Jenderal TNI Ungkap Kehebatan Sukhoi, 4 Pesawat Bisa Hancurkan Jakarta
Mantan Kasau Marsekal TNI (purn) Agus "Dingo" Supriatna menceritakan bagaimana kemampuan Sukhoi-35 di langit. Ia mencontohkan 4 pesawat tempur itu rudal-rudalnya mampu menghancurkan Jakarta dalam waktu singkat dengan melepaskan 18 bom.
Mantan Kasau Marsekal TNI (purn) Agus "Dingo" Supriatna adalah penerbang pesawat tempur yang pada masa mudanya berpengalaman menerbangkan semua pesawat tempur yang dimiliki Indonesia ketika itu. Dua jenis pesawat tempur yang canggih, F-16 buatan Amerika dan Sukhoi buatan Rusia.
Dalam buku "Dinggo" Menembus Limit Angkasa, karya Bambang Setiawan dan Budiawan Sidik Arifianto, Agus Supriatna menceritakan bagaimana kemampuan Sukhoi-35 di langit. Ia mencontohkan 4 pesawat tempur itu rudal-rudalnya mampu menghancurkan Jakarta dalam waktu singkat dengan melepaskan 18 bom.
-
Apa tujuan utama TNI dalam membebaskan pilot Susi Air? Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto mengatakan bahwa pihak Selandia Baru mendukung langkah TNI dalam melakukan pembebasan pilot Susi Air Phillip Mark Mehrtens dari kelompok bersenjata di Nduga, Papua Pegunungan."Sangat mendukung apa yang dilakukan TNI dengan pendekatan soft power," kata Agus seperti dilansir dari Antara, Jumat (14/4).
-
Bagaimana strategi TNI dalam membebaskan pilot Susi Air? Pendekatan soft power yang dimaksud Agus adalah dengan dialog yang dilakukan tokoh masyarakat dan beberapa pejabat daerah kepada pihak penyandera, yakni kelompok kriminal bersenjata (KKB).
-
Kapan penyerahan pesawat C-130J-30 Super Hercules ke TNI AU? Acara serah terima dihadiri langsung oleh Presiden Jokowi dan Menhan Prabowo Subianto. Momen Menarik Kasad Hormat ke Prabowo
-
Di mana TNI dibentuk? Dahulu TNI dibentuk dan dikembangkan dari sebuah organisasi bernama Badan Keamanan Rakyat (BKR).
-
Mengapa TNI memilih pendekatan soft power dalam pembebasan pilot Susi Air? Agus pun tidak menjelaskan secara perinci apa dampak dari pendekatan tersebut hingga saat ini. Dia hanya memastikan akan terus berkoordinasi agar bisa berjalan dengan lancar. Dengan upaya tersebut, Agus juga membuka peluang bagi KKB untuk berkomunikasi kepada pihak mana pun demi pembebasan sandera berdarah Selandia Baru tersebut. "Ya, artinya 'kan mereka dari pihak OPM itu apakah mau kepada pihak kita atau mau langsung kepada pihak Newzeland sendiri. Kalau kita sih ke mana aja silakan," ujarnya.
-
Kapan Indonesia mulai membeli Sukhoi? Pembelian Sukhoi ini dimulai tahun 2003.
"Kalau Sukhoi kuat, hebat, tapi duduknya enggak nyaman. Sukhoi memang dibuat untuk perang. Kalau Rusia membuat pesawat, ya untuk perang. Nah kenapa saya ngotot Sukhoi-35? Karena satu pesawat saja bisa menangkap enam target. Enam target di darat bisa terkunci sekaligus," papar Agus.
Ketika menjadi Pangkoopsau II, Agus pernah berkunjung ke Rusia dan mencoba Sukhoi-35. Ia kagum dengan kemampuan pesawat itu yang bisa melakukan hal berbahaya.
"Wuih, kayak begitu rupanya. Buset, hebat betul. Pesawat bisa berhenti di udara, lalu tiba-tiba wuuut.... melaju kencang seketika. Berhenti lagi, dan seketika bisa melaju kencang lagi. Loop-loopnya bisa begitu lho, patah-patah, hebat bener!" kata Agus.
Kehadiran Sukhoi-35 diharapkan dapat mengimbangi pesawat tempur Amerika yang telah mengembangkan sistem rudal dengan daya tembak yang lebih jauh. F-35 memang dirancang dengan sistem penggunaan rudal yang handal. Pesawat itu dilapisi sesuatu sehingga tidak dapat ditangkap radar biasa. Sistem ini menjadikan pesawat tempur dengan harga mahal.
Agus juga bercerita strategi pembelian pesawat tempur dipengaruhi oleh pertimbangan geopolitik. Menurut pengalamannya, kalau kita membeli pesawat tempur hanya satu negara, semuanya dibeli dari Amerika, ketika terjadi embargo atau pelarangan perniagaan dan perdagangan dengan sebuah negara, maka Indonesia tidak bisa berbuat apa-apa.
"Waktu kasus Timor Timur saat itu, Hawk kita yang lagi di Aceh ditarik, tapi tidak boleh dipakai. Biar buatan Inggris, tetap enggak boleh dipakai juga," kata Agus menceritakan sulitnya menggunakan pesawat ketika terjadi embargo.
Oleh karena itu, Indonesia akhirnya memutuskan membeli pesawat Sukhoi-35 dari Rusia. Namun keputusan membeli Sukhoi, membuat Amerika kelabakan dan semakin gesit memasarkan pesawat F-35 kepada Indonesia. Amerika memamerkan keunggulan dan kualitas pesawat buatannya, juga mencoba mengambil keuntungan dari kedekatan hubungan Indonesia dengan Amerika.
Namun Indonesia tetap memutuskan membeli Sukhoi dari Rusia karena lebih murah dibandingkan F-35, mengingat anggaran pembelian pesawat terbatas. "Jauh lebih murah Sukhoi-35 dari F-35. F-35 harganya hampir dua kali lipat, mahal sekali. F-15 saja harganya USD 125 juta, apalagi yang F-35. Sementara, Sukhoi-35 hanya USD 107 juta," jelas Agus.
Sementara itu, Wakil KSAU Marsdya Hadiyan Sumintaatmadja saat itu bercerita Agus Supriatna yang menginginkan membeli Sukhoi-35. "Karena memang kita sudah melihat pesawat ini mempunyai nilai deterrence, nilai gentar yang tinggi. Pertimbangan yang lain tentu ada. Secara politis saya tidak tahu, tetapi secara teknis kita penginnya itu," kata Hadiyan.
Nilai deterrence yang dimaksud adalah tingkat kekuatan yang mampu membuat gentar musuh yang hendak melakukan suara aksi kepada negara Indonesia.
Baca juga:
Inilah Harga Pesawat Tempur yang Dimiliki TNI
Deretan Senjata dan Pesawat Tempur Canggih TNI Dimiliki pada 2019
4 Negara ini punya jet tempur 'siluman'
4 Pesawat tempur paling canggih di muka bumi
Menko Polhukam bentuk tim kecil tuntaskan pengadaan Sukhoi dan KFX/IFX