Keluarga Tak Jujur, Pemakaman Pasien Positif Covid-19 di Bantul Tanpa Prokes
Jenazah pasien positif Covid-19 di Kalurahan Trimurti, Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul dimakamkan tanpa protokol kesehatan (prokes). Peristiwa ini terjadi karena ketidakjujuran pihak keluarga.
Jenazah pasien positif Covid-19 di Kalurahan Trimurti, Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul dimakamkan tanpa protokol kesehatan (prokes). Peristiwa ini terjadi karena ketidakjujuran pihak keluarga.
Ketua RT 114 Kalurahan Trimurti Fajar Zainudin menceritakan, warganya yang merupakan pasien positif Covid-19 meninggal dunia pada Minggu (23/5) dan dimakamkan pada Senin (24/5).
-
Kapan peningkatan kasus Covid-19 terjadi di Jakarta? Adapun kasus positif Covid-19 pada 27 November sampai 3 Desember mengalami kenaikan sebanyak 30 persen dibanding pekan sebelumnya, yaitu pada 20-26 November.
-
Apa yang terjadi pada kasus Covid-19 di Jakarta menjelang Nataru? Kasus Covid-19 meningkat di Ibu Kota menjelang Natal 2023 dan Tahun Baru 2024.
-
Bagaimana peningkatan kasus Covid-19 di Jakarta menjelang Nataru? Peningkatan kasus Covis-19 di DKI Jakarta aman dan sangat terkendali. Tidak ada kenaikan bermakna angka perawatan rumah sakit juga.
-
Siapa yang memimpin aksi demo petani Kendeng saat pandemi COVID-19? Aksi demo petani Kendeng kembali dilakukan saat pandemi COVID-19. Kala itu mereka menolak aktivitas penambangan yang dianggap berpotensi merusak lingkungan.
-
Bagaimana Pilkada 2020 diselenggarakan di tengah pandemi? Pemilihan ini dilakukan di tengah situasi pandemi COVID-19, sehingga dilaksanakan dengan berbagai protokol kesehatan untuk meminimalkan risiko penularan.
-
Apa yang menjadi tanda awal mula pandemi Covid-19 di Indonesia? Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
Berita kematian warganya sudah menyebar sejak pukul 17.00 WIB. Namun jenazah baru tiba di rumah duka sekitar pukul 13.00 WIB.
Fajar sempat menanyakannya ke pihak keluarga apakah pria berusia 52 tahun itu meninggal dunia karena Covid-19.
"Saat itu pihak keluarga ditanya pemakaman apakah memakai prokes atau tidak. Jawaban keluarga, tidak. Kemudian kita siarkan di masjid. Warga kemudian membantu prosesi pemakaman," jelas Fajar, Jumat (4/6).
"Jenazah kita mandikan seperti biasa. Cuma dari rumah sakit saat itu jenazah sudah dibungkus dengan plastik. Kita mandikan seperti biasa karena kita tidak tahu. Hari Senin, jenazah baru dimakamkan dengan posisi jenazah tidak memakai peti," sambungnya.
Fajar mengaku baru mendapatkan informasi dari Puskesmas Srandakan kalau warganya yang meninggal dunia merupakan pasien positif Covid-19. Mereka diberi tahu lima hari setelah pemakaman.
Informasi dari puskesmas itu kemudian ditanyakan kepada pihak keluarga. Saat itulah mereka mengaku jika almarhum meninggal dalam status positif Covid-19.
Awalnya jika pihak rumah sakit telah memvonis sebagai pasien suspek Covid-19, namun hasil tesnya memang belum keluar. Saat akan dibawa pulang, pihak keluarga tidak menerima vonis dari rumah sakit. Mereka meminta agar jenazah almarhum dimakamkan tanpa prokes.
"Kenapa sampai begini. Bisa saya bilang kami dibohongi keluarga. Mereka kurang jujur," ungkap Fajar.
Setelah informasi itu diketahui, 28 warga, termasuk keluarga almarhum, menjalani tes swab. "Dari hasil tes swab diketahui 5 orang anggota keluarga almarhum positif Covid-19," pungkas Fajar.
Baca juga:
Update Kasus Covid-19 di Indonesia Per 4 Juni 2021
Pangdam Diponegoro Minta Tokoh Agama di Kudus Berikan Contoh Patuhi Prokes
Tekan Angka Kematian, Satgas Tingkatkan Pengetahuan Nakes Tangani Pasien Covid-19
Pemkot Kudus Ajak Warganya Tetap di Rumah Selama Dua Hari
Hasil Audit Satgas Covid-19: Angka Kematian di DKI dan Jawa Timur Tertinggi
Kemenkes Periksa 75 Sampel Genome Pasien Covid-19 di Kudus