Kisah AKP Eny, tukang sayur kini jadi Kanit Binmas
"Lakukan yang terbaik semampumu, selebihnya, berdoa, dan biarkan Tuhan yang menentukan," kata dia.
Berbekal kedisiplinan dan tekad, Eny Suprapti meniti karier sebagai polisi wanita. Siapa sangka masa remajanya dilalui dengan perjuangan yang berat akibat keterbatasan ekonomi berbuah manis. Wanita yang telah berusia 38 tahun itu kini menempati posisi penting di Polsek Genuk, yakni sebagai Kanit Bimmas dengan pangkat Ajun Komisaris Polisi (AKP).
Ibu dua anak ini menuturkan bagaimana awalnya menempuh studi di Sekolah Pendidikan Kepolisian Negara (SPN) hingga akhirnya bisa menjadi perwira berpangkat balok dua ini. Cita-citanya ternyata dimulai sejak kelas 2 SD.
"Waktu itu saat melintas di jalan bersama ayah, ayah saya putar balik motor karena melihat polwan di jalan. Saya ditunjukkan itu loh polwan. Sejak itu saya mulai tertarik jadi polwan," tuturnya, Jumat (8/5).
Eny pun sadar cita-citanya itu tidak mudah untuk diraih. Sedari SMP, Eny telah ikut bekerja keras membantu perekonomian orangtuanya. Tujuannya agar beban keluarga berkurang dan berharap cita-citanya didukung oleh kedua orangtua.
"Waktu SMP, saya itu jualan jagung rebus keliling di Perumahan Plamongan Indah," ujarnya sperti dilansir dari facebook Humas Mabes Polri.
Bahkan pernah Eny terjebak hingga malam hari di kompleks perumahan itu lantaran hujan deras. Dia hanya berteduh di emperan rumah orang tanpa berani meminta berteduh ke dalam.
Eny menggeluti usaha berjualan jagung rebus hingga tamat SMP. Beranjak SMA, dia menggeluti pekerjaan baru. "Saya jualan sayur di Pasar Peterongan," katanya.
Pekerjaan itu dilakukan Eny setiap hari tanpa meninggalkan bangku sekolah. Setiap jam dinding menunjuk pukul 01.00 WIB, dia sudah mempersiapkan sepeda ontel lengkap beserta keranjang di sisi kiri dan kanan belakang sepeda yang berisi penuh sayuran di rumah orangtuanya Mranggen, Demak.
"Itu saya lakukan setiap hari. Jadi sesama tukang sayur kami sering balapan,” kenangnya.
Untuk mendukung cita-citanya selepas SMA, dia mulai melatih diri dengan ikut taekwondo. Dia pun bisa meraih sabuk (ban) merah.
Setelah tamat SMA, Eny mulai menuturkan niatannya untuk mendaftar menjadi anggota polwan kepada orangtuanya. Lantaran kondisi keluarga yang terbilang kurang mampu, terang saja ayah dan ibunya hanya bisa mendukung dan mendoakan.
"Saya cuma minta doa restu kepada orangtua. Selebihnya, saya berusaha dan serahkan sepenuhnya kepada Tuhan," kata Eny.
Berbekal niat kuat, Eny pun kemudian mendaftar menjadi anggota polwan pada 1996-1997. Namun, ketika seleksi akhir di Jakarta, Eny dinyatakan tidak lolos. Itu tidak membuatnya kecewa. Entah kebetulan atau tidak, Eny seolah mendapat wangsit di malam sebelum pengumuman kelulusan.
"Jadi saya mimpi ada perwira polwan mengajak saya jalan-jalan di SPN. Lalu dia bilang kalau saya tahun ini tidak lolos, namun tahun depan insya Allah saya lolos," kata wanita yang tinggal di Tlogomulyo, Pedurungan, ini.
Di seleksi polwan tahun 1997-1998, benar saja Eny dinyatakan lolos menjadi anggota polwan berpangkat Bripda. Berselang beberapa tahun kemudian, Eny pun melanjutkan jenjang pendidikannya ke strata satu. Tahun 2008 Eny dinyatakan lulus seleksi Sekolah Calon Perwira (Secapa).
"Lakukan yang terbaik semampumu, selebihnya, berdoa, dan biarkan Tuhan yang menentukan," pungkas dia.