Jadi pengusaha sukses, bukan alasan hedon & jadi sosialita
"Pernah ada yang tawarin tas Hermes Rp 700 juta. Buat saya mending beli rumah," ujar Dian.
Gerai kesehatan Totok Aura Dian Kenanga, di Jalan Pejaten Raya, Jakarta Selatan, tentu tak asing di telinga warga ibu kota, khususnya wanita. Di tempat inilah, kaum hawa biasanya memanjakan diri agar tampil lebih cantik dan menarik.
Kesuksesan gerai ini tak lepas dari tangan dingin seorang wanita berusia 42 tahun. Dia adalah Salma Dian Priharjati.
Semua capaian ini tak diraih dengan mudah oleh Dian. Jatuh bangun menjalankan usaha pun pernah dia rasakan.
Kini, usaha yang didirikannya sejak 2004 silam semakin cemerlang. Saat ini, Dian Kenanga memiliki empat gerai, dengan berbagai sensasi perawatan yang ditawarkan.
"Kita memunculkan tema totok aura itu bukan cuma packagenya saja, tapi ada akuntabilitas ilmiahnya, dibarengi teknik akupuntur, teknis pernapasan dan tenaga dalam," ucap Dian membuka perbincangan merdeka.com beberapa waktu lalu.
Dian memang sudah lama mendalami teknik tenaga dalam. Maklum saja, meski wanita, sejak kecil dia aktif di Merpati Putih.
"Jadi sesungguhnya, totok aura itu adalah terapi yang bertujuan untuk menjalankan organ tubuh seseorang dengan cara memberikan stimulasi atau getaran ke bagian saraf melalui stimulan," tambahnya.
Sebagai pengusaha gerai kesehatan dan salon kecantikan, setiap harinya Dian selalu bertatap muka dengan konsumen wanita. Mulai dari remaja, hingga ibu rumah tangga.
Dian menyadari kehadiran usahanya cukup menolong wanita muda yang ingin tampil menarik. Meski demikian, dia tak menutup mata gaya hidup wanita modern saat ini sungguh jauh berlari mengikuti perkembangan zaman.
"Saya lihat wanita sekarang dan dulu jauh sekali. Itu karena banyak hal yang mempengaruhi, semisal arus informasi yang demikian luas," kata ibu empat anak ini.
Saat ini, kata Dian, wanita tak sekadar ibu rumah tangga biasa. Mereka punya segudang aktivitas yang mengharuskan tampil menarik dan sedap dipandang.
Sebagian wanita mungkin mengimplementasikannya dengan positif. Tapi tak jarang wanita ibu masa kini malah kebablasan mengikuti tren gaya hidup yang berkembang.
"Tanpa didasari pengetahuan yang cukup kuat, didukung peningkatan penghasilan, akhirnya menimbulkan gaya hidup yang salah tafsir. Mereka ingin diapresiasi lingkungan sekitarnya, padahal tampilan fisik tidak menjadi tolak ukur seseorang mendapat apresiasi," bebernya.
Sebenarnya, kata Dian, merawat tubuh agar tetap sehat, bugar dan cantik, sangat penting untuk wanita. Tapi bila perawatan yang dipilih harus mengeluarkan budget gila-gilaan, tentu terkesan hanya demi eksistensi.
"Sebagian menganggap gejala perawatan ini tuntut lingkungan. Tapi tak jarang jadi ajang saling berkompetisi gaya hidup, keinginan lebih dari orang lain agar tak ketinggalan zaman. Ya lebih gengsilah tepatnya," tambah istri dari Aria Abiasa ini.
Di Dian Kenanga sendiri, rata-rata usia konsumen sekitar 18-35 tahun. Dari berbagai perawatan yang ditawarkan, banyak konsumen yang memilih totok aura dengan budget minimal Rp 200 ribuan.
Meksi usahanya cukup sukses, penampilan Dian bisa dikatakan cukup sederhana. Padahal sangat dimungkinkan penampilan Dian setara dengan ibu-ibu sosialita yang selalu tampil glamour, brended dan seksi. Apa alasan Dian?
"Saya merasa bukan bagian dari mereka, meski saya akui sering diseret-seret ikut komunitas itu. Saya mengumpamakan bila diri saya masuk ke komunitas itu seperti sopir angkot masuk ke mal. Ini lebih ke persoalan batin yang nggak cocok, bukan masalah finansialnya," tambahnya.
Dia lantas mengisahkan. Suatu hari pernah diajak kumpul-kumpul di sebuah komunitas sosialita. Karena penasaran dia lantas coba ikut.
"Tapi langsung merasakan is not me. Pernah ada yang tawarin tas Hermes Rp 700 juta. Buat saya mending beli rumah. Harga ratusan juta juga kan kalau kena rokok nggak ada harganya," kelakarnya.
Setelah mengikuti satu kali pertemuan itu, dia semakin yakin tak berminat bergabung. Meski tak ada larangan dari suami, Dian merasa tak menikmati gaya hidup yang dipaksakan seperti itu.
"Suami tidak pernah ngasih tahu ini itu, apalagi soal gaya hidup. Sebab kalau diarahin belum tentu berhasil. Dia lebih sering meneladani seperti mengatakan gaya hidup kita yang mengatur, bukan gaya hidup yang mengatur kita. Sebab bila tak terkontrol kita akan habis dengan sendirinya," kata wanita berambut panjang ini bijak.
Dia merasa, hidup, keluarga dan usaha yang dijalankannya selama ini sudah cukup lengkap. Hal itu mendasari Dian hidup apa adanya dan tak berusaha menjadi diri orang lain.
"Bagi saya hidup saya sudah sangat komplit. Saya menikah tahun 95, punya empat anak, dan sekarang sedang dianugerahi lagi anak ke lima. Buat saya mereka lebih penting dari sekadar shopping ke luar negeri, pakai tas-tas mahal. Dan itu bukan dibuat-buat," katanya.
Dari pada kongkow seperti ibu-ibu muda saat ini, Dian lebih senang berkebun bersama sang suami dan anak-anaknya. Bagi Dian, menjadi pengusaha sukses tak harus dibarengi gaya hidup hedon.
Hal itu pula yang membuat sang suami, Aria merasa sangat beruntung memiliki seorang wanita bernama Dian.
"Saya berharap Dian tetap berperikalu seperti dirinya. Dian yang saya tahu, Dian yang nggak pernah melihat segala sesuatu dalam kacamata matrealistis, selalu dilihat pakai hati. Mudah tersentuh dan menangis," puji Aria dengan mata berbinar.
"Karena buat saya my wife my life, dia begini sangat cukup," tandas pria berusia 52 tahun ini tersenyum.