Kemenkes: Penanganan Covid-19 RI Diakui Dunia, Tapi Masyarakat Jangan Lengah
Penanganan COVID-19 di Indonesia tercatat sebagai salah satu yang terbaik di dunia, karena mampu menurunkan angka kasus hingga 58% dalam kurun waktu 2 minggu.
Penanganan COVID-19 di Indonesia tercatat sebagai salah satu yang terbaik di dunia, karena mampu menurunkan angka kasus hingga 58% dalam kurun waktu 2 minggu. Kendati demikian, masyarakat diminta terus mewaspadai ancaman lonjakan kasus dan risiko masuknya varian virus baru.
Diantaranya dengan mengikuti dan menyukseskan program vaksinasi, dan disiplin menerapkan protokol kesehatan, terutama memakai masker.
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
-
Kapan virus menjadi pandemi? Contohnya seperti virus Covid-19 beberapa bulan lalu. Virus ini sempat menjadi wabah pandemi yang menyebar ke hampir seluruh dunia.
-
Apa yang membuat kelelawar rentan terhadap penyebaran virus? Salah satu faktor utama yang membuat kelelawar menjadi vektor utama penyakit adalah keanekaragaman spesiesnya. Saat ini, diperkirakan ada sekitar 1.000 spesies kelelawar yang tersebar di seluruh dunia, menjadikannya salah satu ordo mamalia yang paling beragam. Keanekaragaman ini menciptakan peluang yang lebih besar bagi virus untuk bermutasi dan menginfeksi berbagai spesies kelelawar, sehingga meningkatkan kemungkinan penyebaran ke manusia.
-
Kenapa Kemenkes memvaksinasi monkeypox? Kementerian Kesehatan juga akan melakukan vaksinasi monkeypox terutama pada populasi yang berisiko
-
Siapa yang memimpin aksi demo petani Kendeng saat pandemi COVID-19? Aksi demo petani Kendeng kembali dilakukan saat pandemi COVID-19. Kala itu mereka menolak aktivitas penambangan yang dianggap berpotensi merusak lingkungan.
-
Di mana virus-virus kuno itu ditemukan? Ilmuwan berhasil menghidupkan kembali virus prasejarah berusia 48.500 tahun yang terperangkap dalam permafrost (lapisan tanah beku) di Siberia.
Keberhasilan Indonesia menurunkan kasus positif COVID-19 secara signifikan mendapatkan apresiasi global, seperti diungkapkan oleh Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan dr. Siti Nadia Tarmizi, MEpid dalam Siaran Pers Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dari Media Center Forum Merdeka Barat 9 (FMB 9) - KPCPEN, Rabu (15/09/2021).
“Mengutip salah satu publikasi dari situs Ourworldindata.org, John Hopkins University CSSE COVID-19 Data, yang terakhir diupdate pada 12 September kemarin, menyatakan bahwa penanganan COVID-19 di Indonesia diapresiasi sebagai salah satu yang terbaik di dunia, karena mampu menurunkan angka kasus hingga -58% dalam kurun waktu 2 minggu,” papar Nadia.
Tren positif ini terus dipertahankan oleh Indonesia. Terlihat dari data pada Senin (13/9/2021), Indonesia bahkan sempat mencatatkan angka temuan kasus harian terendah sejak bulan Mei, yakni sebanyak 2.577 orang.
“Tren positif di hampir seluruh indikator merupakan salah satu bukti keseriusan kita semua untuk dapat mengendalikan pandemi COVID-19 di negara kita. Akan tetapi, perlu diingat bahwa upaya terberat selanjutnya adalah bagaimana kita bisa mempertahankan tren positif ini,” kata Nadia.
Sebagai salah satu upaya proteksi kesehatan, Nadia mengajak warga yang belum vaksinasi untuk segera mendapatkannya. Pemerintah juga terus memastikan ketersediaan vaksin dan mendistribusikan ke daerah-daerah untuk segera digunakan sesuai kaidah masing-masing vaksin.
Percepatan cakupan vaksinasi di daerah juga menjadi fokus pemerintah, sebagai salah satu elemen asesmen PPKM. Hal ini dilakukan untuk memastikan kesiapan daerah dalam memasuki masa transisi hidup bersama COVID-19 dalam jangka panjang.
Selain itu, vaksinasi lansia menjadi salah satu prioritas dalam penanganan pandemi di tanah air. Pemerintah mencatat, bahwa angka kematian pada penduduk lansia masih tinggi. Sedangkan cakupan vaksinasi untuk kelompok tersebut masih terbilang rendah.
“Oleh karena itu, kami berharap stakeholder terkait terutama di daerah, untuk menyusun kembali strategi dalam menjangkau populasi rentan seperti lansia, sesuai dengan keunikan masalah di masing-masing wilayah,” tutur Nadia.
Nadia menambahkan kewaspadaan menghadapi varian baru virus COVID-19 juga harus terus menjadi perhatian semua pihak. Upaya preventif dengan memperkuat pengawasan area pintu masuk internasional di Indonesia harus terus digalakkan dan dilaksanakan secara optimal.
“Kita juga terus melakukan upaya antisipasi, agar tidak terjadi kecolongan masuknya varian baru COVID-19, dengan memperketat pengawasan pada pintu masuk negara Republik Indonesia,” katanya.
Upaya tersebut di antaranya mewajibkan pemeriksaan PCR pertama saat hari pertama kedatangan orang dari luar negeri yang diikuti dengan kewajiban karantina 8 hari. Pada masa karantina tersebut dilakukan tes PCR kedua setelah hari ke-7 kedatangan, guna memastikan status kesehatan pelaku perjalanan luar negeri terkait COVID-19.
Warga negara Indonesia dan warga negara asing yang telah melakukan vaksinasi di luar Indonesia juga telah dapat diverifikasi lewat fitur terbaru aplikasi PeduliLindungi. Pemerintah terus mendorong penggunaan aplikasi ini dalam penanganan pandemi, khususnya dalam memantau mobilitas masyarakat.
Nadia menambahkan, dengan adanya ancaman varian-varian baru virus COVID-19 serta pembukaan aktivitas masyarakat, bukan tidak mungkin gelombang selanjutnya dapat terjadi. Oleh karena itu, masyarakat tidak boleh lengah sebelum pandemi usai dengan tetap mematuhi protokol kesehatan serta menyegerakan vaksinasi.
Baca juga:
Data Pasien Covid-19 di RSD Wisma Atlet Kemayoran Per 16 September 2021
Anggota DPR Minta Pemerintah Perketat Tes PCR Pelaku Perjalanan Luar Negeri
Melampiaskan Emosi Akibat Pandemi di Ruang Kemarahan
Kemenkes: Varian Covid-19 Lamda & Mu Belum Masuk RI, Tapi Perlu Diwaspadai
Wayan Koster Sebut Warga di Bali Positif Covid-19 Isolasi Terpadu Cepat Pulih