Janggal Kematian Maulana di Tengah Rusuh Jakarta
Kejanggalan makin kuat setelah Epa mendengar pernyataan polisi berubah-ubah. Apalagi saat polisi menanyakan riwayat penyakit Yadi.
Maspupah alias Epa (49) masih ingat betul yang disampaikan pihak kepolisian mengenai penyebab kematian anaknya, Maulana Suryadi alias Yadi (49), saat demo rusuh di Jakarta. Versi polisi, Yadi meninggal karena sesak napas akibat terpapar gas air mata.
"Anak ibu meninggal karena gas air mata dan sakit sesak napas," kata Epa saat ditemui di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat, Jumat (4/10).
-
Apa yang menjadi tuntutan utama mahasiswa dalam demonstrasi tersebut? Lahirlah apa yang dinamakan TRITURA. Tritura atau Tri Tuntutan Rakyat 1. Bubarkan PKI dan ormas-ormasnya2. Rombak Kabinet Dwikora3. Turunkan Harga-Harga
-
Apa yang menjadi tuntutan utama mahasiswa saat melakukan demonstrasi di Trisakti? Mereka menuntut segera dilakukannya reformasi.
-
Siapa yang terlibat dalam demo tersebut? Sejumlah kepala desa yang tergabung dalam Persatuan Perangkat Desa Indonesia (PPDI) berunjuk rasa di depan Gedung DPR, Jakarta, Kamis (23/7/2023). Rencananya, akan ada ribuan massa aksi yang ikut serta dalam demo tersebut.
-
Siapa yang berjuang melawan penjajah di Surabaya? Mereka gugur dengan mulia sebagai pahlawan yang ingin mempertahankan tanah air.
-
Siapa yang ikut demo di KPU selain Mayjen Purn Sunarko? Soenarko menambahkan, aksi ini akan diikuti oleh sejumlah elemen masyarakat sampai beberapa organisasi relawan dari pasangan calon 01, Anies Baswedan - Muhaimin Iskandar (AMIN) dan paslon 03, Ganjar Pranowo - Mahfud MD.
-
Siapa yang membacok guru di Demak? Seorang siswa Madrasah Aliyah (MA) YASUA, Desa Pilangwetan, RT 02 RW 03, Kecamatan Kebonagung, tega membacok gurunya sendiri.
Banyak pertanyaan di pikiran Epa. Salah satunya mengenai kejadian yang membuat putranya meninggal. Polisi menjawab Maulana jatuh dari mobil dan ditemukan tergeletak di jalan.
"Awalnya bilang ditemukan saat demo di jalan, jatuh dari mobil katanya," ujarnya.
Kejanggalan makin kuat setelah dia mendengar pernyataan polisi berubah-ubah. Apalagi saat polisi menanyakan riwayat penyakit Yadi. Setelah Epa menjawab riwayat penyakit anaknya, Polisi lalu menyebutkan Yadi meninggal dunia karena ikut demo di Depan Gedung DPR /MPR RI.
"Lalu ditanya (Polisi) apa punya riwayat penyakit? Saya bilang iya. Jadi katanya meninggal karena sakit dan kena gas air mata," katanya
Epa diantar polisi ke RS Polri, Kramatjati, Jakarta Timur. Ada 8 orang polisi, menggunakan dua mobil. Setibanya di RS Polri, dia melihat tubuh Yadi yang sudah tak berpakaian. Lalu dia melihat darah keluar dari kuping sebelah kiri.
"Saya tanya, ini kenapa ada darah ke pak polisi? 'Napasnya kali nyesek bu'. Itu kata Pak polisi."
Lalu Epa disodorkan secarik kertas putih. Dia diminta membuat surat pernyataan yang menerangkan anaknya meninggal dunia karena sakit.
"Saya kan masih syok, jadi adiknya yang tulis, tapi itu didikte sama polisi yang isinya kalau Yadi meninggal dunia karena sakit asma dan gas air mata. Dan saya yang tanda tangan di atas materai Rp6000, itu pernyataannya sama polisi, saya tidak pegang apa-apa. Emang anak saya ada sakit asma," ucapnya.
Pendapat Dokter Forensik
Merdeka.com mencoba menelusuri kejanggalan itu. Melalui dokter forensik dr. Ayodya Heristyorini, MSc (FMS), MSc (BAFA). Meski dia mendapat foto kondisi jenazah Maulana, namun dia tidak bisa menyimpulkan adanya kejanggalan dari kematiannya. Kejanggalan hanya bisa disimpulkan jika melihat langsung kondisi jenazah,
Dia hanya menjelaskan secara umum. kemungkinan seseorang meninggal karena penyakit asmanya kambuh, bisa saja terjadi. Tergantung kondisi jenazah sebelum ajal menjemput.
"Asma sendiri macam-macamnya ada banyak. Ada asma ringan, sedang dan berat. Asma ini juga bisa menyebabkan kematian mendadak. Misalnya, dia dari jam 1 siang mulai merasa sesak lalu 3 jam kemudian meninggal. Itu bisa," jelasnya.
"Asma itu sendiri pengertiannya suatu inflamasi pada saluran napas yang menghalangi pertukaran udara, makanya gejalanya sesak. Dalam inflamasi itu banyak yang memicu, seperti alergi, karena terlalu ramai jadi menyebabkan sesak napas, trauma atau dipukulin juga bisa," tuturnya.
Kematian Maulana Versi Polisi
Kepala Instalasi Forensik Rumah Sakit Polri Kramat Jati, Kombes Edi Purnomo mengatakan Maulana dilaporkan memiliki riwayat penyakit sesak napas.
"Dia (Maulana) meninggal karena sesak napas. Keluarganya bilang, dia punya riwayat sesak nafas," kata Edi saat dikonfirmasi melalui sambungan telepon di Jakarta, Kamis sore. Seperti dilansir Antara.
Pihak keluarga juga memberikan kesaksian bahwa riwayat penyakit sesak napas yang diderita Maulana, juga dialami oleh sang ayah yang lebih dulu meninggal dunia.
"Kakaknya juga menderita sesak napas, bapaknya meninggal juga karena sesak napas," katanya.
Namun saat tim medis menanyakan apakah sesak napas itu dipicu TBC atau asma, kata Edi, pihak keluarga tidak memberi jawaban. Laporan yang diterima kepolisian, kata Edi, Maulana dikabarkan tidak berniat ikut dalam aksi kericuhan.
"Kalau menurut laporan polisi, Maulana ada di lokasi kericuhan karena baru saja pulang kerja. Bisa saja dia panik, lari-lari hingga sesaknya kambuh," tandasnya.
Baca juga:
Jejak Terakhir Maulana saat Demo Rusuh di Jakarta
Korban Demo Rusuh, Maulana Tewas Karena Asma atau Tindak Kekerasan?
Cerita Tewasnya Maulana Saat Ikut Demo Rusuh di DPR
Kapolresta Pekanbaru Ajak Mahasiswa Pungut Sampah Usai Unjuk Rasa
6 Polisi Terbukti Bawa Senjata Api Saat Amankan Demo Mahasiswa di Kendari
Polda Metro Jaya Masih Tahan Sebagian Pendemo
Menristekdikti Sayangkan Mahasiswa Menolak Berdialog dengan Jokowi