Kisah Haru Atlet Cilik Pieters: Bermula dari Terapi Kesepian kini Jatuh Cinta pada Olahraga Boccia
Pieters Hans Ficktor Warikar baru pertama kali mengikuti ajang Peparnas 2024 mewakil Manokwari Papua.
Atlet cilik cabang olahraga Bocia asal Manokwari, Papua Barat, Pieters Hans Ficktor Warikar baru pertama kali mengikuti ajang Peparnas yang dihelat di Solo. Ini juga merupakan kejuaraan nasional pertamanya sejak dikenalkan dengan olahraga boccia 6 bulan lalu oleh sang ayah.
"Awalnya saya kenalkan dia olahraga boccia ini dari enam bulan yang lalu, karena ada event ini saya persiapkan dia untuk ikut, lalu dari NPC Papua Barat menunjuk saya sebagai manajer tim, terlibat langsung dalam tim dan juga sebagai orang tua biar lebih paham keperluan mereka," ujar ayah Pieters, Yerris Fernando Warikar.
- 4 Kisah Artis Indonesia yang Ternyata Mantan Atlet Profesional, Karier Makin Sukses
- PB PASI Tunjuk Apprel Resmi Timnas Atletik Indonesia
- Kisah Hidup Maladi, Pesepak Bola Asal Karanganyar yang Pernah Jadi Menteri Olahraga
- Berkas Dilimpahkan ke Tipikor Manokwari, Kepala BPK Papua Barat Tersangka Suap Segera Berhadapan dengan Hakim
Yerris menceritakan, sebenarnya tujuan utama dia mengenalkan olahraga boccia kepada Pieters sebagai terapi. Harapannya, agar bisa meningkatkan kemampuan motorik dan daya berpikir sang anak.
"Awal mulanya kami di Papua Barat itu baru mengenal boccia kemarin di event Peparnas Papua. Anak saya belum ikut, lalu baru yang ke Solo ini ikut. Saya merasa tertarik dengan olahraga boccia, karena ini olahraga yang sangat membantu daya berpikir dan konsentrasi mereka lebih meningkat, khususnya bagi Cerebral Palsy yang mengalami gangguan motorik seperti Pieters," ungkap Yerris.
Buah Ketekunan
Yerris menceritakan awal mula Pieters menjalani latihan boccia di Manokwari. Dia tidak bisa memegang maupun melempar bola. Tangannya tak cukup kuat mengangkat bola boccia.
Namun karena hampir setiap hari melihat atlet lain berlatih, timbul semangat dan keinginan dari Pieters untuk bisa bermain. Hingga akhirnya ia mampu melempar bola dengan teknik lengan atas yang mengharuskannya mengangkat bola lebih dulu.
Tak hanya sang ayah, ibu Pieters bernama Sintia Iwanggin juga datang ke Solo mendampingi sang putra. Sintia sempat tak kuasa menahan haru saat melihat anaknya bertanding. Sambutan dan dukungan suporter membuatnya merinding.
"Sempat kita terpikir bahwa karena kondisinya begini (Cerebral Palcy) takut dia kelelahan akhirnya khawatir, tapi ya rencana Tuhan tidak ada yang tahu, tadi saya sempat nonton tapi saya harus keluar, saya lihat pas selesai kenapa anak saya di kasih dukungan suporter yang banyak. Saya terharu, mau menangis," ucap Sintia dengan mata berkaca-kaca.
Olahraga boccia ternyata membawa manfaat yang sangat besar bagi Pieters. Ibunya menyebut bahwa olahraga ini sangat bermanfaat bagi tumbuh kembang anaknya, hingga menjadi atlet untuk mewakili provinsi Papua Barat.
"Olahraga ini jadi terapi bagi Pieters. Dia menjadi anak yang lebih ceria, tadinya termenung, sering diam di rumah saja, tetapi setelah kenal dengan boccia dia jadi ceria, semangat lagi dan percaya diri," lanjut Sintia
Menimba Pengalaman
Terkait hasil di kejuaraan Peparnas XVII, baik Yerris maupun Sintia tidak berharap muluk-muluk. Bagi mereka prestasi bukan target utama, namun jam terbang dan pengalaman lebih berharga untuk masa depan Pieters.
Yerris berharap kisah Pieters bisa membuka mata masyarakat tentang olahraga boccia khususnya di Kota Manokwari.
"Mungkin ada yang punya anak atau teman-teman yang seperti Pieters (Cerebral Palsy) ini harus terbuka jangan tinggal saja di rumah, tapi diajak untuk olahraga ini (boccia) karena ini bukan hanya olahraga tapi bisa mengasah kemampuan daya tangkap mereka" pungkas Yerris
Technical Delegate Boccia yang juga pelatih Pelatnas, Argya Setya Wimala menyambut baik hadirnya atlet-atlet muda, sebagai bagian dari regenerasi.
"Sangat luar biasa, jadi ini merupakan salah awal untuk kita membuat ekosistem yang baik ya di boccia dari usia muda sampai usia berjenjang di atasnya kita punya database. Jadi ketika kita perlu regenerasi kita sudah punya data nih dari provinsi mana dan prestasi yang pernah di raih itu akan memudahkan kita menyusun kekuatan boccia Indonesia," beber Argya
Pada ajang Peparnas XVII Solo 2024, Pieters mengikuti dua kategori berbeda. Ia bisa berhadapan dengan Bintang Satria yang berstatus atlet Paralimpiade Paris 2024 karena mengikuti nomor pertandingankategori elite. Setelah itu, ia akan berhadapan dengan atlet-atlet yang belum pernah tampil di level internasional dalam nomor pertandingan kategori nasional.
Saat pertandingan melawan atlet elite boccia Muhammad Bintang Satria Herlangga, Pieters Hans nampak bersemangat mendapat sorak-sorai dari penonton. Atlet belia berusia 12 tahun tersebut menjalani pertandingan di di GOR Fakultas Keolahragaan (FKOR) Universitas Sebelas Maret Surakarta, di kawasan Manahan.