Indonesia Terserah, Jangan Sampai Tenaga Medis Terus Kecewa
Lebih jauh, Jajang mengungkapkan di tengah kondisi angka kasus yang tidak jelas kapan menurunnya. Para tenaga medis harus siap tetap siap bertugas walau menjelang hari raya Idul Fitri.
Belakangan ini muncul tagar Indonesia di media sosia yang banyak diunggah oleh tenaga medis. Topik tersebut muncul dan dibagikan oleh para tenaga medis yang seolah sudah tidak bisa berkata-kata dengan kerumunan yang justru terjadi belakangan ini. Padahal ancaman wabah Covid-19 masih di depan mata.
Topik soal Indonesia Terserah juga kini sedang banyak dibicarakan warganet di media sosial, terutama Twitter. Adapun topik atau tagar itu muncul sebagai bentuk kekesalan warganet terhadap kondisi masyarakat Indonesia di tengah pandemi Covid-19 saat ini.
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
-
Apa yang menjadi tanda awal mula pandemi Covid-19 di Indonesia? Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
-
Bagaimana virus Covid-19 pertama kali masuk ke Indonesia? Kasus ini terungkap setelah NT melakukan kontak dekat dengan warga negara Jepang yang juga positif Covid-19 saat diperiksa di Malaysia pada malam Valentine, 14 Februari 2020.
-
Kapan kasus Covid-19 pertama di Indonesia diumumkan? Presiden Jokowi mengumumkan hal ini pada 2 Maret 2020, sebagai kasus Covid-19 pertama di Indonesia.
-
Kapan peningkatan kasus Covid-19 terjadi di Jakarta? Adapun kasus positif Covid-19 pada 27 November sampai 3 Desember mengalami kenaikan sebanyak 30 persen dibanding pekan sebelumnya, yaitu pada 20-26 November.
-
Di mana kasus Covid-19 pertama di Indonesia terdeteksi? Mereka dinyatakan positif Covid-19 pada 1 Maret 2020, setelah menjalani pemeriksaan di Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso, Jakarta.
Ketua DPW PPNI Jakarta Jajang Rahmat menuturkan kondisi itu merupakan bentuk mirisnya tenaga medis yang saat ini tenaga medis yang berjuang mengobati pasien Covid-19.
"Dari ramainya tagar tersebut, kami miris melihat ini, korban yang semakin bertambah tetapi keramaian malah semakin ramai, seperti di bandara, pasar dan tempat-tempat umum," tutur Jajang saat diwawancara merdeka.com.
"Kita ini kan garda terakhir dalam penanganan kasus Covid-19, namun angka kasusnya cukup tinggi dan terus melonjak. Takutnya, dari lonjakan itu bisa tidak teratasi dan tercover oleh tenaga medis," sambungnya.
Semakin melonjaknya angka kasus positif, kata Jajang, seharusnya meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mematuhi dalam jaga jarak, memakai masker, dan tetap di rumah jika tidak ada keperluan yang mendesak.
"Bahkan sudah banyak tenaga medis yang tidak pulang sejak dua bulan kemarin tidak bisa bertemu dengan keluarga. Ditambah kondisi semakin ramainya orang, ini bisa bikin semangat tenaga medis luntur," ujarnya.
Termasuk dalam kasus Youtuber Indira Kalistha yang ogah memakai masker, dia mengatakan kalau hal itu bisa sangat berbahaya jika diikuti oleh masyarakat.
"Sama halnya, Youtuber itu (Indira Kalistha) yang meremehkan imbauan kesehatan. Mereka itu harus sadar kalau, dia itu punya pengikut apa yang dikatakan bisa berdampak sangat besar. Maka penting bagi polisi menindak hal-hal seperti itu," terang dia.
Lebih jauh, Jajang mengungkapkan di tengah kondisi angka kasus yang tidak jelas kapan menurunnya. Para tenaga medis harus siap tetap siap bertugas walau menjelang hari raya Idul Fitri.
"Tenaga medis memang tetap masuk sejak dulu walau Idul Fitri. Dan di tengah pandemi saat ini, ya sudah dipastikan tenaga medis akan masuk tidak ada libur," katanya.
Oleh karena itu, dia meminta kepada pemerintah untuk memperketat mobilitas masyarakat, termasuk kepada masyarakat yang seharusnya sadar bahwa penyebaran virus Covid-19 masih terjadi.
Pemerintah Harus Dengar Keluhan Tenaga Medis
Anggota DPR Fraksi PAN, Yandri Susanto ikut menyoroti trending Indonesia terserah sebagai ungkapan kekecewaan tenaga medis karena longgarnya PSBB. Yandri ikut setuju lantaran longgarnya PSBB membuat masyarakat berkerumun.
"Saya kira itu mewakili sebagian besar masyarakat Indonesia dari semua kalangan, tenaga medis, petani, pekerja, semua lah dalam melihat situasi hari ini. Mana mungkin PSBB berlangsung tetapi bandara dibuka dan pasar berjubel," kata Yandri.
"Itu kan tempat yang membuat orang mudah terpapar. Kalau sakit yang kena risiko kan tenaga medis, banyak kan perawat lagi hamil meninggal, dokter meninggal," sambungnya.
Menurutnya, keluhan tersebut harus didengar pemerintah. Yandri bilang, mestinya pemerintah tidak plin-plan sesuai aturan yang dibuat. Sebab, banyak tokoh masyarakat ormas dan masyarakat lainnya yang taat aturan PSBB.
"Kalau pasar dibuka, bandara dibuka, mal dibuka. Saya minta masjid juga dibolehkan dong, kan lebih terjamin, orang sudah berwudhu, pakai pakaian yang bersih, jarak bisa diatur, bisa lebih terarah, tapi kenapa dilarang. Saya protes keras. Mal-mal berjubel, tempat jual beli berjubel," tuturnya.
Yandri menambahkan, jika pemerintah mau tetap tegas, maka pasar ditutup dan kebutuhan masyarakat dipenuhi. Menurutnya, Indonesia saat ini seperti apa adanya melawan Covid-19.
"Kalau kata saya ini Indonesia apa adanya, karena yang penting seolah kita lawan corona tapi enggak punya apa-apa. Jadi, sebaiknya warga masyarakat mawas diri, pakai masker kalau ada, jangan tergantung pemerintah. Kita yang waspada karena Indonesia apa adanya," tutup dia.
Pemerintah Tak Tegas Atur Warga
Anggota Komisi IX DPR RI Netty Prasetiyani menyoroti ramainya video dan tagar 'Indonesia Terserah' yang menyindir aktivitas masyarakat berkerumun di sejumlah tempat saat diberlakukan PSBB. Netty menilai munculnya tagar ini karena kebijakan pemerintah terkait PSBB yang dinilai plin-plan.
"Kenapa saya bilang plin-plan? Dulu waktu PSBB, aturannya, layanan bandara Soekarno Hatta ditutup, bus keluar-masuk Jakarta tidak boleh, dan orang bekerja di luar dibatasi. Tapi sekarang justru oleh pemerintah dibolehkan meski ada persyaratan. Jadi masyarakat bingung, yang benar yang mana, karena plin-plannya pemerintah soal aturan PSBB" ujar Netty, Selasa (19/5).
Saat ini banyak masyarakat berkerumun di berbagai tempat. Mulai dari mal, terminal, pasar, bandara Soekarno Hatta dan tempat publik lainnya.
Menurut Netty, ini terjadi karena kebijakan pemerintah yang membolehkan masyarakat melakukan aktivitas dan beroperasinya moda transportasi. Akibatnya, masyarakat mencari celah. Berbagai cara dilakukan.
"Syarat-syarat seperti surat untuk melakukan pekerjaan dan menjenguk keluarga yang sakit keras itu mudah dimanipulasi, ini terbukti dengan mengularnya antrean penumpang di bandara Soekarno Hatta. Lihat aja, orang-orang bisa bersamaan waktu begitu kalau memang untuk keperluan kerja?," ungkapnya.
Dia melihat, sikap tidak tegas pemerintah pusat juga mulai diikuti pemerintah daerah. Beberapa daerah mulai merancang wilayah zona hijau di mana masjid dibolehkan menyelenggarakan shalat Idul Fitri. Kebijakan ini tentu tidak mampu melarang masyarakat dari zona merah untuk berbondong-bondong mendatangi masjid di zona hijau.
"Kita sekarang justru mundur sepuluh langkah ke belakang, alih-alih maju ke depan untuk menangani Covid-19," ucap Netty.
Harapan Ketua Gugus Tugas
Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo menanggapi soal viralnya tagar 'Indonesia Terserah' di media sosial. Dia berharap para dokter dan tenaga kesehatan tidak kecewa terhadap penanganan penyebaran virus Corona di tanah air.
"Video Indonesia Terserah, kita sangat tidak berharap kalangan dokter kecewa. Sejak awal kita kedepankan ujung tombak kita masyarakat. Kalau masyarakat terpapar sakit, dirawat di rumah sakit apalagi dalam jumlah yang banyak dan tempat perawatan penuh, maka yang sangat repot adalah dokter dan perawat," katanya.
"Dari awal ini jadi bahasan yang selalu kami kemukakan jangan kita biarkan dokter-dokter kelelahan," sambungnya.
Untuk itu, Doni meminta semua pihak untuk melindungi tenaga kesehatan agar tidak kelelahan menangani pasien positif Corona. Caranya, dengan mengikuti aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang telah ditetapkan pemerintah.
Dia mengungkapkan, jumlah dokter Indonesia paling sedikit dibandingkan negara-negara lain. Untuk itu, masyarakat diminta untuk bekerja sama menekan angka penyebaran virus Corona.
"Kalau kehilangan dokter adalah kerugian besar bagi bangsa, saling mengingatkan cegah, hindari, jangan sampai sakit. Segala ketentuan berhubungan protokol kesehatan, UU Nomor 6 tahun 2018 tentang Kedaruratan Kesehatan hendaknya dipatuhi," jelasnya.
(mdk/eko)