Keracunan susu cokelat kemasan, bocah kelas 4 SD meninggal dunia
"Keluarga tidak mau dilakukan autopsi katanya kasihan jika harus dibedah, dan mereka menyatakan ikhlas," ujar AKP Aryo.
Petugas kepolisian di Situbondo, Jawa Timur mengamankan barang bukti berupa sisa susu cokelat yang diduga menjadi penyebab keracunan hingga menyebabkan bocah perempuan Abel Tri Astuti (10) meninggal dunia.
"Kami mengamankan barang bukti sisa makanan susu cokelat kemasan kecil yang dikonsumsi oleh Abel Tri Astuti, warga Desa/Kecamatan Banyuputih," ujar Kapolsek Banyuputih AKP Aryo Pandanaran di Situbondo seperti dikutip dari Antara, Rabu (17/2).
Selain itu, katanya, pihaknya juga menyita sejumlah sampel susu cokelat dalam kemasan kecil itu dari toko tempat korban membeli.
Aryo mengatakan setelah meminta keterangan dari saksi, meninggalnya anak dari pasangan suami istri Buroto (53) dan Misyati (45) ini berawal saat keluarga korban membawa putrinya ke tukang pijat di Desa Awar-Awar, Kecamatan Asembagus, pada Senin (15/2) malam.
Korban, kata dia, meminta membeli susu cokelat dalam kemasan kepada orang tuanya. Korban menuju toko tidak jauh dari rumah tukang pijat tersebut.
"Keterangan orang tuanya, Abel membeli sendiri ke toko itu seharga Rp 2.000 mendapatkan empat bungkus. Per bungkusnya seharga Rp 500. Malam itu dikonsumsi tiga bungkus dan satunya dibawa pulang," katanya.
Menurut Kapolsek, sampai di rumahnya korban mual-mual dan pusing hingga pada Selasa (16/2) pagi sekitar pukul 05.00 WIB, korban mengeluarkan cairan dari hidungnya.
Mantan Kepala Bagian Operasi (KBO) Reskrim Polres Situbondo, ini menjelaskan pagi itu Buroto dan Misyati membawa korban rumah sakit di Asembagus, Situbondo. Namun, bocah perempuan yang masih duduk di bangku kelas empat sekolah dasar itu tidak tertolong dan meninggal dunia.
"Setelah kami konfirmasi kepada dokter di RSU Asembagus, korban tiba di rumah sakit sudah dalam kondisi meninggal dunia. Diduga Abel meninggal dalam perjalanan ke rumah sakit," kata AKP Aryo Pandanaran.
Namun demikian Aryo mengakui bahwa polisi tidak bisa berbuat banyak untuk meneruskan kasus ini ke tahap penyidikan karena ketika petugas menawarkan akan dilakukan autopsi terhadap jasad korban, keluarga tidak mengizinkan.
"Keluarga tidak mau dilakukan autopsi katanya kasihan jika harus dibedah, dan mereka menyatakan ikhlas. Kami juga sudah membuat surat pernyataan dari keluarga korban karena tidak mau dilakukan autopsi," katanya.
Sementara orangtua korban, Buroto menyatakan ikhlas menerima kenyataan tersebut.
"Ini sudah takdir, kasihan kalau anak saya harus diautopsi" katanya.