JK Sebut Taliban Sudah Berubah Tak Seperti Dulu
Wakil Presiden periode 2014-2019 Jusuf Kalla (JK) menilai, Afghanistan di bawah kepemimpinan Taliban akan mengalami transformasi. Menurutnya, Taliban saat ini sudah mengalami perubahan lebih moderat yang dapat dilihat saat terjadinya perundingan damai yang dipimpin Indonesia.
Wakil Presiden periode 2014-2019 Jusuf Kalla (JK) menilai, Afghanistan di bawah kepemimpinan Taliban akan mengalami transformasi. Menurutnya, Taliban saat ini sudah mengalami perubahan lebih moderat yang dapat dilihat saat terjadinya perundingan damai yang dipimpin Indonesia.
Hal itu disampaikan JK dalam diskusi publik Masa Depan Afghanistan dan Peran Diplomasi Perdamaian Indonesia yang diselenggarakan Center for Reform secara virtual, Sabtu (21/8). JK menilai, Taliban sudah berubah dan tidak seperti dua dasa warsa lalu yang kaku dan cenderung keras. Sejauh ini pun tidak terjadi perang saudara ketika terjadi perubahan politik.
-
Kenapa Ridwan Kamil menemui Jusuf Kalla? “Beliau kan orang pintar ya dan penuh dengan pengalaman, arif, bijaksana. Sehingga saya perlu mendapatkan arahan, wejangannya dari beliau,” sambungnya.
-
Mengapa Jusuf Kalla bingung dengan penetapan Karen Agustiawan sebagai terdakwa? Saya juga bingung kenapa dia jadi terdakwa, bingung karena dia menjalankan tugasnya," kata JK.
-
Bagaimana Jusuf Kalla menilai dampak dari hukuman terhadap BUMN yang rugi? Kalau suatu kebijakan bisnis, langkah bisnis rugi cuma dua kemungkinannya, dia untung, dan rugi. Kalau semua perusahaan rugi, maka seluruh BUMN karya harus dihukum, ini bahayanya, kalau satu perusahaan rugi harus dihukum, maka semua perusahaan negara harus dihukum, dan itu akan menghancurkan sistem," ujar JK.
"Adanya larangan terhadap wanita untuk tidak bekerja misalnya mungkin akan berubah. Oleh sebab itu, ketika terjadi pengambilalihan kekuasaan relatif berlangsung damai," ucap JK.
JK menuturkan, sebelum terjadi perubahan politik di Afghanistan terdapat tiga pihak yakni Amerika Serikat, pemerintah Afghanistan dan kelompok Taliban.
"Sebenarnya konfrontasi terjadi antara Taliban dengan Amerika Serikat. Dan ketika Amerika Serikat meninggalkan Afghanistan, maka Taliban dengan cepat dapat menguasai Afghanistan," ucapnya.
Ketum PMI ini menilai, adanya keinginan damai antara pemerintah lama dengan Taliban sebelum adanya pengambilalihan kekuasaan pada 16 Agustus lalu. Keyakinan JK ini didasari pertemuan empat kali dengan pimpinan Taliban saat menjalani perundingan damai di Jakarta dan Qatar saat menjadi Wapres dulu.
PKS Hargai Taliban
Dalam kesempatan sama, Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid mendukung sikap pemerintah yang memberi kesempatan kepada Pemerintahan Taliban untuk mengatur proses peralihan kekuasaan secara damai. Terlebih, Taliban sudah mendeklarasikan beberapa hal sebagai jawaban atas kekhawatiran dari dunia internasional.
"Taliban mengaku akan menghargai hak perempuan dan anak, tidak akan mentoleransi tindakan terorisme serta melaksanakan Pemerintahan secara moderat," katanya.
“Saat ini pilihan paling rasional bagi Pemerintah Indonesia adalah membersamai proses perubahan yang terjadi di Afghanistan. Kita beri kesempatan kepada rakyat Afghanistan untuk berkompromi menentukan menentukan nasibnya sendiri," tambah Hidayat.
Menurutnya, meski sikap politik Indonesia bebas aktif bukan berarti tidak memberikan sikap apapun dan membiarkan rakyat Afghanistan terus hidup dalam kehidupan yang tidak menentu.
"Indonesia harus juga berperan aktif mewujudkan perdamaian dunia sebagaimana yang diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia,” tegas Hidayat.
Hidayat menyambut baik perubahan sikap Taliban saat ini. Menurutnya, Taliban sudah jauh berubah dari yang digambarkan media sebelumnya. Kebijakan dan pandangan yang disampaikan Taliban kepada publik juga jauh relatif moderat.
Sehingga, kata politisi PKS ini, tidak tepat bila dunia Internasional tak memberikan kesempatan kepada Pemerintahan Taliban untuk memimpin Afghanistan. "Kalau mau dibilang tempat terorisme, ISIS, nyatanya Taliban malah mengeksekusi pimpinan ISIS yang sebelumnya ditangkap," ujarnya.
"Kalau mau dituduh wahabi dan radikal faktanya mereka menganut mazhaf hanafiah yang kultur dan tradisi beragamanya sama dengan NU. Jadi semua tuduhan negatif yang selama ini diarahkan ke Taliban tidak relevan lagi,” pungkas Hidayat.
Baca juga:
Janji-Janji Manis Taliban, Apakah Berhasil Mengambil Hati Rakyat Afghanistan?
Cegah Gerakan Terorisme, Polri Selidiki Kemungkinan Simpatisan Taliban di Indonesia
Tujuh Orang Tewas Saat Terjadi Kekacauan di Dekat Bandara Kabul Afghanistan
Anggota Keluarga Jurnalis Media Jerman Deutsche Welle Dibunuh Taliban di Afghanistan
Taliban akan Umumkan Susunan Pemerintahan Baru Afghanistan dalam Waktu Dekat