Kepala BPPT usul 'kartu sakti' Jokowi disatukan ke e-KTP
"Jadi tidak perlu banyak kartu. Karena e-KTP sudah ada sidik jari dan lensa mata," kata Kepala BPPT, Unggul Priyanto.
Sejak dua tahun lalu, pemerintah menggagas kartu tanda penduduk sistem eletronik. Di kartu ini, tersimpan data mulai dari pribadi sampai keluarga yang dilengkapi sidik jari dan lensa mata.
Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Unggul Priyanto mengatakan, sebenarnya keberadaan e-KTP tak jauh lebih baik dari tiga kartu sakti yang menjadi program Presiden Joko Widodo. Menurutnya, alangkah lebih baik jika kartu-kartu diintegrasikan dengan e-KTP.
"Itu sangat memungkinkan digabung, jadi tidak perlu banyak kartu. Karena e-KTP sudah ada sidik jari dan lensa mata. Selain itu, e-KTP sudah ada data keluarga yang otomatis bisa terbaca," kata Unggul di Gedung BPPT, Jakarta Pusat, Rabu (12/11).
Menurut dia, sistem e-KTP lebih akurat karena mempunyai database yang bisa dengan cepat dibaca.
"Lebih akurat pakai e-KTP, link ke database nya lebih cepat karena itu tidak akan lama. Jadi orang tidak perlu banyak kartu, e-KTP saja dimanfaatkan," terangnya.
Dalam kesempatan yang sama, Dirjen Dukcapil, Kemendagri Irman mengatakan, sistem penggabungan e-KTP dengan kartu sakti bisa terlaksanakan karena 45 lembaga daerah sudah memakainya.
"Ada 45 lembaga seperti BNI, BRI, BCA yang pakai sistem e-KTP, termasuk juga BPJS dan bank daerah yang sudah kita online kan ke lembaga itu," kata Irman.