Jokowi presiden 'njawani' yang selalu bermain dengan simbol
Jokowi terlihat mencolok selalu bermain menggunakan simbol dalam tiap seremoni-seremoni pentingnya.
Indonesia baru saja punya pemimpin baru untuk lima tahun ke depan. Kini Joko Widodo (Jokowi) resmi sudah jadi presiden ke-7 menggantikan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Masih sama seperti presiden-presiden sebelumnya, Indonesia hampir selalu mendapatkan presiden berdarah Jawa. Jika dirunut dari ketujuh presiden yang pernah menjabat, hanya Presiden ke-3 BJ Habibie saja yang bukan berdarah Jawa kental.
Dari Soekarno, Soeharto, Gus Dur, Megawati, SBY, hingga Jokowi semuanya berdarah Jawa.
Namun menariknya dari kisah-kisah presiden tersebut, hanya Jokowi yang terlihat mencolok selalu bermain menggunakan simbol dalam tiap seremoni-seremoni pentingnya.
Dihimpun dari berbagai sumber, penggunaan simbol memang masih sering digunakan orang-orang Jawa. Simbol itu bertujuan untuk menginterpretasikan suatu bentuk komunikasi tidak langsung, artinya di dalam komunikasi tersebut terdapat pesan-pesan tersembunyi sehingga makna suatu simbol sangat bergantung pada interpretasi individunya sendiri. Selain dapat berfungsi sebagai pedoman sosial, simbol juga dapat berfungsi sebagai alat untuk melakukan hegemoni budaya.
Selain itu, dalam dunia Jawa, ajaran moral yang disampaikan melalui slametan dan ritual lainnya tidak dilakukan dengan terbuka atau terus terang melainkan melalui berbagai macam simbol. Hal ini sesuai dengan karakter orang Jawa yang suka menyatakan segala sesuatu dengan tidak langsung.
Hal itu bisa diungkapkan dalam peribahasa, 'Wong Jawa nggone semu, sinamun ing samudana, sasadone ingadu manis'. Artinya adalah orang Jawa cenderung bersikap semu atau terselubung, penuh simbol, dan suka menyampaikan kata-kata tersamar.
Presiden Jokowi pun diduga masih memegang teguh prinsip simbol orang Jawa dan selalu tampak terlihat njawani dari tindak-tanduknya. Dia sudah beberapa kali menggunakan tempat penting sebagai simbol, ketika akan menyampaikan sesuatu yang dianggapnya sakral.
Berikut ulasannya:
-
Bagaimana Presiden Jokowi mengenalkan Prabowo Subianto sebagai Presiden Terpilih? Menlu Retno mengatakan bahwa Presiden Jokowi dalam setiap kesempatan dan acara selalu mengenalkan Prabowo Subianto selaku calon presiden terpilih.
-
Bagaimana Presiden Jokowi saat ini? Presiden Jokowi fokus bekerja untuk menuntaskan agenda pemerintahan dan pembangunan sampai akhir masa jabaotan 20 Oktober 2024," kata Ari kepada wartawan, Senin (25/3).
-
Apa tujuan utama dari sambutan Presiden Jokowi? Kepala Negara berharap para tamu menikmati jamuan hidangan dan pertunjukkan khas Indonesia yang telah disediakan. “Terima kasih atas partisipasinya. Saya berharap semangat malam ini dapat membawa kita untuk bekerja bersama berbagi akses air bersih dan sanitasi untuk semua orang,” kata Joko Widodo.
-
Siapa yang menggugat Presiden Jokowi? Gugatan itu dilayangkan Tim Pembela Demokrasi Indonesia (TPDI) melayangkan gugatan terhadap Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN).
-
Apa yang diresmikan oleh Jokowi di Jakarta? Presiden Joko Widodo atau Jokowi meresmikan kantor tetap Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA) Asia di Menara Mandiri 2, Jakarta, Jumat (10/11).
-
Kapan Jokowi mencoblos? Presiden Joko Widodo atau Jokowi telah melakukan pencoblosan surat suara Pemilu 2024 di TPS 10 RW 02 Kelurahan Gambir, Jakarta Pusat, Rabu (14/2).
Rumah Si Pitung
Secara mengejutkan Jumat, 14 Maret 2014, Jokowi mendeklarasikan diri sebagai calon presiden di rumah Si Pitung, di Marunda Pulo, Cilincing, Jakarta Utara. Jokowi yang kala itu masih menjabat sebagai gubernur DKI Jakarta mengaku sudah diberi mandat oleh Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri. Jokowi pun mengatakan siap menjalankan perintah itu.
"Saya telah mendapatkan mandat dari Ibu Megawati dan saya siap untuk melaksanakannya," ucap Jokowi sekeluarnya dari rumah Si Pitung.
Deklarasi tersebut dilakukannya tepat pukul 02.40 WIB, atau sepulangnya dari blusukan di kawasan Marunda, Jakarta Utara. Tak lama usai mengucapkan kalimat itu, dia langsung mencium bendera merah putih.
"Bismillahirrahmanirrahim, saya siap menjadi calon presiden dari PDIP," ucapnya dengan intonasi lirih.
Rumah Si Pitung ini rupanya adalah salah satu tempat bersejarah di Jakarta. Khususnya bagi orang-orang Betawi.
Alasan Jokowi memilih mendeklarasikan diri di rumah Robin Hood dari Betawi karena rumah itu merupakan simbol perlawanan.
"Karena itu simbol perlawanan," kata Jokowi dengan nada pelan di Rusun Marunda, Jakarta Utara, Jumat (14/3).
Saat ditanya siapa yang ingin dilawan, Jokowi kembali tersenyum.
"Intinya itu simbol perlawanan," ucapnya singkat.
Gedung Joang
Jokowi yang kala itu diberi mandat maju sebagai calon presiden besutan PDI Perjuangan juga menggunakan tempat khusus untuk mengumumkan siapa calon wakil presidennya. Dia mengumumkan Jusuf Kalla (JK) sebagai wakilnya untuk menemaninya dalam laga pilpres. Seremoni itu dilaksanakan di Gedung Joang 45, Jakarta Pusat.
Usai keduanya bergantian menyampaikan pidato singkat, Jokowi dan JK langsung mencium bendera merah putih sembari memanjatkan doa. Prosesi deklarasi itu dilakukan tepat pukul 12.00 WIB.
"Kita mempunyai keyakinan, Insya Allah kami berdua akan membawa gerakan perubahan di negara yang kita cintai ini," kata Jokowi dalam sambutannya di Gedung Joang 45, Jakarta, Senin, 19 Mei 2014.
"Setelah melalui perenungan-perenungan dan setelah melalui konsultasi dan pertimbangan dengan seluruh ketua partai pendukung PDIP, Partai NasDem, PKB dan Hanura dan khususnya pertimbangan dari Ibu Megawati Soekarnoputri, tadi malam telah kita putuskan cawapres yang akan mendampingi saya adalah bapak Drs H Muhammad Jusuf Kalla," ujarnya berseri-seri.
Kala itu, Wakil Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto sempat mengungkapkan alasan pemilihan Gedung Joang 45 sebagai lokasi deklarasi duet capres-cawapres Jokowi-JK. Jokowi memilih Gedung Joang 45 lantaran gedung itu punya simbol Orde Perjuangan.
"Mengapa Gedung Joang? Karena kepemimpinan Pak Jokowi ke depan akan memulai suatu Orde Perjuangan," ujar Hasto di Teuku Umar, Jakarta Pusat, Senin (19/5/2014).
Kapal Pinisi
Pada momen kemenangan pilpres lalu, Jokowi dan JK memilih kapal pinisi yang berada di Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta Utara, untuk menjadi lokasi penyampaian pidato kemenangannya. Alasan pemilihan tempat ini lantaran kapal pinisi mempunyai simbol untuk mengembalikan semangat Indonesia sebagai negara maritim.
Anggota tim pemenangan Jokowi-Jusuf Kalla (JK) Aria Bima mengatakan, pemilihan kapal pinisi dan Pelabuhan Sunda Kelapa memiliki alasan fundamental. Dia mengungkapkan, dengan penyampaian pidato kemenangan ini, maka semangat Indonesia sebagai negara maritim kembali.
"Ini menunjukkan dimulainya kemaritiman Indonesia sebagai negara maritim. Ini juga termasuk dalam program Pak Jokowi mengenai ekonomi laut yaitu jalan tol laut," ungkapnya saat dihubungi merdeka.com, Selasa (22/7/2014).
Jokowi dan JK memiliki visi dan misi untuk membangun jalur perdagangan melalui laut, atau biasa disampaikan dengan istilah Tol Laut. Karena dengan ini maka menjadi simbol visi dan misi dimulai.
"Sehingga ini menjadi awal untuk memulai visi misinya," tutupnya.
Tanjung Priok
Kemarin malam, Rabu (22/10), Jokowi merencanakan akan mengumumkan siapa saja calon-calon menteri yang akan masuk di kabinetnya nanti. Namun sayang, prosesi yang rencananya digelar di Dermaga 300 Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, urung dilaksanakan.
Tak jelas alasan pembatalan itu, padahal Paspampres dan personel gabungan TNI-Polri sudah mempersiapkan segalanya di sana sampai matang. Diduga pengumuman itu batal lantaran para calon menteri Jokowi masih tersandung masalah di KPK dan PPATK.
Di luar prosesi pembatalan itu, seremoni yang gagal ini juga masih sama seperti momen-momen Jokowi sebelumnya, yakni memakai tempat khusus lantaran dianggap punya makna atau simbol khusus bagi dirinya sendiri.
Belum jelas alasan Jokowi memilih Tanjung Priok jadi tempat pengumuman calon menterinya. Namun diduga Jokowi memilih tempat itu lantaran pelabuhan adalah tempat yang memiliki simbol maritim kuat.
Saat pidato pelantikan presiden 20 Oktober lalu, Jokowi sempat menyampaikan pengelolaan maritim adalah fokus utamanya dalam menjalankan pemerintahan lima tahun ke depan.
"Kita harus bekerja dengan sekeras-kerasnya untuk mengembalikan Indonesia sebagai negara maritim. Samudera, laut, selat dan teluk adalah masa depan peradaban kita. Kita telah terlalu lama memunggungi laut, memunggungi samudera, memunggungi selat dan teluk," ujarnya.
"Kini saatnya kita mengambil peran itu agar kita meraih Jalesveva Jayamahe. Agar laut bisa kembali jaya."