Ketum PBNU Akui Banyak Didekati Parpol dan Capres: Saya Kira Sekarang Sudah Kapok
Norma NU sebagai organisasi dan lembaga pun tegas tidak mengizinkan sikap memberikan dukungan
Dia menegaskan PBNU tetap pada pendiriannya sebagai organisasi keagamaan kemasyarakatan.
Ketum PBNU Akui Banyak Didekati Parpol dan Capres: Saya Kira Sekarang Sudah Kapok
Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya mengaku sempat didekati oleh pihak partai pengusung calon presiden termasuk dengan sosok yang didukungnya agar turut serta dalam upaya pemenangan Pilpres 2024. Namun begitu, dia menegaskan PBNU tetap pada pendiriannya sebagai organisasi keagamaan kemasyarakatan.
- DPR Ingatkan Polri Harus Tolak Perintah Pasang Baliho Capres-Cawapres: Masyarakat Tahu!
- Kasus Impor Emas, Kejagung Perkuat Bukti Keterlibatan 2 Perusahaan IGS dan UBS
- NasDem: PBNU Tak Bisa Larang Kader Berpartai dan Dukung Pasangan Capres-Cawapres
- KPU Umumkan Daftar Caleg Sementara DPR RI Pemilu 2024, Ini Lengkapnya
"Awal-awal ada yang coba-coba (dekati), tapi saya kira sekarang sudah kapok. Pada hari ini sudah kapok lah. Karena kita juga tidak bergeser dari gestur," tutur Gus Yahya di Kantor PBNU, Jakarta Pusat, Sabtu (2/9).
merdeka.com
Gus Yahya mengulas, pada 1973 lalu NU memang pernah menjadi partai politik. Namun para ulama telah bersepakat dan membuat keputusan bahwa NU tidak lagi beroperasi sebagai partai politik dan tidak lagi menjalani fungsi politik praktis.
merdeka.com
"Tetapi kembali kepada fungsinya organisasi keagamaan kemasyarakatan. Itu keputusan mukhtamar tahun 1984 yang dulu terkenal sebagai keputusan kembali ke khittoh," jelas dia.
merdeka.com
Berdasarkan hal tersebut, sambungnya, norma NU sebagai organisasi dan lembaga pun tegas tidak mengizinkan sikap memberikan dukungan atau pun menjadi kompetitor dalam kepentingan politik.
"Dan ulama-ulama kita sudah tahu itu. Tetapi semua orang termasuk para ulama punya konsern bahwa pemilu ini bisa berjalan dengan lancar, supaya hasilnya berkualitas, prosesnya aman, itu pasti," katanya.
Gus Yahya juga mendorong terciptanya Pemilu dan Pilpres 2024 yang aman dan damai. Untuk itu, masyarakat jangan sampai salah bersikap dan bertindak.
"Harus mengembangkan kesadaran bahwa demokrasi ini hanya prosedur saja. Ini bukan soal hidup mati, ini bukan Perang Sabil, ini bukan soal memilih Imam Mahdi, bukan soal begitu, prosedur saja. Karena kita butuh memilih pemimpin dan sepakat republik dengan demokrasi, caranya menjadi pemimpin harus dengan pemilu prosedurnya, itu saja" katanya.
merdeka.com
Menurut Gus Yahya, aktor politik termasuk para kontestan capres-cawapres menjadi pihak yang paling bertanggung jawab dalam menjaga keutuhan bangsa selama kontestasi Pemilu dan Pilpres 2024. Sementara masyarakat pun mesti sadar bahwa perbedaan pilihan selama ajang demokrasi lima tahunan merupakan hal yang lumrah dan tidak perlu memicu perpecahan.
merdeka.com
"Mari kita buat pilihan kita masing-masing, boleh beda. Saya dengan Sekjen ini belum tentu sama pilihannya, dengan yang lain-lain ini. Tetapi mari kita biasakan diri berbeda dengan santai," jelasnya.
Reporter: Nanda Perdana
Sumber: Liputan6.com
- Veddriq Leonardo, Peraih Medali Emas Olimpiade Paris 2024 Dapat Tiket Pesawat Gratis Seumur Hidup
- Operasi Sikat Jaya, 341 Orang Terlibat Kasus Kriminal Dalan Kurun Waktu 15 Hari
- Cara Efektif Menemukan dan Menggunakan SPBU Layanan Mandiri
- Panduan Lengkap Memilih Bahan Bakar Berdasarkan Bilangan Oktan
- Sowan ke 'Dedengkot Betawi' Babe Nuri, Pramono Beberkan Program Kesejahteraan bagi Warga Jakarta
Berita Terpopuler
-
VIDEO: Jokowi Tak Mau Buru-Buru soal Pindah ke IKN "Pindahan Rumah Ruwetnya Saja Kayak Gitu"
merdeka.com 19 Sep 2024 -
VIDEO: Jokowi soal Pindah ke IKN "Semua Harus Dipersiapkan, Tinggal Bawa Baju"
merdeka.com 19 Sep 2024 -
Respons Jokowi soal Seskab Definitif Pengganti Pramono Anung
merdeka.com 19 Sep 2024 -
Jokowi: Pekerjaan akan Hilang 85 Juta di Tahun 2025, Muncul Otomasi & AI
merdeka.com 19 Sep 2024 -
Jokowi Cerita Sempat Dibisiki 'Hati-hati Digulingkan' Saat Ingin Ambil Alih Freeport
merdeka.com 19 Sep 2024