Jumlah peredaran uang palsu di Solo meningkat
Jenis upal itu terdiri 233 lembar uang pecahan Rp 100 ribu, 119 lembar uang pecahan Rp 50 ribu, dan pecahan lainnya.
Jumlah temuan uang palsu (upal) yang tercatat di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Solo pada Mei 2014 mencapai 366 bilyet/lembar. Jumlah tersebut meningkat 9,9 persen dibandingkan bulan yang sama pada tahun sebelumnya.
Menurut Kepala Perwakilan Bank Indonesia Solo Ismet Inono, jenis upal tersebut terdiri dari 233 lembar uang pecahan Rp 100 ribu, 119 lembar uang pecahan Rp 50 ribu, 6 lembar uang pecahan Rp 20 ribu, 3 lembar uang pecahan Rp 10 ribu, serta uang pecahan Rp 5 ribu sebanyak 5 lembar.
Sementara itu, penukaran uang pecahan baru di Bank Indonesia (BI) Solo, selama sebulan menjelang hari raya Idul Fitri 1435 H menembus angka fantastis. Jika pada Senin (21/7) lalu hanya Rp 1,8 triliun, pada hari terakhir, Jumat (25/7) menembus angka hingga Rp 2,9 triliun. Ismet mengatakan besarnya angka penukaran uang baru itu melebihi proyeksi semula Rp 2,8 triliun.
"Proyeksi awal hanya Rp 2,8 triliun, ternyata tembus Rp 2,9 triliun. atau terealisasi 104 persen," ujar Ismet kepada wartawan, Jumat (25/7).
Menurut Ismet, masyarakat lebih suka menukar uang pecahan dengan nominal Rp 20 ribu. Ismet mengatakan, sejak 23 Juni 2014, BI Solo telah mendistribusikan uang pecahan kecil (UPK) denominasi Rp 10 ribu, Rp 5 ribu dan Rp 2 ribu serentak ke perbankan.
Dengan angka penukaran terbilang fantastis itu, pihak BI Solo akan menerapkan model penukaran uang lebih terintegrasi. Pihak bank sentral terlebih dulu akan melakukan koordinasi dengan bank umum guna merealisasikannya.
"Berdasarkan realita di lapangan, kita akan melakukan evaluasi untuk tahun depan. Model layanan penukaran uang baru akan kami perbaiki, dengan melibatkan perbankan," katanya.