Keluarga Berharap Ada Titik Terang Pengusutan Kasus Kematian Akseyna
Sudah lima tahun berlalu pengusutan kasus kematian mahasiswa UI belum menemui titik terang.
Sepucuk surat dengan tulisan, 'Will not return for eternity, please don't search for existence, my apologies for everything' menjadi salah satu barang bukti yang ditemukan teman Aksyena Ahad Dori yaitu Jibril, di kamar kos korban.
Surat itu awalnya diduga ditulis oleh Akseyna Ahad Dori atau yang akrab disapa Ace sebelum meninggal dunia. Namun, polisi curiga bahwa isinya tak menyeluruh dituliskan Akseyna. Demikian yang diungkap oleh Kombes Pol Krishna Murti kala menjabat Direktur Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya pada 2015 silam.
-
Kapan Kadek Devi mendampingi suaminya? Kadek Devi menunjukkan pesona yang memikat saat mendampingi Dewa Yoga yang baru saja menyelesaikan Sespimmen 63 Polri di Lembang, Bandung.
-
Kapan KEK Singhasari diresmikan? KEK Singhasari berlokasi di Kabupaten Malang, Jawa Timur, wilayah ini telah ditetapkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus sejak 27 September 2019.
-
Kapan Dewi Khotijah dibunuh? Saat ia sedang salat, para punggawa kerajaan menyerangnya dengan tombak dan keris.
-
Apa yang dilakukan Ayu Ting Ting di Depok? Meski tinggal di rumah dengan gang sempit, Ayu Ting Ting dikenal sebagai sosok yang mudah bergaul dan dekat dengan tetangga di sekitarnya. Berbagai acara sosial seperti rangkaian menyambut HUT RI, menjadi panitia qurban, hingga bersih-bersih kampung, Ayu Ting Ting aktif terlibat dan selalu bersama tetangga.
-
Siapa Kadek Devi? Kadek Devi menunjukkan pesona yang memikat saat mendampingi Dewa Yoga yang baru saja menyelesaikan Sespimmen 63 Polri di Lembang, Bandung.
-
Kenapa KEK Singhasari penting? KEK Singhasari berkonsentrasi pada platform ekonomi digital untuk bersinergi dengan perkembangan antara bisnis pariwisata dan ekonomi digital.
Penyataan Krisna pun diamini oleh pihak keluarga. Ayah Akseyna, Kolonel Sus Mardoto menyampaikan pihaknya memastikan itu bukanlah tulisan anaknya. Ia mengaku telah mencermati tulisan di surat itu. Keluarga menilai ada beberapa kejanggalan di 'surat' tersebut.
Pertama, pada kata for. Ada tiga kata for di 'surat' tersebut dan ketiganya memiliki bentuk berbeda. Orang awam pun bisa melihat kejanggalan ini dengan jelas. Kedua, tulisan existence dan beberapa kata lainnya memiliki bentuk dan kemiringan huruf yang sangat menyolok perbedaannya dengan huruf-huruf pada kata-kata yang lain juga.
Ketiga, jarak spasi antar satu kata dengan kata lainnya berbeda-beda dan tidak beraturan. Keempat, tanda tangan di 'surat' tersebut sangat tidak mirip dengan tanda tangan Ace di KTP yang reguler maupun yang e-KTP.
Kelima, tata bahasa 'surat' dalam bahasa Inggris itu tidak beraturan. Keluarga mengenal Ace memiliki kemampuan bahasa Inggris yang baik karena sudah terbiasa membaca jurnal ilmiah berbahasa Inggris, novel-novel bahasa Inggris dan menonton film-film berbahasa Inggris tanpa subtitle, bahkan sewaktu di SMP saja sudah memperoleh TOEFL 433.
"Setelah menelaah sejumlah data dan fakta dan mencermati berbagai informasi yang beredar kami menyatakan bahwa surat itu bukan ditulis oleh Aksyena (putra kami)," kata dia saat dihubungi, Selasa (4/2/2020).
Mardoto mengaku mendapatkan surat itu pada Senin 30 Maret 2015 sekitar pukul Sekitar Pukul 16.00 WIB. Pada saat mencari informasi mengenai kabar jasad yang mengambang di Danau UI. Ia menuju gedung Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Indonesia untuk mencari informasi tentang Ace, dan ditemui oleh dua pengajar jurusan Biologi.
Di ruang pertemuan tersebut ternyata sudah ada juga dua orang mahasiswa yang mengenalkan diri sebagai teman Ace. Setelah berbincang-bincang beberapa saat, salah satu dari mereka menyerahkan 'surat' yang katanya ditulis oleh Ace kepada Ayah Ace.
Penyerahan 'surat' itu disaksikan oleh dua pengajar jurusan Biologi tersebut. Padahal pada saat itu, Ayah Ace belum mengkonfirmasi dan memastikan bahwa jenazah itu adalah Ace.
Teman Ace tersebut menyebutkan bahwa mendapatkan surat itu dari kamar Ace ketika masuk dan bahkan menginap di kamar Ace pada malam sebelumnya, yakni hari Minggu malam 29 Maret 2015.
Selain itu, Mardoto juga ingin mengklarifikasi pemberitaan yang menyebut bahwa surat diketemukan polisi saat melakukan penyelidikan di kamar kost Ace.
Ia menegaskan, informasi itu tidak benar karena surat tersebut nyata-nyata bukan diketemukan oleh polisi, melainkan diserahkan langsung oleh seorang mahasiswa yang mengaku sebagai teman Ace kepada dirinya.
"Kemudian saya menyerahkannya kepada polisi," ujar dia.
Demikian juga dengan foto atau capture surat yang tersebar berbentuk foto yang tertempel paku di dinding. Menurut dia gambar yang tersebar di media massa itu memunculkan pertanyaan sekaligus kecurigaan oleh Keluarga.
"Dari mana dan siapa yang menyebarkan foto tersebut, karena yang didapatkan penyidik adalah surat berbentuk lembaran yang diserahkan oleh Ayah Ace.
Penyebaran foto 'surat' yang tertempel di dinding pasti memiliki motif yang tendensius untuk membuat berkembangnya opini bahwa 'surat' tersebut memang tertempel di dinding kamar kost Ace.
Padahal, belum ada pihak yang bisa memastikan bahwa 'surat' tersebut benar-benar tertempel di dinding kamar kost Ace, karena bukan polisi yang mendapatkannya. Untuk itu pihak penyidik/polisi perlu kiranya mendalami siapa yang melakukan penyebaran dan apa motif penyebaran foto 'surat' yang dalam bentuk tertempel paku di dinding.
Kamar Kos Ace Diacak-acak
Mardoto menyampaikan kondisi kamar Akseyna selama empat hari sejak jenazah ditemukan di Danau Kenanga Universitas Indonesia pada Kamis, 26 Maret 2015 tak lagi steril.
"Senin, 30 Maret 2015 sekitar pukul 17.30 WIB, telah banyak orang telah memasuki kamar Ace mendahului kegiatan penyelidikan oleh pihak polisi yang baru dimulai Senin, 30 Maret 2015 sekitar pukul 18.30 WIB," papar dia.
Mardoto menyebut beberapa teman korban mendatangi kamar Aksyena berapa kali. Bahkan, ada teman Ace yang masuk ke dalam kamar Ace dan menginap di kamar tersebut pada Minggu malam, 29 Maret 2015.
Padahal, tidak ada satu pun pihak keluarga yang pernah meminta atau menyuruh siapapun untuk masuk bahkan menginap di kamar Aksyena.
Hal itu diketahui setelah ibunda Ace berhasil menghubungi handphone Ace pada Minggu malam, 29 Maret 2015. Saat itu Ibu Ace sempat bicara dengan seseorang yang mengaku sebagai teman Ace.
"Yang bersangkutan menyebutkan bahwa ia berada di dalam kamar Ace. Keberadaan yang bersangkutan di kamar Ace dilakukannya bukan karena permintaan dari orangtua," ujar dia.
Mardoto menerangkan, beberapa orang yang dikatakan sebagai teman Ace juga berada di dalam kamar Ace pada Senin, 30 maret 2015 hingga polisi mulai masuk ke kamar tersebut untuk melakukan penyelidikan ke kamar kost Ace sekitar jam 18.30 WIB.
"Penyelidikan setelah saya mengkonfirmasi bahwa jenazah yang diketemukan di Waduk Kenanga Universitas Indonesia tersebut adalah anak saya," ujar dia.
Menurut Mardoto, dengan banyaknya orang yang telah masuk ke kamar Ace, tidak ada seorangpun yang dapat menjamin bahwa diantara orang-orang tersebut tidak melakukan sesuatu.
Saat polisi tiba, kamar sudah dalam kondisi berantakan. Handphone dan laptop milik Ace sudah diakses dan diotak-atik, koper berisi barang-barang dan baju juga telah terbuka, buku-buku dan perlengkapan lain di meja belajar sudah berserakan.
"Kondisi ini memungkinkan banyak hal terjadi di dalam kamar Ace, termasuk kemungkinan berubahnya bentuk, letak, dan kondisi barang-barang yang seharusnya bisa menjadi barang bukti, termasuk pemunculan surat itu, "terang dia.
Seorang Pengunjung Danau UI Sebelum Akseyna Tewas
Sebuah jepretan seorang fotografer memperlihatkan orang-orang mencurigakan di Danau Kenanga, Universitas Indonesia pada Tanggal 24 Maret 2015. Foto itu diambil sebelum Mahasiswa Universitas Indonesia Akseyna Ahad Dori ditemukan tewas.
Akseyna merupakan mahasiswa Srata Satu UI Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) jurusan Biologi angkatan 2013.
Dia ditemukan tewas mengambang di Danau Kenanga, Universitas Indonesia pada 26 Maret 2015. Saat ditemukan, Akseyna mengenakan baju hitam lengan panjang dan tas cokelat. Adapun di dalam tasnya terdapat lima batu konblok.
Ayah Korban, Kolonel Sus Mardoto menyampaikan ada seseorang menghubunginya akan berkontribusi mengungkap kasus pembunuhan anaknya. Orang itu pun mengaku mempunyai sebuah foto yang mungkin dapat membantu proses pengusutan.
"Saya tidak bisa menyatakan terkait atau tidak terkait tapi foto ini saya pandang perlu saya cermati. Foto tanggal 24 Maret 2015 di sekitar danau UI," kata dia saat dihubungi Liputan6.com, Selasa (4/2/2020).
Mardoto mengatakan ada seorang pengunjung di danau UI yang tidak sengaja memfoto aktivitas beberapa orang.
"Jadi pas foto-foto tertangkap orang-orang yang perlu diperhatikan terkait kasus anak saya ada yang perlu diperhatikan tanggal itu," ujar dia.
Kasus ini akan genap lima tahun pada 26 Maret 2020 mendatang. Kasus ini terjadi sejak Kapolres Depok dijabat Kombes Pol Ahmad Subarkah.
Kemudian berganti ke Kombes Pol Dwiyono, lalu Kombes Pol Harry Kurniawan, selanjutnya Kombes Pol Herry Heryawan, berikutnya Kombes Pol Didik Sugiarto, hingga Kombes Pol Azis Andriansyah belum juga menemukan titik terang.
Dugaan awal, Akseyna Ahad Dori bunuh diri karena depresi. Hal itu berdasarkan keterangan dari 15 saksi yang diperkuat dengan temuan di lapangan seperti kondisi jasad dan ditemukan sepucuk surat di rumah kos Akseyna dengan tulisan, "Will not return for eternity, please don't search for existence, my apologies for everything".
Namun demikian hipotesis awal itu terbantahkan setelah Polres Metro Depok menggandeng Polda Metro Jaya dan Bareskrim Polri untuk turut mengusut kasus ini. Akseyna dipastikan tewas karena dibunuh.
(mdk/gil)