Ini para jenderal lingkaran dalam Jokowi
Penunjukan Sutiyoso sebagai calon Kabin sekaligus menambah deretan para jenderal di lingkaran dalam Jokowi.
Presiden Joko Widodo baru saja menunjuk Sutiyoso yang juga mantan Gubernur DKI Jakarta sebagai Kepala Badan Intelijen Negara (Kabin). Penunjukan ini dimasukkan dalam satu paket surat yang dikirimkan kepada DPR bersamaan dengan calon Panglima TNI Jenderal Gator Nurmantyo.
Penunjukan ini sekaligus menambah deretan jenderal TNI yang masuk ke dalam lingkaran pemerintahan Jokowi. Sebelumnya, sudah ada beberapa mantan jenderal yang diangkat sebagai pembantu presiden atau menteri.
Mereka yang sudah diangkat antara lain Tedjo Edhy Purdijatno sebagai Menko Polhukam, dan Ryamizard Ryacudu sebagai Menhan. Kemudian menyusul Luhut Binsar Pandjaitan.
Berikut para jenderal lingkaran dalam Jokowi:
-
Apa yang diresmikan oleh Jokowi di Jakarta? Presiden Joko Widodo atau Jokowi meresmikan kantor tetap Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA) Asia di Menara Mandiri 2, Jakarta, Jumat (10/11).
-
Bagaimana Presiden Jokowi saat ini? Presiden Jokowi fokus bekerja untuk menuntaskan agenda pemerintahan dan pembangunan sampai akhir masa jabaotan 20 Oktober 2024," kata Ari kepada wartawan, Senin (25/3).
-
Kapan Pasar Jongke diresmikan oleh Presiden Jokowi? Pada Sabtu (27/7), Presiden Jokowi meresmikan Pasar Jongke yang berada di Laweyan, Kota Surakarta.
-
Siapa yang mengunjungi Presiden Jokowi di Indonesia? Presiden Jokowi menerima kunjungan kenegaraan dari pemimpin Gereja Katolik sekaligus Kepala Negara Vatikan, Paus Fransiskus, di Istana Merdeka, Jakarta, pada Rabu, 4 September 2024.
-
Siapa yang menggugat Presiden Jokowi? Gugatan itu dilayangkan Tim Pembela Demokrasi Indonesia (TPDI) melayangkan gugatan terhadap Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN).
-
Apa yang dilakukan Presiden Jokowi pada hari Jumat, 8 Desember? Presiden Joko Widodo (Jokowi) menerima surat kepercayaan dari 10 duta besar luar biasa dan berkuasa penuh (LBBP) negara-negara sahabat.
Tedjo Edhy Purdijatno
Tedjo dipercaya Jokowi untuk menduduki jabatan sebagai Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan. Tedjo memilih bergabung dengan Ormas Nasional Demokrat, dan menjadi pemimpinnya menggantikan Sri Sultan Hamengkubuwono X yang mengundurkan diri.
Sebelum diangkat sebagai menteri, Tedjo pernah menjabat sebagai Kepala Staf TNI Angkatan Laut (Kasal) periode 2008-2009.
Selama berkarier, Tedjo selama 14 tahun mengabdi di Satuan Udara. Baru pada tahun 1982 bertugas di KRI, antara lain, sebagai Palaksa KRI Teluk Penyu (513) Satuan Amfibi Armatim. Kemudian Komandan KRI Teluk Lampung (540) Satlinlamil Surabaya, Komandan KRI Teluk Semangka (512) Satfib Armatim, dan Komandan KRI Multatuli (561) Satfib Armatim.
Tedjo Edhy kemudian ditugaskan di Mabes AL sebagai Paban VI Binkuat Sopsal Kasal Mabesal, Komandan Satfib Armatim, Asrena Mako Armatim, Kapok Sahli A Kasal Bidang Wilnas, Komandan Guskamla Armabar, Kepala Staf Koarmatim, Wakil Komandan Seskoal. Lalu Sahli Tingkat III bidang Hubintek Mabes TNI, Staf Ahli Manajemen Nasional Lemhanas, Panglima Koarmabar, Asisten Perencanaan Kasal, dan Dirjen Perencanaan Pertahanan Dephan, Komandan Sesko TNI, Serta Kepala Staf Umum TNI.
Dia dilantik pada tanggal 1 Juli 2008 oleh Presiden SBY, menggantikan Laksamana TNI Sumardjono yang memasuki masa pensiun. Tedjo Edhy resmi digantikan sebagai Laksamana Agus Suhartono pada 13 November 2009.
Ryamizard Ryacudu
Setelah menyelesaikan pendidikan Akademi Militer, Ryamizard dipercaya menjadi Komandan Peleton Kodam XII/Tanjung Pura. Kariernya mulai melejit sejak memangku jabatan sebagai Pangdam V Brawijaya, yang kemudian menjadi Pangdam Jaya.
Gesekan elite politik membuat Ryamizard bertindak tegas. Dia mengancam siapapun yang mengganggu wilayah yang dipimpinnya.
Ketegasan itu membuat dirinya mendapatkan promosi bintang tiga serta diangkat sebagai Panglima Kostrad menggantikan Letjen TNI Agus Wirahadikusumah. Salah satu prestasi yang dilakukannya adalah berhasil merangkul tiga matra TNI untuk apel bersama di Lapangan Monas.
Kondisi ini membuatnya ditunjuk sebagai Wakil Kepala Staf TNI Angkatan Darat (Kasad) yang kemudian menggantikan Jenderal Endriartono Sutarto yang diangkat menjadi Panglima TNI.
Dia pernah dicalonkan di akhir masa jabatan presiden Megawati sebagai Panglima TNI. Namun nama Marsekal Djoko Suyanto yang dipilih sebagai Panglima TNI pada 2006, namanya dianulir oleh SBY.
Luhut Pandjaitan
Pria bernama lengkap Luhut Binsar Pandjaitan ini merupakan pendukung utama Jokowi saat berkampanye. Atas jasanya itu, Jokowi menunjuknya sebagai Kepala Staf Kepresidenan, yang berarti membuatnya lebih dekat di dalam lingkaran Istana.
Sebelum menjadi Kepala Staf Kepresidenan, Luhut pernah ditunjuk sebagai Menteri Perindustrian dan Perdagangan Tahun selama setahun di era kepemimpinan Abdurrahman Wahid. Dia juga pernah dipercaya untuk menjabat Duta Besar Republik Indonesia untuk Singapura.
Karier militernya dihabiskan di Komando Pasukan Khusus (Kopassus). Dia pernah ikut dalam Operasi Seroja untuk mengintegrasikan Timor Timur dengan Indonesia.
Berkat pengalamannya berlatih di unit-unit pasukan khusus terbaik dunia, membuatnya terdorong untuk mendirikan unit khusus sekaligus komandan pertama Detasemen 81 (sekarang Sat-81/Gultor). Dia juga memiliki pengaman sebagai di bidang intelijen dengan keterlibatannya di Satuan Tugas/Satgas Intel Badan Intelijen Strategis (BAIS) ABRI.
Luhut pensiun dengan pangkat terakhir Jenderal TNI.
Sutiyoso
Inilah salah satu jenderal yang baru saja diangkat dalam lingkaran dalam pemerintahan Jokowi. Kemampuannya sebagai intelijen diakui Jokowi dan diangkat sebagai Kepala Badan Intelijen Negara.
Sutiyoso menghabiskan sebagian besar waktunya di Komando Pasukan Khusus (Kopassus). Sosoknya mulai mencuat saat terpilih sebagai komandan resimen terbaik se-Indonesia ketika menjabat Kepala Staf Kodam Jaya pada 1994. Prestasi yang digenggamnya itu kemudian ikut menghantarkannya pada jabatan Panglima Kodam Jaya.
Semasa menjadi panglima itu, namanya kian dikenal terutama lewat acara Coffee Morning. Lewat acara yang digelar sebulan sekali itu, Sutiyoso berdiskusi dengan sesepuh dan tokoh masyarakat dalam kaitan dengan keamanan ibukota.
Posisinya sebagai panglima, kemudian merentangkan jalan menjadi gubernur. Gaya kepemimpinannya disebut-sebut banyak meniru mantan Gubernur Ali Sadikin.