Ketika si cantik Happy Salma jadi istri kedua Soekarno
Lewat nyanyian sinden yang menyayat hati, Happy merefleksikan kegelisahan Inggit. Tak ada wanita yang mau mandul.
"Cinta itu melayani, cinta itu memberi."
Hanya ada sebuah rak, kursi dan ranjang berkelambu di Auditorium Gedung IX Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia. Sosok artis cantik Happy Salma pun tampak berbeda, Jumat (12/4) malam. Dia sedang menggelar gladi resik untuk monolog Inggit Garnasih.
Rambutnya disanggul tinggi, dengan bunga terselip di dalam. Tubuhnya dibalut kebaya ketat dengan bawahan kain. Persis gambaran sosok istri kedua Soekarno, Inggit Garnasih.
Happy Salma berusaha menghidupkan Inggit Garnasih lewat monolog. Selama satu setengah jam, dia tampil seorang diri. Menjelma menjadi Inggit dan menceritakan jatuh bangun perjuangan mendampingi Soekarno di awal pergerakan nasional.
Menonton monolog Happy Salma seperti melihat visualisasi kisah hidup Inggit di Novel Ramadhan KH yang berjudul Kuantar ke Gerbang. Happy Salma membawakan monolog ini dengan cukup baik. Meski tak ada yang mengejutkan jika telah membaca novel tersebut. Hal ini diakui Happy, sebagian besar skenario memang diambil dari novel Ramadhan KH, ditambah sedikit observasi dan wawancara keluarga.
Happy pantas memerankan Inggit. Sebagai sesama wanita Sunda, dia bisa menghayati sosok Inggit yang pasrah, pengertian dan keibuan. Soal kecantikan, mungkin pada masanya Inggit secantik Happy sekarang. Bukankah dulu para pria kerap terpesona melihat senyuman Inggit. Mereka selalu memberikan uang satu ringgit jika melihat Inggit tersenyum. Dari sinilah nama Inggit berasal.
Inggit bukan wanita sembarangan. Padanya Soekarno menggantungkan hidup dan merengek meminta semangat.
Cinta kedua insan ini sebenarnya terlarang. Soekarno sudah memperistri Oetari Tjokroaminoto, sementara Inggit bersuamikan Sanusi. Inggit juga lebih tua 13 tahun dari Soekarno.
Ketika itu Soekarno yang menjadi mahasiswa Technische Hoogeschool te Bandoeng, kos di rumah pasangan Sanusi dan Inggit. Kehidupan perkawinan yang hambar membuat Soekarno dan Inggit merasa saling cocok. Terjadilah asmara terlarang itu. Keduanya bercerai dari pasangan masing-masing dan menikah tahun 1923 di Bandung.
Maka Inggit adalah istri, sahabat, ibu, dan pencari nafkah untuk Soekarno. Orator ulung ini hanya sibuk berpolitik dan tak mampu mencari uang. Inggitlah yang harus berjualan bedak untuk menghidupi rumah tangga mereka berdua. Dia juga yang membiayai perjuangan Soekarno.
Dia juga setia mendampingi Soekarno saat dibuang ke Flores dan Bengkulu. Di Bengkulu juga Inggit harus menerima kenyataan pahit saat Soekarno mencintai Fatmawati. Alasan Soekarno, Inggit tak memberinya anak.
Lewat nyanyian sinden yang menyayat hati, Happy merefleksikan kegelisahan Inggit. Tak ada wanita yang mau mandul, tak ada juga yang mau dengan mudahnya dimadu.
Maka setelah 20 tahun mendampingi Soekarno, Inggit bersikeras tak mau dimadu. Dia memilih pulang ke Bandung dengan kekecewaan.
Baca juga:
Jika tak ada Inggit, Soekarno sudah 'membusuk' di penjara
Kisah Bung Karno disuguhi tarian bugil di Amerika
Perselingkuhan Soekarno-Inggit di rumah kos Bandung
Inggit, istri kedua Soekarno yang jadi rebutan pria Bandung
Inggit Garnasih, wanita setia pendamping Soekarno saat susah
-
Siapa yang melahirkan dan membesarkan Bung Karno? Presiden pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno, menjadi orang hebat salah satunya berkat peran besar sang ibu, Ida Ayu Nyoman Rai. Sadar betapa besarnya jasa sang ibu, Bung Karno selalu menghormati perempuan yang melahirkan dan membesarkannya itu.
-
Di mana rumah pengasingan Bung Karno di Bengkulu berada? Lokasi rumah ini berada di Jalan Jeruk yang kini berganti nama menjadi Jalan Soekarno-Hatta, Kelurahan Anggut Atas, Kecamatan Gading Cempaka, Kota Bengkulu.
-
Apa saja yang disimpan di rumah pengasingan Bung Karno di Bengkulu? Di dalam bangunan, banyak sekali barang-barang peninggalan Bung Karno yang sampai saat ini masih awet. Di antaranya yaitu sepeda onthel, satu set kursi yang ada di ruang tamu, lemari makan, bahkan surat cinta yang ia tulis untuk Fatmawati, dan beberapa perabotan klasik lainnya.
-
Bagaimana bentuk dan ukuran rumah pengasingan Bung Karno di Bengkulu? Rumah ini memiliki luas bangunan 162 meter persegi dengan bangunan 9 x 18 meter. Bentuknya persegi panjang, tidak berkaki serta memiliki halaman yang cukup luas.
-
Kapan Bung Karno merenovasi Masjid Jamik? Melansir dari kebudayaan.kemdikbud.go.id, dari catatan sejarah yang ada, di balik keberadaan Masjid Jamik rupanya ada peran Bung Karno semasa pengasingan di Bengkulu pada 1938 sampai 1942.
-
Bagaimana cara Bung Karno menghabiskan waktu di Istana Gebang? Di Rumah Gebang, Bung Karno muda menghabiskan waktu libur sekolah dan berdiskusi secara informal tentang kemerdekaan Indonesia dengan sahabat, keluarga dan pekerja rumah tangga di sana.