Ini tanda-tanda tahanan bakal berbuat keributan di penjara
Ada tanda-tanda sebelum para tahanan melakukan aksi kerusuhan di dalam penjara.
Peristiwa keributan yang berujung kematian di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) dan Rumah Tahanan Negara (Rutan) tidak hanya sekali terjadi di Indonesia. Di antaranya penyerangan di Lapas Cebongan di Kabupaten Sleman, Yogyakarta dan di pembakaran di Rumah Tahanan Negara (Rutan) Malabero, Kota Bengkulu.
Menurut Kepala Rutan Klas I Makassar, Surianto yang ditemui di sela-sela acara keagamaan bagi penghuni di Rutan, Minggu, (27/3), peristiwa apapun di Lapas atau Rutan tidak akan terjadi begitu saja. Menurut dia, pasti ada tanda-tandanya yang sudah terlihat beberapa waktu sebelum kejadian.
Kata Surianto, sudah kurang lebih 20 tahun dirinya bertugas di Lapas dan Rutan. Setahu dia, sebelum terjadi keributan, pasti ada tanda-tandanya. Tanda-tanda itu harus diketahui tiap petugas sehingga bisa segera diwaspadai.
Antara lain tanda-tanda itu, kata Surianto, misalnya pakaian bekas ditumpuk atau sengaja dibuang. Tumpukan kertas seperti koran juga. Hal seperti ini harus diantisipasi, segera disingkirkan karena bisa saja dijadikan bahan bakar.
"Hal-hal seperti ini harus segera diantisipasi, disingkirkan. Tentunya tidak disampaikan ke penghuni Lapas atau Rutan kalau itu ancaman. Cukup dikatakan itu sampah yang harus dibersihkan," tuturnya.
Menyusul keributan yang kembali terjadi di Rutan Malabero, Bengkulu, Jumat lalu, (25/3), kata Surianto, pihaknya tidak melakukan peningkatan pengamanan di Rutan yang memuat 1.400 penghuni Rutan ini, tetapi hanya meningkatkan kewaspadaan.
Semua anggota petugas, kata Surianto, diperintahkan untuk mengumpulkan bahan dan informasi sekecil apapun. Makanya setiap anggota yang dapat patroli keliling, wajib mengambil hal-hal atau sesuatu yang dianggap tidak semestinya. Misalnya tumpukan kertas atau pakaian bekas itu.
Untuk di Rutan Klas I Makassar sendiri, lanjutnya, untuk mengantisipasi ancaman keributan itu salah satunya juga adalah mengedepankan kekompakan petugas dulu. Petugas ditegaskan untuk sepakat kompak menganggap para narapidana dan tahanan itu sebagai manusia.
"Kalau tidak dianggap sebagai manusia, itu bahaya karena siapapun dia, apapun posisinya, kalau tidak dihargai sebagai manusia pasti akan marah. Semut saja kalau diinjak menggigit," tandasnya.
Kejenuhan, rasa bosan memuncak, kata Surianto, itu sangat manusiawi. Oleh karena itu, untuk menghalau kejenuhan, rasa bosan para penghuni yang menjalani penahanan dalam Rutan ini, banyak kegiatan yang dilakukan mulai dari kegiatan bersifat kemandirian dan kepribadian.
Di antaranya melakukan berbagai pelatihan keterampilan yang diharapkan kelak bisa dijadikan modal untuk mandiri bagi mantan penghuni Rutan. Lalu yang sifatnya kepribadian yakni diisi dengan kegiatan keagamaan misalnya pengajian bagi yang muslim dan kegiatan kerohanian bagi yang non muslim.
"Kita juga membuka ruang diskusi, dialog untuk menyampaikan keluhannya ataupun pendapatnya," pungkas Surianto.