Jateng Buka Sekolah Virtual, Siswa Putus Sekolah Gratis dan Difasilitasi HP
Sistem sekolah virtual sama dengan sekolah reguler. Adapun siswa sekolah virtual juga tercatat dalam data Dapodik siswa. Mereka akan mendapatkan kurikulum yang sama, serta saat lulus juga mendapatkan ijazah yang diakui.
4.500 Anak putus sekolah yang tersebar di Jawa Tengah kembali bisa mengikuti sekolah virtual akibat tidak ada biaya. Khususnya, yang berasal dari keluarga tidak mampu.
"Sekolah virtual ini merupakan solusi agar anak-anak miskin yang tidak sekolah bisa tetap melanjutkan belajarnya dengan baik. Mereka yang ikut sekolah virtual ini semuanya gratis, kami berikan fasilitas berupa handphone dan juga beasiswa," kata Plt Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jateng, Padmaningrum, Selasa (13/10).
-
Bagaimana sekolah tersebut mendukung bakat anak-anak? Hilman mengatakan jika semua anak yang sekolah di sana selalu mendapatkan support untuk mengembangkan bakatnya. “Kan nggak dibatasi ya? Punya bakat apa itu bakal disupport ya?” tanya Hilman. “Iya,” jawab Boy.
-
Dimana anak kembar Komeng bersekolah? Keduanya lulus dari International Islamic School (IISS).
-
Kapan kaki seribu sering terlambat sekolah? Soalnya kakinya banyak, jadinya kalau pakai sepatu kelamaan.
-
Di mana Sekolah Gendhis? Sekolah Gendhis berada di Magelang, Jawa Tengah.
-
Bagaimana anak-anak dari sekolah pencuri menjalankan aksinya? Setelah satu tahun bersekolah, para remaja itu bisa 'lulus', mencuri perhiasan di pesta pernikahan orang kaya.
-
Siapa yang tampil di panggung acara sekolah? Kedua putri mereka, Megu dan Mishka, tampil memukau di panggung acara sekolah.
Dia mengungkapkan, sistem sekolah virtual sama dengan sekolah reguler. Adapun siswa sekolah virtual juga tercatat dalam data Dapodik siswa. Mereka akan mendapatkan kurikulum yang sama, serta saat lulus juga mendapatkan ijazah yang diakui.
"Semua siswa masuk Dapodik di sekolah yang mengampu. Prosesnya sama, lulusan juga berhak mendapat ijazah. Tapi metode beda, mereka banyak sekolah dunia maya, dan sesekali dilakukan tatap muka," ujar dia.
Untuk sementara, pihak Dinas Pendidikan dan Kebudayaan membuka sekolah virtual di dua tempat. Namun ke depan, akan terus membuka sekolah virtual ini di daerah-daerah pelosok dan tergolong miskin.
"Kita masih buka sekolah virtual di SMAN 3 Brebes dan SMAN 1 Kemusu Boyolali," ungkapnya.
Seorang siswa SMUN 1 Kemusu, Boyolali Aprilia Lestari (15) mengatakan dengan difasilitasi sekolah virtual sangat bermanfaat sekali. Mereka yang mengatakan tidak bisa melanjutkan sekolah karena alasan ekonomi, akhirnya bisa melanjutkan cita-citanya.
"Bersyukur sekali dengan adanya sekolah virtual ini, saya jadi bisa kembali sekolah dan melanjutkan cita-cita. Kemarin tidak mendaftar SMA/SMK karena tidak punya biaya, bapak hanya petani yang penghasilannya tidak bisa diharapkan," kata Aprilia Lestari.
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo mengatakan ide awal pembuatan sekolah virtual ini adalah untuk memberikan semua anak-anak kesempatan belajar. Banyak anak-anak yang tidak melanjutkan sekolah atau berhenti sekolah, karena alasan biaya.
"Maka kami buat konsep sekolah virtual ini, agar mereka yang tidak sekolah atau berhenti sekolah karena faktor ekonomi, tetap bisa sekolah dengan baik. Akan kami dampingi dan bantu mereka melanjutkan cita-citanya," kata Ganjar Pranowo.
Untuk sementara, rintisan sekolah virtual dibuka di dua tempat dan diampu oleh sekolah negeri yakni di Brebes dan Boyolali. Masing-masing sekolah diikuti oleh 36 siswa. Sehingga, proses belajar mengajar yang didapat bisa tetap memenuhi standar pendidikan nasional.
"Sekolah virtual ini diampu oleh sekolah SMA/SMK negeri yang ada di sana. Harapannya, anak-anak ini bisa tetap belajar di rumah dengan sistem daring dan sekali-kali bisa tatap muka. Maka, mereka anak-anak yang punya cita-cita bagus, akan mendapatkan kesempatan," tutupnya.
(mdk/gil)