Ini strategi Prabowo biar cadangan minyak tak dikadali asing
"India bikin satu kilang terbesar di dunia, 600.000 barel per hari, raksasa, kok bisa? Masak Indonesia tidak bisa?"
Anggota tim pemenangan pasangan Prabowo Subianto - Hatta Rajasa, Hashim Djojohadikusumo mengakui bahwa cadangan minyak Indonesia akan habis dalam 11 tahun mendatang.
Oleh sebab itu, adik Prabowo Subianto ini mengungkapkan strategi yang potensial ditempuh oleh Prabowo-Hatta, apabila terpilih pada Pilpres 9 Juli mendatang, untuk mengatasi potensi kelangkaan energi yang akan melanda Indonesia di masa mendatang.
"Betul, kita harus bikin rancangan ke Pertamina supaya kita bisa dapat lebih banyak lagi," ungkap Hashim di Balaikota Jakarta, Kamis (26/6).
Salah satu strateginya, lanjut Hashim, adalah dengan mengolah sendiri minyak produksi dalam negeri dengan harapan lebih ekonomis. Selain itu, Hashim merujuk pada pengalaman Indonesia saat menandatangani kontrak kerja sama dengan Tiongkok untuk memasok gas ke Fujian. Kontrak Tangguh di teken pada September 2002 oleh Presiden Megawati Soekarnoputri.
Pada Maret 2006, Indonesia melakukan negosiasi ulang Kontrak Tangguh. Harga gas yang semula USD 2,4 mmBtu menjadi USD 3,35 mmBtu24.
"Ya pokoknya, minyak dari Indonesia itu harus diolah di Indonesia, minyak di Indonesia jangan diekspor ke luar negeri terus diolah ke luar negeri, terus kita harus beli lebih mahal lagi. Ya, kita mau maksimal harus diolah di dalam negeri, tapi harus ekonomis," jelas Hashim.
Strategi lain adalah membangun kilang minyak. Hashim merujuk pada India yang berhasil membangun kilang minyak raksasa untuk memenuhi kebutuhan energinya. Hashim yakin Indonesia mampu membangun kilang minyak besar di Tanah Air.
"India bikin satu kilang terbesar di dunia, 600.000 barel per hari, raksasa, kok. Bisa untung luar biasa, masa di Indonesia gak bisa, gak masuk akal. Orang India apa lebih hebat dari orang Indonesia? Saya rasa tidak," tutur Hashim.