Kapolri minta Da'i sukseskan Pemilu 2019
Kapolri minta Dai sukseskan Pemilu 2019. Tito mengatakan, saat ini kelompok khilafah dan takfiri sedang bargaining. "Saya punya massa'lu mau dukung tidak, kalau dukung begini agendanya, kalau tidak mau kasih ke sana'" ujar dia.
Kapolri Jenderal Tito Karnavian membeberkan beberapa hal dikhawatirkan dalam Pemilu 2019 mendatang. Sebab, menurut Tito, tak menutup kemungkinan peserta Pemilu bakal menghalalkan segala cara yang dapat merugikan bangsa Indonesia.
"Di tengah-tengah 2019 ini namanya pemilu presiden dan legislatif. Ini adalah pertarungan politik. Ketika orang ingin berkuasa kadang-kadang menghalalkan segala cara termasuk cara-cara yang beresiko mengorbankan pecahnya negara ini," kata Tito dalam Silaturahmi Nasional Da'i Kamtibmas di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Selasa (17/7).
-
Kapan Chetryn Peto lahir? Chetryn Anaskolastika Tenkudi Peto, yang akrab dipanggil Etyn atau Molas, lahir di Manggarai, Flores, NTT, pada tanggal 26 Juli 2003.
-
Kapan Kapolda Kepri mencium istrinya? Kapolda Kepulauan Riau, Irjen Yan Fitri Halimansyah tertangkap kamera sedang mencium istrinya saat melantik ratusan calon anggota Polri di Polda Kepri.
-
Kapan Ari Dono Sukmanto menjabat sebagai Kapolri? Dia menjabat antara 23 Oktober 2019 hingga 1 November 2019 alias 1 pekan 2 hari.
-
Kenapa Ari Dono Sukmanto menjadi Kapolri? Saat itu Ari yang berkedudukan sebagai Wakil Kepala Kepolisian Republik Indonesia atau Wakapolri naik menjadi Kapolri sebagai pelaksana tugas.
-
Kapan Arca Totok Kerot ditemukan? Pada tahun 1981, penduduk melaporkan adanya benda besar dalam gundukan di tengah sawah. Gundukan tersebut digali hingga terlihat sebuah arca. Penggalian hanya dilakukan setengah badan saja yaitu pada bagian atas arca.
-
Kapan Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo lahir? Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo lahir pada 7 Januari 1905, di Cepu, Jawa Tengah.
Tito mengatakan, saat ini kelompok khilafah dan takfiri sedang bargaining. "Saya punya massa'lu mau dukung tidak, kalau dukung begini agendanya, kalau tidak mau kasih ke sana'" ujar dia.
Tito melanjutkan, belum lagi dari luar negeri seperti Amerika, Australia, Tiongkong. "Mereka mungkin ikut cawe-cawe. Supaya yang menang bisa pro kepada kebijakan mereka," ujar dia.
Hal-hal seperti itu bisa membahayakan bangsa Indonesia. Ketika para politisi menanggalkan etika dan norma-norma. Contohnya jika ada penawaran dari negara asing yang berujung kepada kehancuran bangsa.
"Kalau kebijakannya bagus fine-fine saja. Tapi kalau kepentingnya ujungnya berbahaya bangsa Indonesia entar dulu. Kita khawatir politisi menghalakan segala cara. Menggunakan cara-cara bargaining secara politik kemudian mengorbankan kepentingan bangsa," ungkap dia.
Tito pun meminta kepada seluruh masyarakat untuk memahami pentingnya Pemilu 2019. Ini menentukan nasib bangsa Indonesia ke depan. Karenanya, dia berpesan untuk menjaga agar bangsa jangan mau dipecah belah.
"Saya titip betul kepada bapak-ibu sekalian dalam ceramah-ceramah tolong dibuka pikiran dan pemahaman dan masyarakat kita karena percaya kepada bapak-bapak dan ibu sekalian. Tapi tolonglah atas nama bangsa, negara, Allah SWT mari kita jaga bangsa ini jangan sampai kotestasi ini memecah bangsa kita. Oleh karena itu mari menjaga isu-isu yang dapat memecah," tandasnya.
Reporter: Ady Anugrahadi
Sumber: Liputan6.com
Baca juga:
Kesan Kapolri saat disinggung Bachtiar Nasir soal ceramah tentang khilafah
Kapolri ungkap bahaya paham khilafah: Satu persatu daerah bisa pisahkan diri
Kapolri soal AKBP Yusuf tendang pencuri: Jangan sok-sok petugas kita sewenang-wenang
3 Tokoh ini kariernya moncer pada era Presiden Jokowi
Kapolri minta Da'i Kamtibmas ajak masyarakat wujudkan Pemilu 2019 aman & damai
Kapolri sebut jihad sebagai Rukun Islam Ke-6 versi teroris
Kapolri cerita arti jihad yang dipelintir buat kepentingan politik