Kemenko Maritim Jadikan Bandara Banyuwangi Contoh Bangunan Hemat Energi
"Bandaranya benar-benar berkonsep hemat energi. Tidak banyak lampu listrik, dindingnya memakai kayu yang bersekat-sekat sehingga hawa segar angin bisa masuk ke ruangan menggantikan fungsi AC," jelas Agung.
Masalah konservasi energi terus menjadi perhatian pemerintah pusat. Salah satu solusi yang ditawarkan adalah membangun gedung yang ramah lingkungan dan hemat energi. Kementrian Koordinator Kemaritiman pun mencontohkan Bandara Banyuwangi sebagai bangunan publik yang berkonsep hemat energi.
Hal itu terungkap saat rakor Konservasi Energi dan Pemenuhan Energi Bagi Pembangunan Daerah yang digelar Kemenko Maritim di Banyuwangi, Rabu (7/8/2019).
-
Apa yang diserahkan oleh Presiden Jokowi di Banyuwangi? Total sertifikat tanah yang diserahkan mencapai 10.323 sertipikat dengan jumlah penerima sebanyak 8.633 kepala keluarga (KK).
-
Apa yang dibangun di Banyuwangi? Pabrik kereta api terbesar se-Asia Tenggara, PT Steadler INKA Indonesia (SII) di Banyuwangi mulai beroperasi.
-
Bagaimana cara Banyuwangi memanfaatkan insentif tersebut? “Sesuai arahan Bapak Wakil Presiden, kami pergunakan insentif ini secara optimal untuk memperkuat program dan strategi penghapusan kemiskinan di daerah. Kami juga akan intensifkan sinergi dan kolaborasi antara pemkab dan dunia usaha. Dana ini juga akan kami optimalkan untuk kegiatan yang manfaatnya langsung diterima oleh masyarakat,” kata Ipuk.
-
Di mana Bandara Banyuwangi berlokasi? Bandara Banyuwangi menjadi bandara pertama di Indonesia yang berkonsep ramah lingkungan.
-
Kenapa Banyuwangi mendapatkan insentif lagi? Ini merupakan kali kedua mereka mendapatkan insentif karena dinilai sukses menekan laju inflasi serta mendongkrak kesejahteraan masyarakat.
-
Apa penghargaan yang diraih Banyuwangi? Diserahkan Presiden RI Joko Widodo kepada Bupati Ipuk Fiestiandani di Istana Negara, Kamis (31/8/2023), Banyuwangi berhasil mempertahankan predikat Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Terbaik 2022 se-Jawa dan Bali.
Dikatakan Deputi Bidang Koordinasi Sumberdaya Alam dan Jasa, Kemenko Maritim Agung Kuswandono bahwa desain arsitektur Bandara Banyuwangi yang mengusung konsep hijau adalah contoh bangunan yang hemat energi sekaligus ramah ingkungan.
Hal itu, kata dia, bisa terlihat dia material yang digunakan dan penataan ruang yang memanfaatkan energi yang ada di sekitarnya.
"Bandaranya benar-benar berkonsep hemat energi. Tidak banyak lampu listrik, dindingnya memakai kayu yang bersekat-sekat sehingga hawa segar angin bisa masuk ke ruangan menggantikan fungsi AC," jelas Agung.
Bandara Banyuwangi diarsiteki Andramatin, desainnya mengadopsi kearifan lokal, yaitu arsitektur khas Suku Osing, masyarakat asli Banyuwangi. Dimana atap terminal mengadopsi penutup kepala khas masyarakat Suku Osing, udeng. Selain itu, terminal baru badnara Blimbingsari banyak menggunakan ornamen kayu yang juga dilengkapi dengan ornamen khas Banyuwangi.
Atas dasar itulah, Agung meminta peserta yang hadir untuk mulai mencontoh Banyuwangi yang mengembangkan bangunan publiknya dengan konsep ramah lingkungan. "Rakor ini kami adakan untuk mengenalkan banyak hal terkait kebijakan hemat energi yang bisa dikembangkan oleh daerah. Salah satunya lewat rancangan bangunan publik. Banyuwangi tidak hanya bandaranya, namun juga ada pendoponya yang juga dirancang ramah lingkungan. Ini menjadi best practice bagi kita semua," ujar Agung.
©2019 Merdeka.com
Rakor yang berlangsung selama tiga hari, 7-9 Agustus ini diikuti oleh 50 peserta dari kalangan pemerintahan. Beberapa pereakilan pemerintah daerah seperti Mentawai, Subang, dan Manggarai Barat juga hadir untuk berbagi pengalaman tentang konservasi energi.
Lebih dalam Agung mengatakan, di Pulau Jawa sendiri, saat ini masih terdapat 2500 desa yang belum teraliri listrik oleh PLN. Dia mengatakan, daerah-daerah perlu melakukan inovasi energi yang berkelanjutan sesuai potensi daerahnya.
"Kita bisa simpan energi panas matahari, tapi masih bertahap dan masih tertatih-tatih. Kami berharap pemda bisa bergerak, bisa gunakam tenaga surya, angin, atau mikro hidro," kata Agung.
Sementara itu, Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas via sambungan facetime menyampaikan terima kasih atas kepercayaan Kemenko Kemaritiman yang telah menjadikan Banyuwangi sebagai daerah percontohan. "Apresiasi ini menjadi pelecut bagi kami untuk terus mendesain kebijakan hemat energi di daerah," kata Anas.
Green Airport Banyuwangi sendiri, menurut Anas, dibangun dengan ciri yang Indonesian Style.
“Bandara Banyuwangi memiliki desain green building di mana bandara sangat meminimalkan penggunaan Air Conditioner (AC). Terminal ini memanfaatkan sirkulasi udara yang diatur dengan kisi-kisi, juga ada kolam air sebagai pendingin ruangan, yang dibantu aliran air untuk menyejukkan udara, di sekeliling terminal. Selain itu, atap terminal berhamparkan rerumputan hijau, dan energi alami dimanfaatkan dengan mengatur pencahayaan matahari sebagai penerang ruangan di siang hari,” kata Anas.
Dalam rakor ini, Kemenko Maritim juga mengundang kelompok nelayan dari Kuburaya, Kalimantan Barat untuk berbagi inovasi dengan pemkab Banyuwangi.
"Kami ingin semua daerah saling berbagi pengalaman terbaiknya, sehingga program konversi energi di Indonesia bisa berjalan sesuai yang diharapkan," pungkas Agung.
(mdk/paw)