Kepala BKKBN Puji Penurunan Stunting di Jawa Tengah, Bonus Demografi Sudah Dirasakan
Angka total fertility rate di Jawa Tengah sudah 2,09 dari target 2,1
Angka total fertility rate di Jawa Tengah sudah 2,09 dari target 2,1
Kepala BKKBN Puji Penurunan Stunting di Jawa Tengah, Bonus Demografi Sudah Dirasakan
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo, memuji capaian program percepatan penurunan stunting dan Bangga Kencana di Provinsi Jawa Tengah.
Menurut Hasto, angka TFR (total fertility rate) di Jawa Tengah sudah 2,09 dari target 2,1. Faktor risiko stunting di Jawa Tengah dari 2021 ke 2022 ini menurun.
“Karena apa? Karena jambannya (masyarakat) lebih baik, sanitasi membaik, air minum lebih baik,” ujar Hasto.
Menurut Hasto, saat ini penting mempersiapkan diri dalam upaya menyambut bonus demografi di Indonesia.
Provinsi Jawa Tengah saat ini, menurut Hasto, telah menunjukan tren positif dalam percepatan penurunan stunting.
Hal ini tampak dari capaian-capaian yang telah diraih oleh Kabupaten Kota di Jawa Tengah.
“Tahapan bonus demografi Jawa Tengah, Kabupaten Cilacap sedang berada di puncak bonus demografi, dengan rasio 43,06. Kemudian Kabupaten Banyumas 45,3 bonus demografi sedang berjalan. Rata-rata jawa tengah 43,16,” kata Hasto
Kata Hasto, kasus unmet need juga menurun. Usia perkawinan juga lebih baik di Jawa Tengah, yang tadinya di bawah 21, sekarang udah banyak mendekati usia 21.
“Tapi jangan kelamaan juga, sampai 35 idealnya bagi perempuan. Gerakan untuk ber-KB di Jawa Tengah ini luar biasa,” puji Hasto atas capaian Jawa Tengah.
Lebih lanjut Hasto menjelaskan bagaimana tren penurunan stunting di Jawa Tengah ini menurun. Melihat bagaimana faktor risiko penyebab stunting diantisipasi, maka yakin saja jika tahun 2023 ini angka prevalensi stuntingnya bisa menurun.
Percepatan Penurunan Stunting terus dilakukan secara cepat dan masif, hal ini tak lepas dari cita-cita besar untuk menyambut Generasi Emas Indonesia pada tahun 2045.
Menurut Hasto, dalam hal menyambut bonus demografi ini, generasi muda lah yang akan menentukan bonus demografi itu berhasil atau tidak.
Pj Gubernur Jawa Tengah optimistis jika akhir 2023 angka prevalensi stunting di Jawa Tengah bisa menyentuh 17 persen, bahkan di bawah itu.
“Saya harapkan sehabis ini kita punya komitmen untuk menurunkan stunting, dan mampu mencapai target. Bila perlu dibawah target, dibawah 14 persen,” ungkap Nana.
Nana juga memotivasi bahwa selama ada kemauan, maka kemampuan pasti akan mengikuti.
"Insyaallah target 14 persen kalau kita mau, tidak ada yang sulit. Semua ada solusinya, jika kita mau," tegasnya.
Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Tengah, Eka Sulistia Ediningsih mangatakan, selama tahun 2023, berbagai upaya telah dilakukan bersama secara konvergensi, dalam rangka mewujudkan tercapainya target penurunan prevalensi Stunting menjadi 14 persen di tahun 2024.
Di antaranya, memperkuat sinergitas di masing-masing bidang TPPS Provinsi, melalui rapat koordinasi yang dilaksanakan setiap bulan.
Meningkatkan koordinasi dan penguatan kelembagaan TPPS Kabupaten/Kota, melalui berbagai kegiatan.
Terbitnya Surat Edaran Gubernur Jawa Tengah tentang KB Pasca Persalinan (KBPP) untuk di tindaklanjuti dalam bentuk regulasi di kabupaten/kota.
Melakukan monitoring dan evaluasi terpadu pasca roadshow Menko PMK, dimana isu dalam monitoring adalah ketersediaan Antropometri kit dan USG (ultra sonografi).
Kolaborasi dan konvergensi melalui Pengukuhan Pangdam IV Diponegoro sebagai Bapak Asuh Anak Stunting (BAAS)
Dokumen Strategi Komunikasi dan perubahan perilaku Provinsi Jawa Tengah bersama Unicef dan Tanoto Foundation
Bonus demografi dengan lebih dari 50 persen penduduk Indonesia berada di usia produktif.
Maka dari itu, pentingnya mempersiapkan generasi tangguh dari saat ini, agar sumber daya manusia yang berkualitas bisa terwujud, bonus demografi termanfaatkan dengan maksimal, dan Indonesia berhasil menjadi negara maju.