Ini kata mantan ajudan soal film Soekarno
"Saya melihat aura itu ada pada pemeran Soekarno, walaupun Soekarno lebih tampan," kata Sidarto.
Film 'Soekarno' besutan Hanung Bramantyo mendapatkan apresiasi dari berbagai kalangan sejak diluncurkan pada 11 Desember kemarin. Salah satunya dari Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Sidarto Danusubroto .
Menurut Sidarto yang juga mantan ajudan Presiden Soekarno , film itu bagus dan mampu menceritakan perjalanan panjang perjuangan bapak bangsa hingga mencapai kemerdekaan. Bagi Sidarto, perjuangan pendiri bangsa itu diharapkan bisa diteladani generasi berikutnya.
"Bagi saya film itu bagus. Yang harus kita setujui dalam film itu harus lihat perjuangan dari pada Soekarno , Sjahrir, dan yang lainnya. Dalam film itu proses menuju kemerdekaan Indonesia berjalan sangat panjang. Kemudian bapak bangsa yang keluar masuk penjara dengan idealismenya untuk kemerdekaan Indonesia," kata Sidarto di Kompleks Parlemen, Senayan, Jumat (13/12).
Untuk sosok Soekarno yang diperankan oleh Ario Bayu, menurut Sidarto, tidak masalah kendati aktor muda itu tidak mirip dengan sosok proklamator.
Namun menurut Sidarto, selama dekat dengan Soekarno , Ario Bayu dianggap bisa menyerap dan bisa menampilkan aura sosok Soekarno sebagai seorang pemimpin.
"Oh itu, aktornya yang bagus, itu dia, wajahnya gak mirip ya, tapi bagaimana. Penampilannya sebagai Soekarno itu begitu. Ya bagi saya ya, saya ini bukan anaknya tapi saya ajudannya Bung Karno. Saya melihat aura itu ada pada pemeran Soekarno , walaupun Soekarno lebih tampan, tapi aura itu ada waktu dia memerankannya. Dia bisa menangkap aura dari seorang Soekarno ," papar Sidarto.
Dari pengalaman Sidarto sebagai ajudan, film itu dianggap mampu menampilkan sosok Soekarno yang tampan dan punya kharisma. Bagi Sidarto memerankan sosok Soekarno tidak mudah.
"Kan Soekarno tampan, punya kharisma, terus seorang orator ulung. Komplet lah, dan itu tidak mudah kalau diperankan," terangnya.
Dia sepakat film itu ditonton oleh masyarakat Indonesia. Dia tidak sepakat andai ada yang menggugat film itu kemudian mencabutnya dari pasaran.
"Kalau ada yang mau cabut, ya saya sesalkan. Masyarakat Indonesia harus melihat film itu. Saya bukan dibayar untuk bicara begini, saya melihat film itu bagus," ujar Sidarto.