JK sebut kebanyakan konflik didasari oleh ketidakadilan
Ketegangan antar suku dan agama dimulai saat Pemilu 1998. Dimana ada pengaruh, siapa yang berkuasa dialah pemenangnya.
Wakil Presiden Jusuf Kalla merupakan salah satu tokoh yang berperan dalam perdamaian konflik di Poso, Sulawesi Tengah. Konflik Poso dinilai berakar dari masalah agama, namun JK mendapati permasalah di wilayah tersebut bukanlah soal agama tetapi politik.
"Ambon, Poso orang pikir masalah agama. Tidak, itu masalah politik. Itu akibat karena dulu 'the winner takes all' berlaku. Ambon, Poso sejarahnya suatu daerah yang secara agama hampir sama Islam dan Kristen," kata JK dalam pidatonya di acara Lokakarya Hari HAM sedunia di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta Pusat, Rabu (10/12).
JK mengatakan, masyarakat di Ambon dan Poso bisa hidup berdampingan selama puluhan tahun meski berlatar belakang agama yang berbeda. Namun, ketegangan dimulai saat Pemilu 1998 dimana banyak partai Islam tumbuh dan berkuasa lantaran jumlah warga Muslim lebih banyak. Akibatnya, para kepala daerah dan pemangku kebijakan lebih banyak beragama Islam dan berujung pada ketidakseimbangan kehidupan di kedua wilayah tersebut.
"Kalau zaman dulu demokrasi yang terpimpin. Itu diatur semua secara harmoni. Diatur saja oleh pusat, kalau gubernurnya Islam wakilnya Kristen, kalau gubernurnya Kristen wakilnya Islam. Jadi ada harmoni. Begitu demokrasi 'the winner takes all', maka langsung tidak harmoni," imbuhnya.
Ketidakseimbangan tersebut memicu ketidakadilan yang merupakan pemicu sebagian besar konflik yang terjadi di Indonesia. "Ada 15 kali selama kita merdeka 69 tahun. Mulai sejak Madiun, banyak perang, konflik vertikal antara horizontal, itu yang besar. Mulai RMS, Permesta, G30S/PKI, Aceh, Ambon, Tim-tim, Papua, Kalimantan. Dari 15 itu, 10 karena ketidakadilan," tegas JK.
Kondisi ini kemudian diperparah dengan memasukkan unsur SARA di dalamnya. Menurut JK, isu agama dilibatkan dalam konflik-konflik tersebut lantaran mudah memunculkan emosi masyarakat hingga melegalkan aksi saling bunuh dengan 'iming-iming' surga, baik bagi yang membunuh, pun terbunuh.
"Maka kenapa yang konflik dan kemudian di bungkus agama atau penyebaran agama, itu cepat sekali berkembang, cepat mematikan. Karena sama dengan Al-Qaidah, ISIS kenapa cepat begitu? karena surga yang dipermainkan. Jangan 'iming-imingi' surga," tegas JK
Untuk menghindari konflik yang dibumbui SARA, JK menekankan pentingnya pemahaman agama yang lebih moderat. Oleh sebab itu, pemimpin agama juga perlu mengambil peran penting dalam menjaga perdamaian di masyarakat.
"Ini karena pemimpin agama juga tidak peduli satu sama lain. Disinilah fungsinya agama itu dimoderatkan. Di Poso, Ambon saya melihat mereka merasa saling di dzalimi. Jadi kita ada aturan-aturan kemudian dilanggar. Bunuh tapi pikir jiwanya masuk surga," tutup JK.