat Kelaparan
Ibas juga menyampaikan bahwa kenaikan harga tentunya akan berkontribusi terhadap inflasi. Jika inflasi tinggi akan mengakibatkan semua harga komoditas naik, yang akhirnya berdampak pada rakyat.
Anggota Komisi VI DPR RI, Edhie Baskoro Yudhoyono mengikuti pertemuan Tim Kunjungan Kerja Spesifik Komisi VI DPR RI dengan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) V, di Pekanbaru, Provinsi Riau. Kegiatan tersebut dalam rangka peninjauan produk sawit untuk mendukung ketersediaan produksi minyak goreng dan turunannya.
Menurut pria yang kerab disapa Ibas ini, PTPN V sebagai payung besar sawit harus mampu menjadi jangkar stabilitas komoditas kebutuhan pokok yang dibutuhkan rakyat. Sehingga, mampu mendorong produksi sawit untuk kebutuhan domestik.
-
Bagaimana Edhie Baskoro Yudhoyono tampil di tanah suci? Di tanah suci, Ruby dan Edhie tampil dalam busana muslim baby blue.
-
Apa yang dilakukan Aira Yudhoyono bersama kakeknya, Susilo Bambang Yudhoyono? Mereka menikmati waktu bersama dengan penuh keasyikan, saling memperhatikan berbagai hal di sekitar mereka!
-
Siapa saja yang hadir di acara Biyan bersama Annisa Yudhoyono? Annisa dan Aira berfoto bersama Dian Sastrowardoyo, yang kebetulan juga membawa putranya, Ishana.
-
Siapa Mutiara Baswedan? Mutiara Annisa Baswedan lahir pada 3 Juni 1997. Kini, gadis kecil dalam foto di atas pun sudah tumbuh dewasa. Menjadi anak pertama dan perempuan satu-satunya, Mutiara juga sangat dekat dengan sang ayah.
-
Kenapa Annisa Yudhoyono melepas burung di IKN? "Harapannya pelepasan burung ini untuk menjaga ekosistem alam di kawasan IKN agar tetap terawat dengan baik," tulis Annisa Yudhoyono.
-
Mengapa Sindoedarsono Soedjojono mengecam Basoeki Abdoellah? Dalam pandang berpolitiknya, Djon selalu mengecam Basoeki Abdoellah karena tidak nasionalistis, hanya melukis keindahan Indonesia hanya untuk memenuhi selera pasar turis saja.
“PTPN V harus mampu mendorong produksi sawit untuk kebutuhan domestik, jangan hanya digunakan untuk kepentingan ekspor semata. Sesuai dengan moto, PTPN V harus menunjukkan kapabilitasnya sebagai ‘Pekebun Hebat’ dalam menjamin stabilitas persediaan sawit dalam negeri,” katanya dalam keterangannya, Jumat (28/1).
Sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN), PTPN V memang sudah semestinya hadir untuk berkontribusi terhadap pendapatan negara, namun menurut Ibas jangan sampai target ini justru memberikan beban kepada rakyat dalam kelangkaan produksi sawit dan turunannya.
Lebih lanjut, bisnis minyak goreng sendiri saat ini dikuasai oleh perusahaan-perusahaan raksasa bermodal besar, jarang sekali perusahaan skala kecil yang berbisnis pengolahan CPO dan turunannya. Menurut Ketua Fraksi Partai Demokrat DPR RI ini, hal tersebut bisa jadi penyebabnya karena adanya berbagai peraturan dan syarat yang cukup berat untuk dilakukan pebisnis-pebisnis kecil.
“Oleh karena itu, PTPN V memiliki peranan penting agar ke depan jangan sampai ada praktik kartel minyak goreng di Indonesia,” tambahnya.
Ibas juga menyampaikan bahwa kenaikan harga tentunya akan berkontribusi terhadap inflasi. Jika inflasi tinggi akan mengakibatkan semua harga komoditas naik, yang akhirnya berdampak pada rakyat.
“Tentunya ini akan berdampak buruk bagi konsumen. Minyak goreng adalah kebutuhan pokok yang diperlukan orang banyak. Jangan sampai kenaikan minyak goreng ini berdampak sistematik,” terang Ibas.
Menurut Wakil Ketua Banggar DPR RI tersebut, pengusaha pastinya menginginkan keuntungan. Namun, kebijakan ekspor dan jual dalam negeri harus seimbang. Sehingga diperlukan campur tangan pemerintah untuk mengaturnya.
“Perlu campur tangan pemerintah di sini. Harus ada peraturan misalnya, menetapkan kuota untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri sebelum melakukan ekspor. Dapur ngebul boleh tapi kebutuhan dapur harus tetap tersedia jangan sampai kelaparan rakyat kita,” tegasnya.
Ibas menambahkan, untuk menghadapi kondisi ini diperlukan strategi dan langkah konkrit. Harga harus stabil dan komoditas turunan harus sesuai ditingkatkan. Pemberian subsidi negara tentu saja juga diperbolehkan, asal kemudian tidak membuat perusahaan merugi.
“Mendorong terus adanya bentuk inovasi dan adopsi teknologi yang dilakukan oleh PTPN V, terutama terkait dengan penggunaan teknologi berdasarkan Precision Agriculture sesuai dengan prinsip Revolusi Industri 4.0 di Indonesia,” ungkapnya.
Tak lupa Ibas juga memberikan apresiasi kepada PTPN V yang telah memulai untuk menggunakan teknologi dalam proses pengawasan kegiatan BUMN tersebut.
“Walaupun sedikit baiknya dan apresiasi bahwa PTPN V telah memulai untuk menggunakan teknologi dalam proses dan pengawasannya, sehingga kegiatan di PTPN V lebih efisien dan produktif,” tutupnya.
Baca juga:
Harga Minyak Goreng Masih di Atas Rp14.000 di Cirebon
Warga Sulsel Sulit Dapat Minyak Goreng Rp14.000, Disperindag Jamin Tak Ada Penimbunan
Warga Keluhkan Harga Minyak Goreng di Garut Masih Lebih dari Rp14 Ribu, Ini Alasannya
Masih Jual Minyak Goreng di Atas HET, Siap-Siap Izin Usaha Dicabut
Pemerintah akan Berlakukan HET Minyak Goreng Rp14.000 Mulai Februari 2022
Mendag Minta Produsen Salurkan Stok Minyak Goreng Masih Tertahan