Kisah anak kos buka gerai cuci sepatu hingga Singapura
Dokter Tirta bahkan pernah diundang Google di Singapura. Kini omzetnya lebih dari Rp 10 juta per bulan.
Sewaktu menjadi mahasiswa Fakultas Kedokteran UGM, Tirta Mandira Hudi (25) pernah nyaris diusir oleh pemilik indekos di Pogung, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Sebagai anak kos yang serba terbatas, dia memanfaatkan indekos sebagai tempat merintis usaha jasa pencucian sepatu. Langkah awalnya itu berlanjut hingga kini memiliki 20 gerai jasa cuci sepatu di beberapa kota besar, bahkan sampai Singapura.
Shoes and care merupakan nama brand dari usaha jasa cuci sepatu milik pria yang akrab dipanggil Dokter Tirta tersebut. Pria yang berasal dari Surakarta ini memulai usahanya lantaran sebagai mahasiswa baru yang hidup sederhana di indekos, harus membeli berbagai buku kuliah.
"Pada saat itu berhubung saya harus membeli buku-buku medis, maka saya berpikir harus mencari uang tambahan selain pemberian dari orang tua," terangnya saat berbincang dengan merdeka.com baru-baru ini.
Setelah mempertimbangkan berbagai pilihan ide usaha, dia menentukan pilihan hatinya untuk berjualan aneka ragam sepatu. Tirta yang hobi mengoleksi sepatu merasa cocok berjualan sepatu. Namun pilihannya itu meleset, hanya berjalan setahun, kemudian bangkrut.
"Kebangkrutan itu sempat membuat saya berhenti wirausaha. Bener-bener sampai prihatin," ceritanya.
Ibarat kata orang bijak, bangkit tanpa tertindih, Tirta memulai lagi usahanya usai satu tahun kebangkrutan itu. Dia mengumpulkan sisa-sisa dagangan sepatunya yang dulu belum terjual. Sepatu-sepatu itu dia bersihkan lalu dijual lagi.
"Dari pengalaman membersihkan sepatu tadi, saya sedikit banyak jadi tau ilmu membersihkan sepatu," terang dokter.
Dengan sedikit pengalaman membersihkan sepatu dan cara penggunaan obat pembersih sepatu, Tirta melihat peluang usaha jasa cuci sepatu. Dia melakukan percobaan pada teman-temannya sesama mahasiswa sebagai target awal konsumen pengguna jasanya.
"Saya iseng membuka jasa membersihkan sepatu, nah ternyata teman-teman banyak yang berminat," ucapnya semangat.
Tirta kemudian resmi membuka jasa cuci sepatu melalui media sosial di tanggal 12 Oktober 2013. Pelanggannya rata-rata tiap bulan antara 20 sampai 30 pasang sepatu dengan omset sampai dua juta tiap bulan.
"Saya mengembangkan bisnis ini dengan mempromosikan melalui empat media sosial dan ternyata responsnya luar bisa. Alhasil omset meningkat menjadi 10 juta," kata Tirta bangga.
Karena usaha cuci sepatu ini menjadi 50 usaha yang paling sering dicari di internet, maka Google mengundang Soes and Care ke Singapura untuk menerima bantuan diskon menggunakan Google Adwords. Selang beberapa waktu, Soes and care kembali diundang ke Singapura untuk membuka jasa cuci sepatu di ajang pameran sepatu.
"Kami satu-satunya perwakilan dari Indonesia dan merupakan penyedia jasa yang otodidak," tuturnya.
Ternyata respons media Singapura sangat antusias memberitakan ada orang Indonesia yang membuat jasa kreatif. Masyarakat Singapura pun menjadi antusias menggunakan jasa Soes and Care.
"Karena peminat di Singapura banyak dan ada pihak yang mengajak kerja sama, maka kami membuat gerai di Singapura," pungkasnya.