Kisah Malin Kundang si anak yang berbakti
Malin diceritakan sebagai anak yang berbakti, yang jahat adalah istri paman-pamannya.
Selain AA Navis, ada juga beberapa penulis dan sastrawan menulis kisah Si Malin Kundang dari sudut pandang yang berbeda. Bila selama ini diyakini Malin Kundang adalah anak durhaka, ada juga penulis yang menyebut jika Malin Kundang adalah anak yang berbakti. Benarkah?
Selain AA Navis, ada Wisran Hadi, dan ES Ito yang menulis cerita berbeda soal legenda Si Malin Kundang. Bagaimana kisahnya?
ES Ito adalah penulis asal Minang yang terkenal dengan novel 'Rahasia Meede' dan 'Negara Kelima', sempat menulis cerita berbeda mengenai Maling Kundang di dalam blognya. Dalam blognya (Kini sudah ditutup) itu dia menceritakan bahwa Malin Kundang sebenarnya bukan dari Padang, tapi berasal di pegunungan dan perbukitan dataran tinggi Minangkabau. Malin diceritakan sebagai anak yang berbakti, yang jahat adalah istri paman-pamannya.
ES Ito menyentil bagaimana kedudukan kebanyakan perempuan Minang yang menguasai 'suaminya', dengan menyebutkan 'istri-istri mereka yang kelak dipanggil Malin Kundang dengan sebutan Etek, jenis perempuan Minang klasik, menguasai suami dengan cara membuka permusuhan dengan ipar perempuan.'
Dalam cerita versi ES Ito, Malin digambarkan anak yang tekun dan berbakti kepada Ibunya yang dipanggilnya dengan sebutan 'Mandeh'. Saat itu, Malin yang mulai dewasa meminta haknya atas harta warisan dengan mendatangi kedua pamannya, yaitu Makwo dan Makdang. Karena jengkel tidak pernah ditemui, dilemparinya rumah mereka dengan batu dan kayu. Karena perbuatan Malin itu, Istri Pamannya yang dipanggilnya Etek tersebut mulai menebar cerita, kalau Malin Kundang anak nakal yang kurang ajar dan mestinya tidak tinggal di kampung mereka.
Saat itu ada seorang perantau yang pulang ke kampung. Lalu Paman Malin Kundang memanfaatkan kesempatan untuk meminta perantau tersebut membawa Malin ikut serta merantau. Niat ini untuk mengusir Malin dari kampungnya. Singkat cerita, akhirnya Malin ikut merantau dengan perantau tersebut.
Sama dengan cerita lainnya tentang perantauan, dalam cerita versi ES Ito, Malin diceritakan melakukan pelayaran, dia mampir ke pesisir yang tak jauh dari tempat asalnya. Saat itu, kabar Malin yang kaya raya sudah tersohor di kampung halamannya.
Ibunya yang menanti kedatangan Malin di pesisir tersebut, melihat Malin Kundang yang turun dari kapal, mulai menghampiri Malin yang dikerumuni banyak ratusan orang yang menyambut kedatangannya.
Malin yang ingin melihat ibunya yang segera ingin menemui ibunya yang tinggal di pegunungan, tetapi sebelum dia melangkah pergi, seorang perempuan tua menyeruak dari kerumunan orang. "Ini Mandeh, Nak" teriak perempuan itu.
Namun, kerumunan orang ramai segera menyorakinya, meneriaki Mandeh penipu, pengemis yang ingin mencari keuntungan sendiri. Malin Kundang turun dari kudanya. Tanpa mengindahkan teriakan orang-orang, dia mendekati perempuan tua itu. Tidak salah lagi, itulah Mandeh, ibunya. Malin Kundang berteriak gembira, orang-orang yang iri tetap tidak bisa menerima kenyataan bahwa perempuan renta yang miskin itu ibu dari seorang pelaut yang masyhur. Mereka meneriaki Malin Kundang sebagai orang bodoh yang mudah ditipu.
Ringkas cerita, Malin meminta ibunya untuk segera naik ke atas kapal, sebab akan terjadi gelombang besar. Namun, ibunya menolak. Ibunya ingin Malin terlebih dahulu pulang menyelesaikan urusan dengan paman-pamannya. Karena Malin Kundang tidak punya waktu lagi berdebat, segera dia pangku ibunya yang terus meronta membawanya lari ke atas kapal.
Dari kejauhan orang mendengar Ibu Malin menyebut anaknya durhaka karena tidak memenuhi permintaan ibunya yang ingin anaknya pulang kampung dan membalaskan dendamnya kepada saudara laki-lakinya. Kemudian terjadilah gelombang besar, Malin Kundang yang berada di atas kapal terlihat bersujud di kaki ibunya sebelum akhirnya kapal itu lenyap.
Mereka yang selamat dari gelombang besar tersebut, melihat gundukan batu mirip manusia dipercayai seperti penampakan terakhir Malin Kundang di atas kapal. Segera mereka namakan batu Malin Kundang. Ketika kabar itu sampai di telinga paman-pamannya, mereka lalu mengubahnya menjadi cerita Malin Kundang anak durhaka dengan menghilangkan nama mereka dari keseluruhan cerita. Dan kisah gelombang besar setelah gempa pun tidak dimasukkan dalam cerita Malin Kundang ala mereka itu.
Begitulah ES Ito yang juga penulis skenario film 'Republik Twitter' merepresentasikan cerita Malin Kundang. Cerita ini sempat membuat heboh beberapa penggiat blogger Minang karena sentilan-sentilannya yang menyinggung kedudukan istri paman dan keberaniannya mengubah cerita dari legenda Malin Kundang tersebut.
Baca juga:
Tradisi ritual langka 'Ngerebong' jadi andalan kesenian Denpasar
Sudah 10 kali ini SBY hadiri pawai Pesta Kesenian Bali
Presiden lepas pawai pesta kesenian Bali
Di tangan mereka, Malin Kundang bukan anak yang durhaka
5 Cerita keris yang melegenda di Tanah Jawa
-
Apa makna dari budaya mencium tangan di Indonesia? Biasanya, budaya cium tangan atau salim tangan ini dilakukan oleh orang yang lebih muda kepada yang lebih tua sebagai tanda hormat dan sopan santun.
-
Bagaimana keragaman budaya di Indonesia menciptakan mozaik budaya yang unik? Dengan lebih dari 300 suku dan berbagai bahasa daerah, keberagaman ini menciptakan mozaik budaya yang unik.
-
Bagaimana cara penduduk pulau-pulau di Indonesia saling bertukar budaya? "Kemungkinan besar populasi di pulau-pulau ini memiliki budaya khas yang berbeda, saling bertukar gaya, barang, teknologi, dan gen sampai melintasi lautan.”
-
Apa makna budaya dari bubur candil bagi masyarakat Indonesia? Bubur candil memiliki makna budaya yang dalam dalam masyarakat Indonesia. Selain sebagai hidangan penutup yang lezat, bubur candil juga memiliki makna filosofis yang melambangkan harmonisasi kehidupan yang berbeda.
-
Apa yang dilakukan Banyuwangi untuk melestarikan budaya asli bangsa? Ini salah satu bentuk pengejawantahan nasionalisme di masa sekarang. Bagaimana kita semua bisa melestarikan budaya asli bangsa kita.
-
Siapa yang sangat ditekankan dalam budaya gotong royong di Indonesia? Keempat, gotong royong dan semangat kebersamaan tercermin dalam budaya masyarakat Indonesia, di mana solidaritas dan kepedulian terhadap sesama sangat ditekankan.