Kena kasus dugaan agama, Ahok bilang 'pohon lurus banyak mau tebang'
Calon Gubernur DKI Jakarta nomor urut 2, Basuki Tjahaja Purnama memiliki beberapa hal tidak dapat dilupakannya sepanjang tahun 2016. Mengingat pergantian tahun menuju tahun 2017 hanya tinggal menghitung hari.
Calon Gubernur DKI Jakarta nomor urut 2, Basuki Tjahaja Purnama memiliki beberapa hal tidak dapat dilupakannya sepanjang tahun 2016. Mengingat pergantian tahun menuju tahun 2017 hanya tinggal menghitung hari.
Basuki atau akrab disapa Ahok, mengatakan hal paling melekat dalam ingatannya adalah terkait kasus dugaan penistaan agama. Sebab, dia merasa tidak pernah melakukan hal tersebut, dan kini dirinya harus berurusan dengan hukum.
"Ahok tersangka naik jadi terdakwa," kata Ahok saat blusukan ke Cililitan, Kramat Jati, Jakarta Timur, Rabu (28/12).
Mantan Bupati Belitung Timur ini mengaku, mendapatkan banyak pelajar dengan adanya kasus ini. Lantaran banyak orang berlaku jujur dan baik itu bukan berarti tidak memiliki musuh.
"Kita mulai mengertikan, kalau kamu jadi pohon lurus itu banyak yang mau nebang kamu," ujarnya sambil tersenyum.
Selain itu, Ahok mengaku memiliki kenangan yang juga tidak dapat dipungkiri selama menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta. Sebab dengan bisa memberikan bantuan dana pendidikan banyak anak di Jakarta yang dapat melanjutkan ke perguruan tinggi.
"Senang dong (kalau jadi Gubernur DKI), bisa bantu orang Rp 2,7 triliun. Bisa membuat orang dapat biaya perguruan tinggi negeri," ungkapnya.
Bapak tiga orang anak ini menjelaskan, bisa memberikan bantuan pendidikan merupakan prestasi tersendiri baginya. Sebab dahulu Almarhum ayahnya, Indra Tjahaja Purnama pernah mengingatkan bahwa dirinya beruntung karena terlahir di keluarga yang mampu.
"Karena itu yang bapak saya bilang sama saya, enggak semua orang seberuntung kamu. Nah aku juga senang anak aku bisa masuk perguruan tinggi negeri (Nicholas). Itu yang aku cita-citakan dulu mau masuk UI kedokteran enggak dapet," tuturnya.
Ahok yang merupakan pemimpin Pemprov DKI Jakarta bukan berarti bisa sewenang-wenang dalam memanfaatkan posisi. Walaupun memberikan bantuan dana pendidikan, seluruh anaknya tidak pernah mendapatkan Kartu Jakarta Pintar (KJP).
"Enggak dong, masa dapat KJP, masa pake iPhone pakai KJP," terangnya.