Kenapa sesama anggota TNI gampang sekali tawuran?
Solidaritas dan jiwa muda dinilai menjadi pemicu utama perkelahian yang kerap terjadi antar prajurit TNI.
Maraknya pertikaian antar korps di jajaran TNI sudah sedemikian mengkhawatirkan. Kejadian terakhir di mana 4 orang anggota TNI AU dikeroyok oleh sejumlah anggota Kopassus, hingga menewaskan 1 orang prajurit TNI AU, sangat disesalkan banyak kalangan.
Pengamat intelejen dan militer, Wawan Purwanto mengatakan, penyebab dari tindakan indisipliner para anggota TNI itu disebabkan oleh gejolak jiwa muda yang tak terkontrol. Dirinya juga menambahkan, solidaritas korps yang salah tempat dari para anggota TNI itu, juga kerap menjadi latar belakang kejadian serupa.
"Itu kan spontan saja. Ibarat jiwa muda sedang bergolak, perkara main lihat-lihatan saja bisa jadi saling serang karena ada semacam solidaritas korps. Dan ini yang kerap menjadikan sebab pengeroyokan itu terjadi," ujar Wawan saat dihubungi merdeka.com, Rabu (3/6).
"Di samping itu, para anggota institusinya juga harus bisa menahan diri dalam setip kesempatan. Karena tugas mereka kan melindungi masyarakat. Nah kalau sekarang sering kejadian seperti ini kan malah jadi timbul kekhawatiran di masyarakat," katanya menambahkan.
Wawan mengatakan, walaupun di internal TNI sudah digalakkan semboyan 3S (Senyum, Sapa, Salam) dan larangan bersikap 3M (Melotot, Memukul, Marah), namun ternyata masih ada saja anggota TNI yang tak mematuhinya.
Dengan kejadian pengeroyokan oleh Kopassus kepada 4 orang anggota TNI AU kemarin, Wawan memuji kebesaran sikap Danjen Kopassus, Mayjen TNI Doni Monardo, yang langsung bertanggung jawab atas sikap anak buahnya tersebut.
"Perlu diingatkan kembali agar prajurit bisa menata diri dalam berbagai kesempatan, dan selalu diingatkan agar bertindak dari sisi humanis serta pandangan kemanusiaan. Di internal mereka kan sudah ditanamkan untuk melakukan 3S (Senyum, Sapa, Salam), dan menghindari 3M (Melotot, Memukul, Marah), namun memang pada pengaplikasiannya di lapangan masih ada yang melanggar," ujar Wawan.
"Tapi kita salut pada sikap Danjen Kopassus yang secara terbuka menyatakan berbelasungkawa, dan mau membiayai anak-anak dari keluarga korban TNI AU yang meninggal itu. Ini satu teladan yang harus di contoh, ini sikap ksatria. Mengenai penanganan para pelakunya, biarkan POM TNI yang menghukum," pungkasnya.