Keberanian 2 petani selamatkan ratusan penumpang KA Gajayana
Rel yang akan dilintasi kereta itu coal, bila tetap dilalui bisa menyebabkan anjlok.
Aksi berani Edi dan Bonadi, warga Gadang, Malang, patut diacungi dua jempol. Dengan modal nekat, keduanya bisa menyelamatkan ratusan penumpang KA Gajayana dari Malang ke Jakarta dari insiden anjlok.
Peristiwa itu yang terjadi pada pukul 13.45 WIB itu bermula saat kereta akan melintas di KM 53 +3/4 antara Malang Kota Lama dan Stasiun Pakis Haji. Saat itu, masinis melihat dua ada kain melambai.
"Dari dari jarak yang masih lumayan jauh, masinis melihat ada warga beri aba-aba. Masinis lantas mengambil ancang-ancang untuk berhenti," terang Kepala Humas Daops VIII, Sumarsono, kepada merdeka.com, Kamis (19/3).
Tanda yang ditunjukan warga memandu masinis memperlambat kereta yang sebelumnya melaju dengan kecepatan 50 km/jam. Setelah KA berhenti normal, masinis berkomunikasi dengan warga yang melambaikan aba-aba sebelumnya.
"Setelah itu, kemudian KA dihentikan warga beberapa saat. Mereka melambaikan pakai kain karena warga melihat ada yang coal (sempal) dan mereka berpikir ini akan berakibat fatal bila kereta berusaha lewat, kemudian mereka mengibarkan aba-aba itu," tambahnya.
Kepada si masinis, warga menceritakan di titik yang akan dilintasi ada rel coal dengan ukuran lebih kurang 11 cm. Bila kereta tetap memaksakan terus melintas, bisa berdampak pada kereta anjlok.
"Masinis coba kuasai kereta dan berhenti. Setelah itu mereka melihat untuk meyakinkan apa yang dibilang warga ada rel coal. Setelah itu masinis melakukan komunikasi dengan pihak terkait," jelasnya.
Setelah itu petugas mendapatkan laporan dan melakukan perbaikan. Lebih kurang, setelah satu jam berhenti kereta kembali melaju pada pukul 14.35 WIB kereta kembali melaju dengan kecepatan dibatasi 5 km/jam.
"Ganti relnya sebenarnya 45 menit, tapi karena setelah itu cuaca hujan jadi harus benar-benar menunggu sampai aman," ungkapnya.
Lebih jauh dia menceritakan, masinis sempat kaget melihat aksi dua warga itu. Tapi dia berusaha mengendalikan kereta sebaik mungkin.
Soal rel coal, dia menegaskan pada keberangkatan kereta sebelumnya tak ada yang merasa terganggu. Sebelum KA Gajayana, dua jam di awal sudah ada kereta yang melanjutkan dan tak melaporkan ada keanehan.
"Kalau soal pengecekan selalu ada, yang namanya kerusakan itu bisa saja petugas pemilik jalan tidak ada temukan hal seperti itu, karena coal 11 cm itu tampak jelas. Tapi setelah dapat laporan dan kirim petugas, sudah diganti dengan sepanjang 6 meter," beber Sumarsono.
Dia mewakil KAI juga berterima kasih pada perhatian warga dan berjanji akan memberikan penghargaan. Aksi keduanya menyelamatkan ratusan penumpang kereta dari kecelakaan.
"Ada penghargaan tentu ada dari internal kita," pungkasnya.