Indonesia akan pasang alat pendeteksi nuklir di tiga pelabuhan
Alat tersebut merupakan hibah dari Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA).
Indonesia mendapat hibah tiga alat pendeteksi nuklir dari IAEA atau Badan Tenaga Atom Internasional. Ketiga alat itu segera dipasang di tiga lokasi dalam waktu dekat.
Pemasangan alat bernama Radiation Portal Monitor (RPM) ini dijadwalkan dilakukan tahun ini juga. "Alatnya sudah kita terima," kata Ketua Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) As Natio Lasman di sela pertemuan keamanan nuklir di Kuta, Bali, Rabu (23/10).
Lokasi yang dimaksud yakni pelabuhan Tanjung Emas di Semarang, pelabuhan Bitung di Sulawesi Utara dan pelabuhan Soekarno Hatta di Makassar. Tahun lalu, IAEA juga menghibahkan alat serupa kepada Indonesia dan telah dipasang di pelabuhan Belawan, Sumatera Utara.
RPM merupakan alat yang mampu mendeteksi bahan nuklir dan zat radioaktif yang terdapat dalam kontainer tanpa perlu membuka kontainer terlebih dulu. Lasman menjelaskan, RPM terhubung langsung dengan Bapeten di Jakarta sehingga dapat dipantau secara online dan real time.
"Alat ini memiliki kemampuan deteksi yang tinggi sehingga sekecil apapun bahan nuklir dan zat radioaktif dapat diketahui," ungkap dia.
Lasman menambahkan, saat ini lembaganya mengawasi sekitar 14 ribu zat radioaktif yang ada di 750 fasilitas industri dan 2.200 rumah sakit di seluruh Indonesia. "Dengan begitu bahan nuklir dan zat radioaktif bisa terhindar dari tindakan kriminal, perdagangan gelap maupun untuk tujuan non damai," pungkasnya.