Keluarga Terbitkan Buku Autobiografi Harmoko: Bersama Rakyat ke Gerbang Reformasi
Putra Harmoko, Azisoko Harmoko mengatakan, buku ini sebenarnya hampir batal terbit. Alasannya karena Harmoko memang tidak pernah bercerita kepada istri, anak maupun keluarga tentang legacy yang diwariskan dalam bentuk autobiografi.
Keluarga menerbitkan buku Autobiografi Harmoko: Bersama Rakyat ke Gerbang Reformasi. Buku ini merupakan catatan biografis yang ditulis langsung oleh almarhum Harmoko dari tahun 1999 sampai dengan 2004.
Putra Harmoko, Azisoko Harmoko mengatakan, buku ini sebenarnya hampir batal terbit. Alasannya karena Harmoko memang tidak pernah bercerita kepada istri, anak maupun keluarga tentang legacy yang diwariskan dalam bentuk autobiografi. Hingga akhirnya buku tersebut ditemukan saat keluarga merapikan ruangan kerja almarhum sebulan setelah beliau wafat.
-
Bagaimana Purwanto meninggal dunia? Ketua Fraksi Gerindra DPRD DKI Jakarta Nurhasan mengungkapkan, Purwanto meninggal dunia di Rumah Sakit Mitra Keluarga karena serangan jantung.
-
Kapan Purwanto meninggal dunia? Anggota Komisi A DPRD DKI Jakarta Purwanto meninggal dunia pada Selasa (5/12) pukul 20.05 WIB.
-
Kapan W.R. Soepratman meninggal dunia? Pada 17 Agustus 1938, Wage meninggal dunia di Jalan Mangga Tambak Sari Surabaya karena gangguan jantung.
-
Kapan Brigjen TNI (P) Bom Soerjanto meninggal dunia? Ayah Irjen Krishna Murti meninggal dunia. Ia adalah Brigjen TNI (P) Bom Soerjanto Bin Soejitno yang mengembuskan nafas terakhirnya pada Rabu (10/7) kemarin.
-
Kenapa Sumpah Pemuda menjadi momentum penting dalam sejarah Indonesia? Sumpah Pemuda memiliki makna penting dalam sejarah Indonesia. Sebab menjadi momentum penyatuan para pemuda dari berbagai etnis dan latar belakang untuk memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia.
-
Bagaimana Paguyuban Asep Dunia dibentuk? Adapun grup Asep Dunia ini dibentuk secara tidak sengaja di Facebook tahun 2008 lalu. Ketika itu penggagas, Asep Iwan Gunawan membuat postingan untuk mencari nama Asep lainnya di lingkar pertemanan. Melihat respon yang antusias, dirinya kemudian berkomunikasi lebih lanjut dengan Asep-Asep di Facebook hingga lahir lah Paguyuban Asep. Paguyuban ini menjadi organisasi yang berdiri melalui pertemuan rutin, sejak 1 Agustus 2010, melalui inisiasi beberapa Asep lainnya.
“Saat merapikan ruangan kerja bapak itulah, kami menemukan hardcopy autobiografi ini. Sebuah buku yang sudah terjilid, setebal 650-an halaman. Selain ibu dan kami anak-anaknya bergantian membaca buku ini. Kesimpulan kami rupanya sama: buku ini cukup komprehensif berkisah tentang Bapak, namun tidak atau belum diterbitkan. Unpublished. Pada hardcopy buku yang kami temukan di ruang kerja Bapak, autobiografi ini tertulis ’Oktober 2004’ dan masih terdapat beberapa coretan perbaikan. Artinya, lebih dari 17 tahun yang lalu buku ini mestinya diterbitkan,” katanya di Djakarta Theater, Jakarta, Sabtu (25/2).
Akhirnya keluarga memutuskan untuk merealisasikan penerbitan buku yang tertunda ini. Menurutnya, cukup banyak konten dalam buku ini yang penting diketahui dan menjadi pembelajaran bersama oleh publik, utamanya generasi muda – milenial hingga generasi Z.
Azisoko mengungkapkan, setiap orang memiliki jalan hidup dan menulis sejarah hidupnya sendiri, termasuk Harmoko. Itu sebabnya, misi utama penerbitan autobiografi ini untuk membagikan atau sharing informasi seputar perjuangan dan pengalaman hidup Harmoko, mulai dari masa kecilnya di desa Ngrowo, menjadi karikaturis, wartawan hingga akhirnya menjadi seorang politisi.
“Pengalaman hidup yang orisinil ini saya anggap penting untuk diwariskan, terutama kepada anak-anak dan cucu-cucu. Merekalah orang-orang yang paling berhak tahu dari tangan pertama, siapa Bapak dan Bung Akung (panggilan cucu ke Harmoko) mereka,” ujarnya.
Selain untuk keluarga, dia menegaskan, catatan biografis Harmoko ini tentu didedikasikan bagi bangsa Indonesia. Utamanya Generasi Emas yang akan mengisi masa depan Indonesia pada peringatan 100 tahun Kemerdekaan Indonesia 2045 nanti.
“Hal ini tidak lepas dari kesaksian saya terhadap sosok Pak Harmoko selama mengabdi – sebagai wartawan, merintis dan menjalankan Harian Poskota hingga menjadi politisi dan pejabat negara – Bapak selalu berusaha memberikan kontribusi, sekecil apa pun, untuk rakyat dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),” jelasnya.
Melalui buku ini, Azisoko mengatakan, Harmoko berusaha tidak sekadar menuliskan apa, mengapa, dan bagaimana dirinya. Melainkan juga relasi dan interaksinya dengan perguliran sejarah bangsa dan negara dari era orde lama, orde baru hingga awal reformasi 1998.
“Bapak mafhum benar, seluruh capaian beliau di berbagai pos pengabdian bukan merupakan hasil kerja perorangan. Melainkan hasil kerja tim yang saling mendukung satu sama lain. Dari pencapaiannya, bisa saya simpulkan beliau adalah seorang organisatoris yang ulung," ungkapnya.
Peluncuran buku ini sengaja dilakukan pada Februari karena berbarengan dengan peringatan kelahiran Harmoko ke-83, tanggal 7 Februari 2022 dan momentum Hari Pers Nasional (HPN), 9 Februari. Hari yang juga memiliki catatan penting dan irisan kuat dengan perjalanan panjang karier Harmoko sebagai seorang praktisi komunikasi – dari wartawan hingga menteri penerangan – yang diawali dari anak tangga paling bawah.
Azisoko juga mengatakan bahwa keputusan meluncurkan buku "Bersama Rakyat ke Gerbang Reformasi" di tahun 2023 ini termasuk dalam rangka menyongsong 25 tahun Reformasi 1998.
"Harapan saya buku ini juga dapat menjadi pembelajaran, introspeksi bagi kita semua terutama generasi muda agar kelangsungan hidup bernegara kesatuan Republik Indonesia ini menjadi lebih baik kedepannya, gemah ripah loh jinawi tata tentrem kerta raharja berdasarkan Pancasila sesuai dengan cita - cita para founding fathers kita" tutupnya.
(mdk/fik)