Ketua PBNU: Jangan asal bongkar situs Setono Gedong
Said menilai, situs tersebut merupakan cikal bakal penyebaran agama Islam di Kediri.
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj prihatin dengan langkah Takmir Masjid Setono Gedong Kota Kediri yang merusak situs Setono Gedong. Situs ini merupakan peninggalan bersejarah di abad ke-12 dan 16.
Pernyataan Ketua Umum PBNU ini disampaikan di sela-sela kunjungan ke Kediri dalam rangka menghadiri wisuda sarjana di lingkungan Ponpes Lirboyo Kota Kediri.
Kang Said, panggilan akrab Ketua PBNU ini meminta takmir masjid setempat untuk menghentikan perusakan situs cagar budaya. Dia menilai, situs ini merupakan cikal bakal syiar Islam di Kediri di abad ke-12.
"Apa yang mereka lakukan adalah keliru besar, jangan asal bongkar, itu situs bersejarah yang merupakan peninggalan atau tonggak sejarah Islam di Kediri," kata Kang Said pada merdeka.com, Sabtu (9/11).
Masih menurut alumni Ponpes Lirboyo Kota Kediri ini, Situs Setono Gedong merupakan kekayaan yang luar biasa, di mana bisa menjadi pelajaran bagi generasi sekarang dan mendatang bahwa mencapai sebuah kemuliaan itu penuh lika-liku perjalanan.
"Tugas kita semua adalah menjaga keorisinilan peninggalan itu bukan malah merusaknya. Bagaimana membangun tanpa merusak cagar budaya itulah yang harus dipikirkan," tutur Kang Said.
Seperti diketahui Setono Gedong adalah situs peninggalan abad ke-12 yang diperkirakan masa peninggalan Prabu Joyoboyo. Sebab ditemukan logo Garudea yang merupakan lambang kerajaan Kediri. Di tempat tersebut juga terdapat makam Syaikh Syamsuddin Al Wasil yang di dalam Kitab Kakawin Hariwangsa disebutkan sebagai guru spiritual Prabu Joyoboyo.
Syaikh Syamsuddin Al-Wasil sendiri dari Negeri Ngerum /Rum (Persia) yang datang ke Kediri untuk berdakwah dan atas permintaan Raja Kediri Sri Maharaja Mapanji Jayabhaya untuk membahas kitab Musyarar yang berisi ilmu pengetahuan khusus seperti perbintangan (ilmu falak) dan nujum (ramal-meramal) yang kemudian dikenal dengan kitab Jongko Joyoboyo.