Membaca Makna di Balik Pesan Kapolri Sigit Soal 'Kriteria Pemimpin yang Melanjutkan Estafet'
Hal itu diungkapkan Kapolri dalam acara acara Perayaan Natal Mabes Polri Tahun 2023 di Auditorium PTIK, Jakarta Selatan
Hal itu diungkapkan Kapolri dalam acara acara Perayaan Natal Mabes Polri Tahun 2023 di Auditorium PTIK, Jakarta Selatan
Membaca Makna di Balik Pesan Kapolri Sigit Soal 'Kriteria Pemimpin yang Melanjutkan Estafet'
Pernyataan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo terkait kriteria pemimpin pengganti Presiden Joko Widodo mendapat sorotan. Karena dipersepsikan sebagai sosok selanjutnya yang mampu meneruskan estafet kepemimpinan.
Anggota Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) Yusuf Warsyim menilai tidak ada yang salah dari harapan Jenderal Sigit jika dipahami secara utuh dari semua pidato yang disampaikan.
"Padahal itu mudah dipahami apabila lurus memahami tanpa interest apa pun," kata Yusuf saat dikonfirmasi, Jumat (12/1).
Sebab, Yusuf bisa memahami bila maksud dari estafet kepemimpinan bisa diartikan luas. Dengan harapan prestasi yang sudah ditorehkan bisa terus dilanjutkan pemimpin selanjutnya.
"Yang dipahami dari pernyataan Kapolri estafet kepemimpinan, itu luas, termasuk di dalamnya juga bisa estafet kepemimpinan Polri di setiap tingkatan. Pimpinan lama dan pimpinan baru tetap membangun estafet," ujarnya.
Yusuf juga telah mengkonfirmasi kepada para tamu yang sepaham dengan pidato Jenderal Sigit pada acara Perayaan Natal Mabes Polri Tahun 2023 di Auditorium PTIK, Jakarta Selatan hari ini Kamis, 11 Januari 2024 tidak ada unsur memihak.
"Saya tanya kepada yang hadir acara Perayaan Natal di PTIK, saat kapolri menyampaikan estafeta, memahami seperti itu juga (tidak ada unsur memihak). Ini sudah jelas (penjelasan Kapolri)," kata dia.
Bisa Multitafsir
Sementara, Pengamat Militer ISESS Bambang Rukminto mengaku pidato Jenderal Sigit saat menyinggung soal estafet kepemimpinan bisa diartikan multitafsir di tengah hiruk-pikuk persaingan politik saat ini.
"Saya tidak mengetahui secara jelas konteks pernyataan Kapolri tersebut. Tetapi secara implisit kita bisa merasakan arah dari pernyataan tersebut mengarah pada kepemimpinan politik mengingat 14 Februari 2024 ada Pemilu yang menentukan kepemimpinan baru," kata dia.
Sebab, kata Bambang, pernyataan itu tersebut tentu juga bisa dipahami sebagai arahan politik kemana keinginan Jenderal Sigit pada suksesi kepemimpinan nanti. Sehingga, ia menilai tidak seharusnya pimpinan Polri berbicara soal itu di tengah persaingan politik.
"Dan itu tentu tak elok disampaikan seorang Kapolri yang diberi kewenangan negara untuk menjaga kamtibmas dan penegak hukum yang harus netral. Kapolri harus diingatkan soal semboyan Bhinneka Tunggal Ika," kata dia.
"Bahwa perbedaan itu adalah sebuah keniscayaan di negeri ini, termasuk perbedaan pandangan maupun pilihan politik. Yang terpenting bagi Kepolisian adalah menjaga dan mengamankan agar perbedaan-perbedaan tersebut tak membelokan arah dari tujuan bernegara seperti amanah UUD 1945," tambahnya.
Pernyataan Kapolri
Sebelumnya, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo sempat menyingung soal kriteria pemimpin pengganti Presiden Joko Widodo. Dia berharap sosok presiden selanjutnya mampu meneruskan estafet kepemimpinan ke depan.
"Yang kita cari adalah pemimpin yang bisa melanjutkan estafet kepemimpinan, bukan karena perbedaan. Akhirnya bukan pemimpin yang kita cari, tetapi yang kita pelihara perbedaan terus dan kemudian itu kita bawa dalam konflik,"
kata Sigit dikutip, Jumat (12/1).
Sigit mengatakan, prestasi yang diraih selama masa kepemimpinan Presiden Joko Widodo harus terus dilanjutkan, bahkan ditingkatkan. Dalam hal ini, Kapolri menyebut, stabilitas Kamtibmas menjadi kunci utama.
"Kita memiliki tugas prestasi ataupun raihan yang telah ditorehkan oleh pemimpin kita saat ini tentunya harus terus bisa dilanjutkan dan ditingkatkan. Dan syarat utamanya adalah stabilitas Kamtibmas," ujar dia.
Sigit mengatakan, tugas yang dipikul oleh Polri sangat berat. Kendati demikian, dengan modal dan semangat yang ada, dapat menjaga keberagaman, salah satunya dengan perayaan natal hari ini.
"Yakini dengan modal yang ada ditambah semangat kita untuk menjaga keberagaman salah satunya dengan perayaan Natal kali ini kita terus menjaga toleransi dan ini merupakan bagian dari menjaga keberagaman," katanya.
Listyo mengingatkan berbeda pendapat dan pilihan jangan sampai merusak apa yang telah dicita-citakan para pendiri bangsa.
Bahwa perbedaan pendapat janganlah kemudian membuat dan merusak cita-cita kita bersama, karena kenapa? Kita menginginkan siapapun pemimpin yang saat ini kemudian naik menjadi pasangan calon tentu lah para pemimpin-pemimpin terbaik," ujar dia.
"Sehingga tentunya perbedaan pendapat yang ada pada saat menentukan dan memilih calon pemimpin nasional tersebut. Kemudian jangan merusak persatuan dan kesatuan? Kenapa? Kita memikiki tugas selanjutnya untuk menjaga raihan prestasi yang ada untuk bisa kita lanjutkan," sambung Listyo.
Karena itu kepada para tokoh lintas agama, Kapolri meminta para jemaat untuk menjaga persatuan dan kesatuan, meski berbeda pendapat dan pilihan.
"Cooling sistem, saya titipkan, mumpung di sini yang hadir berbagai macam sodara-sodara dari lintas agama dan ini penting sekali kita sampaikan kepada jemaat kita kepada jemaah kita untuk terus bisa menjaga persatuan dan kesatuan di tengah-tengah persatuan pendapat yang ada," tandas dia.