Kasus penyiraman air keras Novel dinilai lebih bahaya dari Cicak vs Buaya
Dia menuturkan, segala permasalahan yang dihadapi KPK saat ini lebih membahayakan ketimbang polemik 'cicak vs buaya'. Terlebih lagi saat pengusutan kasus penyiraman air keras kepada Novel tak kunjung menemukan hasil.
Peneliti LIPI, Mochtar Pabotinggi meminta pimpinan KPK mengambil tindakan tegas terkait mandeknya pengusutan kasus penyiraman air keras terhadap Novel Baswedan. Dia mengingatkan, KPK sudah tidak bisa lagi bersikap defensif.
"Kepengecutan untuk membentuk TGPF membuat KPK jadi bulan-bulanan. Kalau kita defensif itu makanya jadi bulan-bulanan," katanya di gedung KPK, Jakarta Selatan, Selasa (31/10).
Banyaknya serangan terhadap lembaga anti rasuah belakangan ini. Menurutnya, serangan tersebut akan terus berkelanjutan bahkan lebih jika tidak ada perlawanan.
Dia menuturkan, segala permasalahan yang dihadapi KPK saat ini lebih membahayakan ketimbang polemik 'cicak vs buaya'. Terlebih lagi saat pengusutan kasus penyiraman air keras kepada Novel tak kunjung menemukan hasil.
"Cicak vs buaya tidak ada artinya, ini masih lebih bahaya. Sekarang pertanyaannya, maukah KPK membela dirinya sendiri?" cecar Mochtar.
Diketahui, sejumlah mantan pimpinan KPK seperti Busyro Muqoddas, Abraham Samad, Bambang Widjojanto mendatangi gedung KPK untuk berdiskusi dengan pimpinan KPK. Sejumlah tokoh pegiat anti korupsi juga turut hadir dalam diskusi tersebut seperti Najwa Shihab, Mochtar Pabotinggi, Haris Azhar, Usman Hamid.
Kedatangan mereka ke gedung KPK guna mendesak pimpinan KPK untuk segera mengajukan permintaan kepada Presiden Joko Widodo membentuk Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF). Mereka beralasan, 202 hari pasca kejadian nahaas yang menimpa Novel terkesan jalan di tempat. Tidak ada perkembangan cukup signifikan dari penyelidikan yang dilakukan polisi.
Tingginya desakan untuk segera adanya TGPF direspon oleh ketua KPK, Agus Rahardjo. Namun Agus tidak menyatakan secara resmi sikap KPK akan permintaan TGPF.
"Kita ini collective collegial. Hasil collective collegial kita juga tidak tahu. Mungkin nanti banyak pimpinan yang mengubah sikap," ujar Agus.