Ketum PBNU Ingatkan Jangan Pilih Capres-Cawapres yang Main Rusak-Rusakan
Gus Yahya menyatakan tidak dapat sembarangan mengumbar sosok pilihannya dalam Pilpres 2024.
Yang paling bertanggung jawab atas berjalannya Pemilu aman dan damai adalah para aktor politik
Ketum PBNU Ingatkan Jangan Pilih Capres-Cawapres yang Main Rusak-Rusakan
Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya mengingatkan agar rakyat Indonesia salah memilih calon presiden dan calon wakil presiden yang dapat merusak bangsa dan negara.
Hal itu tentu dapat dicermati dari rekam jejak, baik selama berkarier hingga menjalani kontestasi Pilpres 2024.
"Itu harus menjadi kesadaran semua orang, bahwa nomor satu terlepas dari segala macam kompetisi, persaingan, dan sebagainya, itu keutuhan bangsa dan negara nomor satu. Survival bangsa negara itu nomor satu," tutur Gus Yahya di Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Sabtu (2/9).
"Dan saya kira rakyat harus menjadikan ini juga sebagai tolak ukur, kalau ada aktor yang main rusak-rusakan ya jangan dipilih, itu saja. Menurut saya ya harus begitu," sambungnya.
Namun begitu, Gus Yahya tentu memahami posisinya sebagai Ketum PBNU. Sehingga, dia pun tidak bisa sembarangan mendeklarasikan dukungannya terhadap salah satu calon presiden.
"Saya sebagai pribadi memang punya preverensi, sebagai pribadi jelas. Tetapi karena saya ini Ketua Umum PBNU, saya harus menahan diri untuk tidak mengumbar preverensi pribadi saya dalam artikulasi publik. Karena saya ketua umum. Kalau saya warga biasa bukan pengurus, ya bisa semau saya," jelas dia.
merdeka.com
Gus Yahya menyatakan, yang paling bertanggung jawab atas berjalannya Pemilu aman dan damai adalah para aktor politik yang berkontestasi.
"Bagaimana kelakuan mereka di dalam berkompetisi, itu yang paling menentukan," ujarnya.
Kembali Gus Yahya menyatakan tidak dapat sembarangan mengumbar sosok pilihannya dalam Pilpres 2024. Yang pasti, semua pihak diharapkan dapat menjalani proses perbedaan pilihan politik dengan kepala dingin.
"Saya harus menahan diri supaya tidak timbul kesalahpahaman seolah-olah saya menggunakan jabatan saya sebagai ketum dan lembaga organisasi ini untuk politik praktis, maka saya tidak bisa melakukan artikulasi seperti itu. Ya itu harga menjadi ketua umum begitu, memang nggak boleh mengumbar," Gus Yahya menandaskan.
Reporter: Nanda Perdana
Sumber: Liputan6.com