Ini pengakuan para mahaguru abal-abal Dimas Kanjeng Taat pribadi
Ini pengakuan para mahaguru abal-abal Dimas Kanjeng Taat pribadi. Mereka umumnya tak tahu. Bersedia ikut lantaran diberi uang jutaan.
Ada yang menarik dalam kasus penipuan bermodus penggandaan uang oleh Taat Pribadi, pengasuh Padepokan Dimas Kanjeng yang ditangani Ditreskrimum Polda Jatim. Tersangka Taat Pribadi merekrut orang yang mempunyai jenggot panjang, untuk dijadikan mahaguru besar di yayasan Padepokan Dimas Kanjeng.
Untuk mencari orang berjenggot warna putih, Taat Pribadi minta bantuan Vijay seorang warga negara keturunan India. Dari sinilah, Vijay mencari orang berjenggot di Jakarta.
Orang yang direkrut itu sendiri mempunyai perannya sendiri. Lalu seperti apa pengakuan dari mahaguru abal-abal ini? seperti Ratim alias Abah Abdul Rohman, tinggal di Jalan Asia Baru, Kecamatan Kebon Jeruk Jakarta Barat.
Pria berusia 65 tahun tersebut diminta menjadi mahaguru besar atas ajakan Vijay. Yang nantinya akan diberikan nama saat istigasah di padepokan oleh tersangka Taat Pribadi, dan untuk memimpin dalam membaca doa.
"Kerja saya iya penjual warung kopi di Jakarta. Saya diajak oleh Pak Vijay, agar memimpin doa itu saja," aku Ratim di depan semua media dan polisi, Senin (7/11).
"Doa itu saya baca setiap kegiatan istigasah. Iya seperti minta doa keselamatan dari dunia akhirat dan minta rejeki," tambah pria penjual warung kopi tersebut.
Acara istigasah itu lebih banyak di Makassar dan Probolinggo. Untuk di Madura sendiri jarang ada. Sebab pengikut Dimas Kanjeng sendiri lebih banyak dari dua kota tersebut.
Itupun tergantung situasi. Sebab jika saat di Padepokan Dimas Kanjeng di Makassar, Ratim ini dikenalkan oleh tersangka kepada pengikutnya sebagai keturunan wali Songo Sunan Kalijaga. Untuk di Probolinggo dan Madura, dikenalkan seorang keturunan dari Sunan Ampel.
"Saya juga bingung. Mereka ini (Taat Pribadi dan Vijay) mengenalkan saya sebagai seorang keturunan wali. Akhirnya sampai saya disebut mahaguru besar pertama," ucapnya.
"Bahkan, mereka (pengikut) yang ada di sana (dalam Padepokan) sampai ada yang disuruh untuk cium tangan saya. Karena sebagai guru besar," tambah dia.
Hal senada juga diungkapkan Murjang alias Abah Nogososro, tinggal di Kepa Duri, Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Kalau diajak Vijay, untuk dikenalkan banyak orang, dan mengikuti istigasah yang digelar oleh Taat Pribadi.
Nantinya akan dikumpulkan dengan orang yang berwibawa, sama-sama mempunyai jenggot panjang berwarna putih. "Terus terang saja. Saya tidak tahu apa-apa. Sekolah saja tidak," ucap pria berusia 51 tahun ini.
"Saya tahunya itu duit dan duit, dapat duit. Setelah dapat duit pulang, dan kadang diberi Rp 1 juta, juga Rp 1,5 juta," tambah dia.
Begitu juga dengan pengakuan Abdul Karim alias Abah Sulaiman, yang hidupnya lebih banyak dihabiskan di pinggiran jalan sekitar Jalan Poncol Kepa Duri, Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat juga diajak oleh tersangka Vijay.
Supaya ikut keliling di sekitar padepokan, untuk dikenalkan orang banyak. Jika ada pengikut yang menanyakan, supaya mengaku sebagai mahaguru besar di Padepokan Dimas Kanjeng.
"Saya diajak iya mau saja. Tidak tahu apa-apa. Yang penting dapat uang dan bisa buat isi perut. Saya sendiri tidak mempunyai pekerjaan iya lebih banyak di jalanan (pemulung)," terangnya.